Berita Hawzah – Di tengah keheningan lembaga-lembaga akademik di banyak negara Barat terhadap tragedi kemanusiaan di Gaza, sekelompok mahasiswa dan dosen Universitas Chili pada hari Senin, 4 Oktober, menggelar aksi protes bernuansa seni di halaman Fakultas Filsafat dan Ilmu Humaniora. Aksi ini digagas oleh Komite Palestina Universitas Chili sebagai upaya menyuarakan penderitaan rakyat Palestina ke ruang akademik negara tersebut.
Di gerbang utama fakultas, dipasang instalasi artistik yang menggugah: potret anak-anak Palestina yang gugur, puing-puing kehancuran Gaza, serta simbol-simbol perlawanan rakyat terhadap penjajahan. Di antara karya-karya tersebut, sebuah pertanyaan besar terpampang di dinding:
“Sampai kapan universitas-universitas kita akan bungkam terhadap genosida?”
Penyelenggara menegaskan bahwa tujuan utama gerakan ini adalah memecah sikap apatis di lingkungan kampus dan memperingatkan bahaya normalisasi kejahatan. Mereka menyatakan bahwa diam terhadap tragedi kemanusiaan di Gaza merupakan bentuk keterlibatan dalam kejahatan itu sendiri.
Dalam pernyataan resmi Komite Palestina disebutkan:
“Sejak Oktober lalu, rakyat Palestina menghadapi gelombang serangan dan penjajahan yang belum pernah terjadi sebelumnya, bukan hanya melalui bom, tetapi juga lewat blokade, kelaparan, dan juga penghapusan budaya. Dalam situasi seperti ini, sikap diam dan tidak bertindak dari dunia akademik merupakan bentuk persetujuan terhadap penindasan.”
Para mahasiswa menuntut agar Universitas Chili segera membatalkan seluruh perjanjian dan proyek kerja sama dengan institusi-institusi Zionis. Mereka juga mendesak pemerintah Chili untuk memutuskan hubungan diplomatik, perdagangan, dan militer dengan Israel, agar negara mereka tidak lagi terlibat secara tidak langsung dalam kebijakan apartheid rezim tersebut.
Salah satu anggota Komite Palestina menyampaikan kepada awak media:
“Universitas seharusnya menjadi benteng bagi pemikiran kritis dan pencarian keadilan, bukan ruang bagi sikap acuh tak acuh. Jika di sini pun kita tak bisa bicara tentang keadilan, lalu di mana lagi kita harus bersuara?”
Aksi ini ditutup dengan seruan “Dari Sungai hingga Laut, Palestina Merdeka”, dan para mahasiswa juga berkomitmen untuk melanjutkan kegiatan edukatif dan forum solidaritas bagi rakyat Palestina dalam pekan-pekan mendatang.
Your Comment