Wednesday 10 December 2025 - 17:56
Aktivisme Hawzah dalam Pemikiran Masyarakat dan Sistem Negara adalah Kebutuhan Tak Terbantahkan

Hawzah/ Ayatullah A‘rafi menegaskan: Aktivisme Hawzah dalam tubuh pemikiran masyarakat dan sistem-sistem negara adalah sebuah kebutuhan yang tak dapat diingkari. Meski Hawzah telah hadir di banyak bidang dan memenuhi berbagai kebutuhan sistem, namun kehadiran yang kuat, terorganisir, dan efektif dalam tatanan dokumen, rancangan, serta undang-undang negara masih menyisakan kekosongan dan menuntut kerja serius serta perencanaan yang matang.

Berita Hawzah – Ayatullah Alireza A‘rafi dalam pertemuan tahunan para wakil santri dan Fadhil senior atau alimni) Hawzah Ilmiyah Iran, yang diselenggarakan di Aula Madrasah Ma‘sumiyah Qom, dengan menegaskan posisi historis dan peradaban Hawzah, berkata: “Hawzah adalah sebuah institusi yang dalam hakikatnya memiliki sifat peradaban berdasarkan pemikiran Islam, dan hakikat ini telah berlanjut selama lebih dari seribu tahun.”

Imam Khomeini dan teori peradaban Islam

Direktur Hawzah Ilmiyah, dengan menjelaskan tiga pendekatan terhadap pemahaman peradaban Islam, menekankan: “Imam Khomeini (ra) dengan menghadirkan tafsir yang komprehensif, sistematis, dan berdasarkan penerimaan terhadap perubahan ilmiah dan sosial, telah menciptakan sebuah titik balik dalam sejarah pemikiran Islam dan membuka tahap baru dalam kehidupan intelektual dan peradaban Islam.”

Islam peradaban; tafsir komprehensif melawan tafsir keliru

Ayatullah A‘rafi, dengan menyinggung tafsir-tafsir keliru tentang konsep Islam peradaban, berkata: “Sebagian kelompok menafsirkan Islam seakan-akan sumber-sumber agama adalah pengganti seluruh pemikiran dan usaha ilmiah manusia, sehingga jalan perjuangan ilmiah harus ditutup. Pandangan ini, yang terlihat dalam sebagian aliran kaku, tidak dapat diterima dan tidak sesuai dengan hakikat Islam.”

Anggota Dewan Tinggi Hawzah Ilmiyah menambahkan: “Sebaliknya, tafsir yang Imam Khomeini (ra) hadirkan adalah pendekatan komprehensif, berorientasi masyarakat, dan peradaban, yang mencakup seluruh dimensi kehidupan manusia, sekaligus menerima pertumbuhan dan perubahan ilmiah serta menjawab kebutuhan-kebutuhan baru.”

Lahirnya teori ketiga; pembacaan baru atas Islam di awal gerakan

Direktur Hawzah Ilmiyah, dengan menyinggung tahun-tahun awal gerakan Islam, mengingatkan: “Jika hari ini seseorang menelaah pemikiran Imam pada tahun 1962–1964, ia akan menemukan bahwa dalam tujuh atau delapan khutbah, pesan, dan pernyataan terbatas pada masa itu, Imam di dalam Hawzah telah menghadirkan penafsiran ulang dan rekonstruksi mendalam atas Islam dalam ranah pengetahuan, budaya, sosial, dan politik.”

Beliau menekankan: “Banyak ulama memahami pandangan itu, tetapi tidak memiliki keberanian atau kesempatan untuk menindaklanjutinya. Yang membedakan Imam adalah penggabungan antara pemahaman mendalam dan metodis tentang Islam dengan keberanian luar biasa dalam penjelasan dan penciptaan wacana. Dua ciri ini berkumpul dalam diri Imam Khomeini (ra), dan hal itu yang menghadirkan teori ketiga, yakni Islam peradaban, ke dalam arena.”

Jejak pandangan peradaban dalam karya para pemikir besar

Ayatullah A‘rafi, dengan menyinggung jejak pandangan peradaban dalam karya para pemikir besar Syiah, menambahkan: “Akar pandangan ini dapat ditemukan dalam karya banyak tokoh besar pemikiran Islam. Dalam karya para fuqaha, mutakallim, mufasir, hukama, dan filusuf kita, pendekatan ini terlihat. Dalam pemikiran Allamah Thabathaba’i, baik dalam pembahasan filsafat maupun dalam tafsir al-Mizan, pandangan peradaban dan komprehensif terhadap Islam tercermin dengan jelas.”

Anggota Dewan Tinggi Hawzah Ilmiyah menambahkan: “Namun, sosok yang berhasil menghimpun semua dimensi itu secara menyeluruh dan konsisten, serta menjadikannya dasar bagi sebuah gerakan baru, adalah Imam Khomeini (ra).”

Imam Khomeini; titik balik evolusi pemikiran Islam

Direktur Hawzah Ilmiyah, dengan menyinggung telaah atas sejarah transformasi Hawzah dalam pertemuan terakhir para fadhil Najaf, menyatakan: “Dalam 1200 tahun terakhir, sekitar sepuluh hingga dua puluh fase perubahan mendasar telah terbentuk di Hawzah Ilmiyah, di mana ulama besar seperti Allamah Hilli, Khwaja Nasiruddin Tusi, dan lainnya menjadi penggerak utama, dan masing-masing dari mereka menciptakan titik balik.”

Beliau melanjutkan: “Namun Imam Khomeini (ra) adalah sosok dengan kelas sejarah yang berbeda, yang memutar arah besar sejarah. Ia memanfaatkan seluruh warisan masa lalu, tetapi menciptakan gerakan baru; sebuah transformasi berabad-abad yang membawa Islam memasuki tahap baru.”

Fondasi transformasi; pandangan peradaban Imam terhadap Islam

Direktur Hawzah Ilmiyah, dengan menekankan bahwa inti permusuhan terhadap revolusi dan pemikiran Imam adalah pandangan peradaban ini, menegaskan: “Ruh dan inti transformasi Imam Khomeini (ra) adalah pandangan utuh, mendalam, dan peradaban terhadap Islam. Pandangan ini merupakan salah satu prinsip fundamental pemikiran Islam yang beliau hidupkan kembali dan masukkan ke ranah sosial dan politik.”

Tags

Your Comment

You are replying to: .
captcha