Berita Hawzah– Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib ‘alaihis salam dalam Nahjul Balaghah bersabda:
¹{وَ اللَّهِ لَا أَکُونُ کَالضَّبُعِ تَنَامُ عَلَی طُولِ اللَّدْمِ حَتَّی یَصِلَ إِلَیْهَا طَالِبُهَا وَ یَخْتِلَهَا رَاصِدُهَا}
"Demi Allah! Saya tidak hendak menjadi seperti rubah, yang pura-pura tertidur oleh (bunyi) lemparan batu yang terus-menerus sampai orang yang mencarinya mendapatkannya atau orang yang sedang mengintainya menaklukkannya."
Penjelasan:
alah satu ajaran penting dalam Islam yang berulang kali ditekankan adalah mengenali musuh. Jika tidak dipahami dengan benar, kelalaian terhadap ajaran ini dapat mengancam seluruh yang dimiliki manusia—baik yang bersifat spiritual maupun materi—dan menjerumuskannya ke dalam kehancuran.
Dapat dikatakan bahwa faktor yang paling menentukan bagi terwujudnya kemajuan material dan spiritual individu maupun masyarakat adalah keamanan. Keamanan ini memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan prinsip kewaspadaan dan pengenalan terhadap musuh. Oleh karena itu, Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib ‘alaihis salam mengingatkan kita untuk mengenal musuh dan tidak lengah terhadapnya.
Dalam menjelaskan sabda Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib 'alaihissalam dapat dikatakan bahwa: “Telah dikenal secara umum bahwa hiena adalah hewan yang bodoh dan mudah untuk ditangkap. Cara menangkapnya ialah dengan perlahan mengetuk pintu sarangnya menggunakan ujung kaki, batu, atau tongkat. Karena kebodohannya, hewan tersebut tertidur dan akhirnya dapat ditangkap dengan mudah oleh pemburu.”²
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa seorang mukmin yang sadar dan waspada tidak akan mudah terpengaruh oleh ucapan maupun tindakan musuh hingga terjerumus dalam kelalaian. Ia senantiasa menimbang setiap persoalan secara cermat dan rasional. Dengan tawakal serta bersandar sepenuhnya kepada kekuatan yang tak terbatas—Allah Yang Mahakuasa—ia melangkah teguh di jalan kebenaran hingga mencapai tujuan yang hakiki.
Dan tentu saja, apabila seseorang lalai terhadap musuhnya, hendaklah ia menyadari bahwa musuh selalu terjaga dan senantiasa mencari peluang untuk melancarkan serangan. Karena itulah, Imam Ali bin Abi Thalib 'alaihissalam dalam sabda yang lain berkata:
³{مَنْ نَامَ عَنْ عَدُوِّهِ أَنْبَهَتْهُ اَلْمَکَایِدُ}
"Barang siapa yang tertidur (lalai) terhadap musuhnya, niscaya tipu daya (musuh itu) yang akan membangunkannya."
Dalam hadis lainnya, Imam Ali bin Abi Thalib 'alaihissalam juga bersabda:
⁴{مَنْ نَامَ عَنْ نُصْرَةِ وَلِیِّهِ اِنْتَبَهَ بِوَطْأَةِ عَدُوِّهِ}
"Barang siapa yang tertidur (lalai) dari menolong pemimpinnya (walinya), niscaya ia akan terbangun oleh injakan kaki musuhnya."
Namun sering kali, kesadaran yang datang pada saat itu sudah tidak lagi membawa manfaat, karena kelalaian telah membuka jalan bagi musuh untuk menancapkan kekuasaannya.
Catatan Kaki:
1. Khutbah ke-6, Nahj al-Balaghah.
2. Kitab Payam-e Imam Amir al-Mu'minin 'alaihis salam, jilid 1, halaman 451.
3. 'Uyun al-Hikam, jilid 1, halaman 441.
4. Ghurar al-Hikam, jilid 1, halaman 630.
Your Comment