Monday 17 November 2025 - 09:22
Ayatullah A’rafi: Hawzah yang Berporos “Qiyam lillah” Mampu Mengubah Konstelasi Dunia

Hawzah/ Direktur Hawzah Ilmiyah Iran menegaskan bahwa sebagaimana Imam Khomeini (RA) pada masa gelap dan penuh tekanan rezim tirani menjaga cahaya kebenaran tetap menyala di tengah segelintir thalabah (pelajar agama), maka hari ini pun sebuah hawzah yang menjadikan “Qiyam lillah” (Berjuang untuk Allah) sebagai pedoman utamanya dapat berdiri teguh menghadapi seluruh gelombang kesombongan global dan mampu mengubah berbagai perhitungan dunia menjadi berpihak pada keadilan Ilahi.

Berita Hawzah – Ayatullah Alireza A‘rafi, Direktur Hawzah Ilmiyah, dalam acara pertemuan para thalabah baru yang digelar menjelang siang hari ini di Shabistan Baqi’ Masjid Suci Jamkaran, Iran, setelah menyampaikan apresiasi atas pilihan para pemuda memasuki jalan keilmuan keagamaan, membuka pidatonya dengan pembacaan dan penafsiran ayat 46 dari Surah Saba’:

«قُلْ إِنَّمَا أَعِظُکُمْ بِوَاحِدَةٍ أَن تَقُومُواْ لِلَّهِ مَثنَیٰ وَ فُرَٰدَیٰ»

“Katakanlah: Sesungguhnya aku hanya memberi kalian satu nasihat: bahwa kalian bangkitlah demi Allah, secara berpasangan maupun secara sendiri-sendiri.”

Direktur Hawzah Ilmiyah menyebut ayat suci ini sebagai “salah satu ayat termulia dan paling bernilai dalam Al-Qur’an al-Karim”, seraya menambahkan bahwa ayat ini merupakan samudera makna yang sangat luhur. Di antara sekian banyak tema, beliau memilih ayat ini agar para peserta (yang berada pada permulaan perjalanan panjang dan suci yang telah mereka pilih) menjadikannya sebagai pelita jalan mereka.

Dalam menjelaskan poin dari pengajaran Al-Qur’an pada ayat «قُلْ إِنَّمَا أَعِظُکُمْ بِوَاحِدَةٍ أَن تَقُومُواْ لِلَّهِ مَثنَیٰ وَ فُرَٰدَیٰ» Direktur Hawzah menyatakan: “Dalam qiyam (kebangkitan), kita harus waspada agar setan tidak menjadi penghalang, dan keikhlasan menjadi dasar setiap langkah. Ungkapan «مَثۡنَیٰ وَ فُرَٰدَیٰ» berarti bahwa baik secara berkelompok maupun individu, kita harus bangkit untuk Allah. Bahkan jika tidak ada dukungan sosial, seseorang harus memiliki kemampuan untuk bertindak sendirian demi kebenaran.”

Beliau menambahkan: “Menurut para ulama besar, lillah berarti menguasai urusan batin, dan furada berarti berdiri teguh menghadapi gelombang kebatilan bahkan dalam kesendirian. Kekuatan ini harus ditanamkan dalam diri thalabah.”

Beliau dengan menekankan bahwa kesempurnaan manusia terletak pada kemampuan melewati perang batin dan menghadapi setan serta hawa nafsu, mengatakan: "Jika mata hati seseorang tertutup dari cahaya kebenaran, ia sebenarnya terlibat dalam peperangan serius. Manusia harus mengenal diri sendiri, mengenali musuh batin, dan memahami apa yang mendorongnya pada ghibah, fitnah, iri hati, kemalasan, dan kelesuan. Inti dari semua perjuangan ini adalah menempatkan Allah sebagai pusat dan dasar segalanya."

Merujuk pada ayyam Fatimiyah, Direktur Hawzah menyatakan: “Makna tertinggi dari ayat «قُلْ إِنَّمَا أَعِظُکُمْ بِوَاحِدَةٍ أَن تَقُومُواْ لِلَّهِ مَثنَیٰ وَفُرَٰدَیٰ» terwujud dalam kehidupan Hazrat Fatimah Zahra (A.S.). Setelah wafatnya Rasulullah (S.A.W.W.), Madinah mengalami guncangan intelektual dan moral yang mendalam, dan fondasi pemikiran masyarakat runtuh. Satu-satunya suara terang dan ilahi adalah suara Hazrat Zahra (A.S.).”

Beliau menambahkan: “Dalam Khutbah Fadakiyah, Hazrat Zahra (A.S.) memberikan gambaran rinci psikologis dan sosiologis mengenai Madinah pasca Rasulullah. Gambaran ini menunjukkan bagaimana kegelapan yang meluas mampu menenggelamkan iman dan identitas masyarakat.”

Direktur Hawzah menegaskan: “Thalabah hari ini harus meneladani sosok ini dalam diri mereka; artinya, meski seluruh masyarakat berbicara menentang kebenaran, dengan argumentasi, kekuatan spiritual, dan keteguhan, jalan kebenaran harus tetap dijalankan.”

Beliau melanjutkan: “Sebagaimana Imam Khomeini (ra) di masa kelam penindasan rezim tirani, menjaga cahaya kebenaran tetap menyala di tengah sekelompok kecil thalabah, hari ini, hawzah yang menjadikan qiyam lillah sebagai prinsip utamanya dapat berdiri teguh menghadapi gelombang global dari kesewenangan, dan mengubah keseimbangan dunia demi keadilan Ilahi. Pengalaman Revolusi Islam menunjukkan, jika hawzah menekankan fondasi intelektual dan spiritual thalabah, maka gelombang kebenaran bisa meluas baik di Iran dan juga di dunia.”

Beliau menekankan: “Pemikiran yang terbelenggu oleh setan, hawa nafsu, atau propaganda kebatilan tidak akan sampai pada tujuan. Akal yang terbelenggu oleh kesewenangan atau terjerat hawa nafsu dan kemarahan tidak akan menemukan kebenaran. Pemikiran yang bebas dari gelombang kebatilan memperoleh kemampuan untuk menghadapi penyimpangan, dan para thalabah harus menumbuhkan kekuatan ini dalam diri mereka. Jalan yang diwarnai keikhlasan, ketahanan, dan kesadaran akan mengantarkan pada kemenangan kebenaran atas kebatilan.”

Direktur Hawzah menekankan: “Tahun pertama dan hari-hari awal di hawzah sangat menentukan. Jika periode ini dimulai dengan perencanaan, perhatian, minat, dan semangat, serta fondasinya dibangun di atas harapan dan upaya yang berkelanjutan, maka jalan ke depan akan terang dan penuh kesuksesan.”

Beliau menambahkan: “Menjadi thalabah di hawzah adalah tanggung jawab besar dan jalan yang suci. Perjalanan ini membutuhkan fondasi yang kuat, dan setiap kelalaian di awal dapat memengaruhi hasil di masa depan. Maka setiap individu harus bergerak dengan kesungguhan dan komitmen penuh.”

Direktur Hawzah menekankan: “Memilih hawzah adalah jalan terbaik untuk perkembangan manusia. Ilmu-ilmu ilahi adalah yang tertinggi, karena dampaknya tidak terbatas pada kehidupan dunia, tetapi menargetkan kebahagiaan abadi manusia. Fikih, kalam, etika, dan ilmu-ilmu ilahi membentuk kehidupan abadi. Oleh karena itu, gunakan pengetahuan dan keterampilan Anda untuk mencapai tujuan mulia ini.”

Beliau menambahkan, mengutip riwayat dalam Usul al-Kafi:

“Rasulullah (S.A.W.W.) bersabda: Jika Allah menghendaki kebaikan bagi seorang hamba, Dia menjadikan hamba itu faqih dalam agama.”

Masuknya Anda ke hawzah menunjukkan kehendak baik Ilahi, dan jalan ini adalah jalan yang benar dan mulia. Jaga kehormatan ini dan jangan tukarkan dengan apapun.

Direktur Hawzah Ilmiyah itu menegaskan bahwa identitas hawzah terdiri dari tiga pilar utama:

  1. Ilmu dan Pengetahuan: Perhatian terhadap ilmu dan studi adalah fondasi utama dari seluruh aktivitas hawzah.
  2. Penyucian Jiwa dan Pertumbuhan Spiritual: Tanpa perkembangan spiritual dan etika, aktivitas ilmiah di hawzah tidak akan lengkap.
  3. Tanggung Jawab Sosial dan Etika: Memelihara komitmen terhadap orang lain dan melayani masyarakat adalah prinsip penting dalam kehidupan hawzah.

Ayatullah A'rafi menekankan pentingnya penguasaan sastra Arab dan Persia, serta keterampilan dalam kosakata, tata bahasa, makna, dan ekspresi. Bahkan dalam sastra Persia, keterampilan ini harus mendapat perhatian serius. Sebagaimana Ustaz Syahid Mutahhari sering membaca karya-karya seperti Gulistan dan Bustan, para thalabah juga harus menekuni keterampilan ini untuk mendukung perkembangan ilmiah mereka.

Beliau menambahkan: “Para thalabah muda tidak boleh hanya mengandalkan program-program hawzah. Guru dan pengelola terbaik berada di sekolah-sekolah hawzah, tetapi setiap individu harus menjadi manajer dan perencana bagi dirinya sendiri. Rancang jalur Anda sendiri dan jangan lupakan upaya individu. Ketidakseriusan orang lain tidak boleh menghalangi tanggung jawab dan usaha Anda.”

Direrktur hawzah juga menekankan: “Anda berada di jalur ilmu dan pengetahuan yang paling mulia. Jalur ini memungkinkan lahirnya pemikir dan fuqaha (ahli fiqh) terkemuka masa depan Islam. Jangan menjual diri Anda dengan murah, dan berusahalah dengan sungguh-sungguh demi masa depan hawzah dan umat Islam.”

Beliau menekankan pentingnya manajemen diri, kemauan, dan perencanaan dalam menempuh studi agama, serta mencontohkan pengalaman mereka saat memasuki hawzah pada tahun 1349 H.S (1970 M), ketika fasilitas sangat terbatas dan banyak pelajaran ditempuh dalam kondisi sulit. Apa yang penting hari ini adalah kemampuan mengelola diri sendiri, kemauan, dan tekad, yang dapat membuka jalan bagi masa depan.

Anggota Dewan Ketua Majelis Khobregan menekankan kebutuhan tak berujung masyarakat dan dunia akan ilmuwan, da’i, dan tokoh akademik terkemuka. “Masa depan membutuhkan kehadiran Anda, dan bahkan jika seratus kali lipat dari Anda hadir, itu pun tidak akan sepenuhnya menjawab kebutuhan zaman revolusi Islam dan dunia. Tanggung jawab kita adalah menambah motivasi dan usaha demi melayani sistem dan revolusi, dengan menyadari kekurangan yang ada.”

Ayatullah A'rafi mengingatkan para thalabah: “Usaha dan semangat ganda Anda akan menentukan masa depan Anda, Iran, dan dunia. Anda menempuh studi di kota yang melahirkan Imam Khomeini (RA) dan revolusi Islam. Kapasitas ilmiah dan spiritual besar di Qom, termasuk makam suci Hazrat Ma'sumah (AS), para imam zadeh, dan para ulama, harus membentuk karakter manusia dan memenuhi kebutuhan masa depan yang tak terbatas.”

Direktur hawzah menutup sambutannya dengan mengucapkan selamat kepada para thalabah baru di Qom dan seluruh negeri: “Masuknya Anda ke hawzah adalah ikatan ilahi dengan Imam Mahdi (Afs). Teguhlah pada ikrar ini dan jalani jalan kemajuan ilmiah dan spiritual secara konsisten. Saya mendoakan masa depan Anda yang gemilang, sukses, dan cemerlang.”

Tags

Your Comment

You are replying to: .
captcha