Wednesday 3 December 2025 - 20:33
Tiga Keistimewaan dan Keutamaan Fatimah Az-Zahra (as) dalam Al-Qur'an

Hawzah/ Sayyidah Fathimah Az-Zahra salamullah 'alaiha, yang disebutkan oleh Pemimpin Revolusi (Sayyid Ali Khamenei) sebagai "Sebuah Hakikat yang Agung dan Misteri Umat Manusia yang Belum Terpecahkan", telah dipuji dalam berbagai ayat Al-Qur'an. Tulisan ini, dengan mengkaji Surah Al-Kawsar, ayat-ayat Surah Al-insan, dan Ayat At-Tathir, menyoroti kedudukan ilahiah dan keistimewaan tak tertandingi yang beliau miliki.

Berita Hawzah– Fathimah Az-Zahra, putri Rasulullah dan Ummal A’immah (Ibu para Imam Maksum), Sayyidah Nisa’ Al-‘Alamīn (Pemimpin Wanita Seluruh Alam), adalah keberadaan Ilahi dan—sebagaimana ungkapan Pemimpin Tertinggi, Sayyid Ali Khamenei—"Teka-teki yang belum terpecahkan oleh akal dan pengetahuan manusia," dan " Hakikat yang Agung."

Sungguh, manusia akan tertegun dan takjub ketika menyaksikan dan melihat hakikat yang sangat agung dan mulia ini. Bagaimana mungkin seorang wanita, dengan usia hidupnya yang begitu singkat, dapat mencapai puncak kesempurnaan yang hakiki?, dan Bagaimana Beliau bisa meraih dan menempati derajat tertinggi diantara seluru ciptaan, sehingga layak menjadi teladan dan panutan sempurna tidak hanya bagi para perempuan, tetapi juga bagi para laki-laki setelahnya hingga Hari Kiamat? Bahkan, di antara laki-laki setelahnya, tercatat dua nama yang menjadikan beliau sebagai teladan hidup mereka. Bahkan, di antara para lelaki setelahnya, tercatat dua sosok yang menjadikan beliau sebagai panutan hidup—padahal keduanya adalah Imam yang maksum dan dianugerahi ilmu ilahi, yang secara hakiki telah menjadi teladan terbaik bagi umat manusia. (Menurut sebuah riwayat dalam kitab Al-Ghaibah karya Syaikh Thusi) Imam Musa bin Ja'far dan Imam Mahdi 'alaihimas salam menyatakan bahwa teladan hidup mereka adalah Sayyidah Fathimah Az-Zahra salamullah 'alaiha.

Dengan pengantar ini, dalam baris-baris berikut akan kami sebutkan tiga keutamaan Sayyidah Fathimah Az-Zahra salamullah 'alaiha yang disebutkan dalam Al-Qur'an:

1. Surah Al-Kautsar

Berdasarkan bukti-bukti sejarah, hadis, dan sumber tafsir dari kedua mazhab (Sunni dan Syiah), setelah wafatnya Qasim dan Abdullah – putra-putra Rasulullah Saw di usia belia – ejekan dan celaan dari sebagian orang musyrik Mekkah pun bermula. Mereka yang bermaksud untuk menyakiti dan mengganggu Nabi Saw, sekaligus memisahkan masyarakat dari sekelilingnya. Namun, Allah Swt menanggapi celaan itu dengan menurunkan Surah Al-Kautsar kepada Nabi-Nya, dan mengingatkan-Nya: "Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu Al-Kautsar (kebaikan yang melimpah)." Dan hakikat Al-Kautsar itu adalah Fathimah Az-Zahra. Pada hakikatnya, musuh-musuhmu – mereka yang menganggapmu terputus keturunan (abtar) – justru merekalah yang sebenarnya terputus dan tak memiliki keturunan.

Meskipun Al-Kautsar dapat dimaknai dengan beberapa arti – seperti telaga atau sungai di surga – namun makna yang masyhur di kalangan mazhab Imamiyah (Syiah Dua Belas Imam) dan tidak bertentangan dengan makna telaga tersebut adalah kelimpahan dan keberlangsungan keturunan Rasulullah Saw melalui para putra suci dari Fathimah Az-Zahra salamullah 'alaiha , serta lestarinya dzurriyah (keturunan) Rasulullah Saw. Sebab, filosofi turunnya ayat-ayat ini adalah sebagai jawaban atas tuduhan "abtar" dari kaum musyrik dan ejekan mereka. Al-Kautsar adalah sesuatu yang menjadi jawaban atas pengingkaran terputusnya keturunan Rasullah Saw.

2. Surah Al-Insan (Ad-Dahr)

Menurut para sejarawan, ahli hadis, dan mufasir Al-Qur'an, turunnya ayat 5 hingga 22 dari Surah Al-Insan (atau Ad-Dahr) berkenaan dengan kedudukan dan perilaku terpuji Imam Ali, Sayyidah Fatimah, serta kedua putra mereka, Imam Hasan dan Imam Husein alaihimus salam.

Menepati nazar, membantu orang miskin, anak yatim, dan tawanan — itu pun dalam keadaan mereka sendiri lapar, dan dengan niat mendekatkan diri kepada Allah Swt — adalah di antara amalan mulia para maksum 'alaihimussalam ini yang menyebabkan Allah Yang Maha Tinggi menyebutkan kedudukan mulia mereka dalam ayat-ayat tersebut.

Sebab Turunnya (Asbabun Nuzul) Ayat tentang 'Memberi Makan': Diriwayatkan bahwa ketika Imam Hasan dan Imam Husein jatuh sakit, Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib dan Sayyidah Fatimah Az-Zahra 'alaihimassalam bernazar untuk berpuasa jika kedua putra mereka sembuh.

Menurut sebuah riwayat dari Imam Ja'far ash-Shadiq, setelah kedua putranya sembuh dan saat mereka berdua sedang berpuasa, Imam Ali menyiapkan sedikit tepung gandum dan minyak untuk berbuka puasa, lalu Sayyidah Fathimah membuat makanan dari bahan yang ada itu. Ketika tiba waktu berbuka, seorang miskin, seorang yatim, dan seorang tawanan datang dan mengetuk pintu rumah mereka untuk meminta makanan. Mereka pun memberikan semua makanan yang telah disiapkan kepada mereka, sehingga mereka sendiri harus berbuka puasa tanpa makanan. Namun, dengan perintah Allah Swt, makanan dari surga diturunkan untuk mereka.

Meskipun dalam riwayat yang populer di masyarakat disebutkan peristiwa puasa dan pemberian makan ini terjadi selama tiga hari, perlu diketahui bahwa riwayat tiga hari itu sampai kepada sumber Syiah melalui Abdullah bin Abbas, dan isinya tidak selaras dengan riwayat-riwayat lain yang berasal dari jalur Ahlul Bait sendiri. Oleh karena itu, menurut laporan hadis dan sejarah yang valid dan muktabar — termasuk dari Ibnu Sulaiman (w. 150 H), Al-Qummi (abad ke-3 H), dan Syaikh Al-Mufid (w. 413 H) — peristiwa pemberian makan itu terjadi dalam satu hari, yaitu pada tanggal 25 Dzulhijjah.

3. Ayat at-Tathir

Ayat lainnya juga yang mengisyaratkan kedudukan mulia Sayyidah Fathimah adalah ayat ke-33 dari Surah Al-Ahzab, yang terkenal dengan sebutan Ayat at-Tathir (Ayat Penyucian). Ayat ini menyatakan kehendak penciptaan (takwini) Allah Swt atas kemaksuman dan kesucian Ahlul Bait dari segala dosa dan kesalahan. Dalam ayat ini, Allah Yang Mahatinggi menetapkan beliau (Sayyidah Fathimah) sebagai bagian dari Ahlul Bait dan golongan orang-orang yang maksum, seraya berfirman tentang mereka:

"Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan noda (rijz) dari kamu, wahai Ahlul Bait, dan menyucikan kamu sebersih-bersihnya." (QS. Al-Ahzab: 33)

Sebab Turunnya (Asbabun Nuzul) ayat 'at-Tathir ': Berdasarkan bukti-bukti dari sumber-sumber kedua mazhab(Sunni dan Syiah), sebab turun dan maksud atau tujuannya dari ayat ini hanyalah Rasulullah Saw, Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib, Sayyidah Fatimah az-Zahra, Imam Hasan, dan Imam Husein alaihimus salam.

Rasulullah Saw memanggil mereka, lalu membentangkan selendang (kisa') di atas mereka, kemudian beliau mengangkat kedua tangan-Nya, dan berdoa: "Ya Allah, mereka inilah keluarga (ahli) dan penolong-penolongku." Pada saat itulah Ayat at-Tathir turun, yang di dalamnya dinyatakan kehendak Allah Swt untuk menyucikan dan membersihkan Ahlul Bait dari segala kotoran (rijz). Setelah turunnya ayat ini, Rasulullah Saw menegaskan: "Ahlul Bait-ku, mereka suci dari dosa, dan Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menghilangkan kotoran dari mereka." Bahkan, selama enam bulan, setiap pagi Rasulullah Saw pergi ke rumah Amirul Mukminin Ali dan Fatimah 'alaihimassalam. Beliau mengucapkan salam untuk mereka dan membacakan Ayat at-Tathir.

Sebagai penutup, perlu diketahui bahwa apa yang telah disebutkan di atas itu hanya segelintir dari keutamaan Sayyidah Fathimah Az-Zahra 'alaihassalam yang tak terhingga.

Sumber: Kitab Shiddiqah asy-Syahidah, Tarikh Zindagani wa Maqtal Hazrat Zahra (as) karya Muhammad Jawad Yawari Sartakhti, diterbitkan oleh Jamiatuz Zahra.

Your Comment

You are replying to: .
captcha