Friday 26 December 2025 - 23:56
Imam Ali Al-Hadi (as), Manifestasi Ilmu Ilahi dan Perantara Limpahan Karunia

Hawzah/ Hujjatul Islam wal Muslimin Akbar Sabrāmīz, seorang pengajar hauzah, menegaskan kedudukan ilmiah dan kemukjizatan Imam Ali Al-Hadi 'alaihissalam, serta mengajak umat untuk meneladani sirah beliau, khususnya dalam memanfaatkan doa dan ziarah sebagai sarana pendekatan diri kepada Allah Swt.

Berita Hawzah– Bertepatan dengan peringatan hari syahadah Imam Ali Al-Hadi 'alaihissalam, Hujjatul Islam wal Muslimin Akbar Sabrāmīz menyatakan: “Para Imam Maksum 'alaihimussalam adalah manifestasi sempurna dari seluruh ilmu dan kekuasaan Ilahi. Barangsiapa ingin menyaksikan realitas keagungan Allah Swt secara nyata, hendaklah ia memandang kepada Imam Maksum 'alaihimussalam.”

Beliau kemudian mengemukakan salah satu contoh mukjizat Imam Ali Al-Hadi 'alaihissalam, seraya berkata: “Diriwayatkan bahwa Imam Ali Al-Hadi 'alaihissalam, memutar sebuah kerikil di dalam mulut sucinya, lalu memberikannya kepada Abu Hasyim. Ketika Abu Hasyim meletakkan kerikil itu di mulutnya, ia mampu berbicara dalam tujuh puluh tiga bahasa, dan bahasa pertama yang diucapkannya adalah bahasa India.”

Ustadz Hawah Ilmiah Qom tersebut juga menyinggung kedudukan tinggi kefasihan dan balaghah Imam Ali Al-Hadi 'alaihissalam,, seraya menuturkan: “Beliau dikenal dengan gelar ‘Khatīb Ahl al-Jannah’ (Orator Penduduk Surga). Dalam kitab Masyāriq al-Anwār, diriwayatkan dari Rasulullah Saw bahwa beliau bersabda: ‘… dan Ali bin Muhammad adalah orator penduduk surga…’”

Ia menegaskan bahwa Ziarah Jami‘ah Kabirah dan Ziarah Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib 'alaihissalam pada hari Ghadir, yang sarat keindahan bahasa dan kedalaman makna, merupakan bukti nyata atas keagungan retorika dan kefasihan Imam Ali Al-Hadi 'alaihissalam.

Hujjatul Islam wal Muslimin Akbar Sabrāmīz kemudian menyampaikan sebuah nasihat penting dari Imam Ali Al-Hadi 'alaihissalam, terkait terkabulnya doa: “Barang siapa memiliki hajat kepada Allah, hendaklah ia menziarahi makam kakekku Imam Ridha (a.s.) di Thus dengan terlebih dahulu mandi (ghusl), lalu melaksanakan dua rakaat salat di sisi kepala makam beliau, dan memohon hajatnya dalam qunut. Maka hajarnya akan dikabulkan, kecuali jika yang diminta adalah perbuatan dosa atau pemutusan silaturahmi.” (Wasā’il al-Syi‘ah, jilid 14, halaman 569)

Tags

Your Comment

You are replying to: .
captcha