Saturday 27 December 2025 - 18:24
Suriah di Tengah Represi Baru: Penahanan dan Penangkapan Berlanjut

Hawzah/ Satu tahun telah berlalu sejak runtuhnya pemerintahan lama Suriah yang dikenal dengan corak keamanan dan intelijennya. Pemerintahan tersebut digantikan oleh pemerintahan baru dengan wajah dan tokoh-tokoh yang memberi harapan kepada rakyat Suriah melalui janji kebebasan serta kritik terhadap kebijakan keamanan pemerintahan sebelumnya.

Berita Hawzah Satu tahun telah berlalu sejak runtuhnya pemerintahan lama Suriah yang dikenal dengan corak keamanan dan intelijennya. Pemerintahan tersebut digantikan oleh pemerintahan baru dengan wajah dan tokoh-tokoh yang memberi harapan kepada rakyat Suriah melalui janji kebebasan serta kritik terhadap kebijakan keamanan pemerintahan sebelumnya. Namun, tidak lama berselang, pemerintahan baru itu menyimpang dari janji-janji tersebut, dan penjara kembali dipenuhi dengan tawanan serta para tahanan.

Menurut laporan Reuters, penjara dan pusat-pusat penahanan kembali dipenuhi oleh ribuan orang yang ditahan, sebuah kondisi yang menimbulkan kekhawatiran luas di kalangan organisasi hak asasi manusia.

Dalam investigasi yang disebutkan laporan tersebut, tercatat bahwa sejumlah penjara yang ditutup setelah jatuhnya pemerintahan sebelumnya kembali beroperasi sepanjang tahun terakhir, meskipun kepala pemerintahan transisi Abu Muhammad al-Joulani, yang dikenal sebagai al-Shara’, telah menjanjikan penutupan penjara-penjara terkenal dan penghentian penahanan sewenang-wenang. Realitas di lapangan — menurut berbagai sumber — menunjukkan bahwa janji tersebut belum sepenuhnya terealisasi.

Fenomena penahanan kembali yang masif ini menandai kembalinya realitas Suriah pascaperang. Gelombang penahanan beruntun ini menimpa warga Suriah dari berbagai latar belakang dan suku, dengan dalih keamanan, sementara tuduhan siap dilayangkan.

Meskipun terdapat perbedaan konteks politik antara pemerintahan sebelumnya dan pemerintahan saat ini, hasilnya serupa: penjara yang penuh sesak, penahanan tanpa dakwaan yang jelas, dan ketiadaan jalur hukum yang transparan.

Pemerintah Damaskus, dalam upaya membenarkan situasi keamanan yang mirip dengan masa lalu, menyatakan bahwa penahanan dilakukan dalam kerangka penegakan hukum terhadap individu-individu yang terlibat dalam kejahatan dan pelanggaran, serta menegaskan bahwa negara berada dalam fase transisi yang memerlukan rekonstruksi institusi keamanan dan peradilan.

Namun demikian, para pembela hak asasi manusia memperingatkan bahwa keberlanjutan penahanan massal dan kurangnya transparansi kembali menimbulkan atmosfer ketakutan, sekaligus meruntuhkan kepercayaan terhadap janji-janji yang disertai dengan fase baru pemerintahan.

Di tengah janji reformasi dan kenyataan penjara yang penuh, kasus para tahanan menjadi ujian penting bagi kemampuan Suriah baru untuk membangun negara hukum, di mana sel-sel penjara tidak lagi menjadi simbol kekuasaan pemerintah.

Tags

Your Comment

You are replying to: .
captcha