Friday 5 December 2025 - 14:28
Kisah Para Ulama | Tanah Karbala (Turbah Husaini) dan Muamalah yang Mengembalikan Nyawa

Hawzah/ Ketika para dokter putus asa dalam mengobati putra Ayatullah Nukhodaki, beliau menaruh Tanah Imam Husain (Turbah Husaini) ke mulut putranya, yang menyebabkan putranya kembali dari kematian. Ayatullah Nukhudaki, yang mengetahui bahwa salah satu dari dirinya atau putranya harus meninggal, memilih kematian untuk dirinya sendiri agar putranya mendapat kesempatan untuk melayani masyarakat.

Dilansir dari Kantor Berita Hawzah, Hujjatul Islam Syaikh Ali Miqdadi Isfahani menceritakan mengenai kedudukan spiritual (karomah) ayah beliau, Ayatullah Hasan Ali Nukhudaki Isfahani, sebagai berikut:

Menjelang wafatnya ayah satya, Ayatullah Hasan Ali Nukhudaki Isfahani, saya menderita sakit parah. Keadaanku memburuk hingga para dokter berputus asa untuk, dan kehilangan harapan atas keselamatan hidupku.

Ayahku, setelah menyaksikan keputusasaan para dokter itu, ia mengambil sedikit turbah (tanah) dari makam Imam Husein 'alaihissalam. Lalu, menaruh tanah tersebut ke dalam mulutku, kemudian beliau beranjak meninggalkan saya dalam keheningan yang menggetarkan.

Dalam keadaan tidak sadarkan diri, aku melihat diriku melayang menuju langit, sementara seseorang yang memancarkan cahaya putih di sekelilingnya mengiringi perjalananku.
Ketika kami semakin tinggi naik, tiba-tiba terdengar sebuah perintah dari langit yang ditujukan kepada sosok bercahaya itu: “Antarkan kembali ruh orang yang telah wafat ini ke jasadnya lagi, karena ia telah memohon kesembuhan melalui turbah suci Imam Husein 'alaihissalam .” Pada saat itu aku tercengang dan menyadari sebenarnya bahwa aku telah meninggal dunia dan yang sedang bergerak menuju langit itu adalah ruhku, bukan tubuhku. Setelah, ruhku diantar kembali ke dunia oleh sosok bercahaya itu. Kemudian aku kembali sadar, dengan penuh keheranan, aku melihat diriku sendiri tidak sakit lagi. Akan tetapi, semua orang di sekelilingku tampak gelisah dan diliputi kesedihan yang mendalam."

Beberapa hari kemudian, ketika sedang bepergian bersama ayahku ke luar kota, aku menceritakan peristiwa itu kepada beliau. lalu Ayahku berkata: “Telah ditetapkan bahwa salah satu dari kita berdua harus meninggalkan dunia fana ini menuju alam yang kekal. Jika engkau yang wafat, aku akan hidup hanya lima belas tahun lagi. Namun karena tujuan hidupku tidak lain adalah berkhidmat kepada manusia untuk meraih ridha Allah Swt, maka aku memilih untuk pergi (meninggalkan dunia). Sedangkan, engkau masih muda dan hidupmu masih panjang; karena itu, sebaiknya engkau yang tetap hidup.”

Kemudian, beliau berkata: “Ketahuilah, aku memilih kematian untuk diriku dan kehidupan untukmu, agar selama hidupmu engkau dapat berkhidmat kepada masyarakat. Namun jika suatu hari engkau lalai atau bermalas-malasan dalam tugas ini, maka tahun tersebut akan menjadi tahun terakhir umurmu.”

Sumber: Kitab “Sebagian Karomah Haji Syaikh Hasan ‘Ali Nakhudaki Isfahani”, hlm. 34.

Tags

Your Comment

You are replying to: .
captcha