Saturday 15 November 2025 - 10:59
Pelajaran dari Al-Qur'an | Peringatan dari Al-Qur'an: Melupakan Allah Swt, Awal Kejatuhan Manusia

Hawzah/ Melupakan Allah Swt adalah titik awal kejatuhan spiritual manusia yang kemudian berujung pada melupakan dirinya sendiri . Berdasarkan Ayat 19 Surat Al-Hasyr ayat 19, manusia yang melupakan Allah Swt akan berada dalam jurang kejatuhan yang tidak jelas akhirnya, disebabkan oleh fasik (penyelewengan) dan kemaksiatan. Kembali ke jalur spiritual membutuhkan mengingat Allah Swt di setiap momen kehidupan serta menghidar dari segala bentuk dosa.

Berita Hawzah - Selama bulan suci Ramadhan, ikutilah serial kajian dari "Ayat-Ayat Pedoman Hidup", yang merupakan kumpulan ayat Al-Qur'an al-Karim beserta tafsir singkat dan aplikatif yang menjadi pedoman hidup dan kunci kebahagiaan. Mari kita sinari hari-hari di bulan Ramadhan dengan Kalam Ilahi.

Hujjatul Islam wal Muslimin Abbas Asyja' Isfahani:

Kriteria dan Tolok ukur untuk Menilai Kondisi Spiritual Manusia.

{وَلَا تَکُونُوا کَالَّذِینَ نَسُوا اللَّهَ فَأَنسَاهُمْ أَنفُسَهُمْ أُولَٰئِکَ هُمُ الْفَاسِقُونَ}

"Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik." (QS. Al-Hasyr: 19)

Bismillahirrahmanirrahim. Ayat ke-19 Surah Al-Hasyr ini membahas tema penting tentang "melupakan jati diri".

Ayat suci ini memberikan sebuah kriteria untuk menilai kondisi spiritual manusia dan merupakan peringatan serius mengenai konsekuensi dari melupakan Allah Swt.

Poin pertama dan sentral dari ayat ini adalah bahwa ketika kita ingin menilai diri sendiri dan membandingkannya dengan orang lain, Al-Qur'an memperingatkan kita: {ولا تکونوا کالذین نسوا الله}, "Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang melupakan Allah". Kemudian, dalam lanjutan ayat ini, berbunyi: {فأنساهم أنفسهم} – "Maka Allah menjadikan mereka lupa akan diri mereka sendiri."

Hubungan langsung antara melupakan Allah Swt dan melupakan jati diri sendiri ini adalah sebuah poin yang sangat amat dalam.

Oleh karena itu, jika seseorang ingin menilai apakah dia telah melupakan dirinya sendiri atau tidak, dimana kedudukannya, dan apakah dia berada di jalan yang benar, dia harus melihat apakah dia telah melupakan Allah Swt dalam kehidupannya atau justru senantiasa mengingat Allah Swt dalam segala urusan kehidupannya.

Jika dia menyadari bahwa dirinya telah menjadi seperti orang-orang yang tidak memikirkan (atau dengan kata lain: melupakan) Allah Swt dalam segala urusan hidup mereka, maka dia harus tahu bahwa dia juga telah melupakan dirinya sendiri.

Poin yang sangat penting dalam ayat ini adalah bahwa jalan kita menuju Allah Swt dimulai dengan mengenal diri sendiri (nafs).

Sebagaimana disebutkan dalam hadis yang masyhur: {من عرف نفسه فقد عرف ربه} ,"Barangsiapa mengenal dirinya, maka sungguh dia telah mengenal Tuhannya."

Kita mencapai pengenalan kepada Allah Swt (ma'rifatullah) melalui pengenalan terhadap diri sendiri (ma'rifatun nafs). Dengan demikian, kelupaan akan diri sendiri bersumber dari dan dimulai oleh kelupaan akan Allah.

Poin berikutnya dalam ayat ini merujuk pada perantara yang menyebabkan manusia melupakan Allah dan melupakan dirinya sendiri. Pada akhir ayat, Allah berfirman: {أولئك هم الفاسقون}, "Mereka itulah orang-orang yang fasik." Yakni, kefasikan dan kefajiran, dosa dan maksiat, serta mengikuti jalan setan menyebabkan manusia melupakan Allah Swt.

Di antara karakteristik orang-orang yang melupakan Allah Swt adalah mereka melakukan kefasikan dan kefajiran, serta melakukan dosa dan maksiat.

Kesimpulan penting dari ayat ini [QS Al-Jātsiyah 45:23] adalah jika kita ingin memiliki Tuhan dalam hidup kita, kita harus menghindari (berpaling dari) kemaksiatan.

Jika—jangan sampai terjadi—kita melakukan kemaksiatan, mka kita harus segera bertaubat agar 'lupa kepada Tuhan' tidak berujung pada 'lupa terhadap diri sendiri'. Sebab, lupa terhadap diri sendiri akan menempatkan manusia di jurang kejatuhan yang tidak jelas akhirnya. Tidak ada kepastian apakah manusia akan memiliki akhir yang baik atau tidak, dan dalam kondisi dan keadaan seperti apa ia akan meninggalkan dunia ini.

Oleh karena itu, manusia dengan senantiasa berzikir dan mengingat Swt Allah di setiap waktu, manusia akan menemukan hakikat dirinya yang sesungguhnya dan, insya Allah, tidak akan kehilangan jati dirinya.

Tags

Your Comment

You are replying to: .
captcha