Saturday 1 November 2025 - 10:21
Setengah dari Iman adalah Bersikap murah Hati kepada Keluarga

Hawzah/ Ayatullah Hasyimi Ulya menyatakan bahwa seorang suami juga harus bermurah hati kepada istrinya, karena kehidupan tanpa saling memaafkan hanya akan dipenuhi dengan pertikaian. Beliau menambahkan, "Setengah dari iman adalah bermurah hati ." Seorang suami harus menunaikan hak istrinya. Jika ia sendiri lapar, ia harus mendahulukan makanan untuk istrinya. Ia tidak boleh bersikap kasar dan merengut, dan bahkan jika sang istri melakukan kesalahan, ia harus menghadapinya dengan wajah yang ramah.

Berita Hawzah- Ayatullah Hasyimi ulya, pendiri Madrasah Qa'im (afs), dalam sesi pengajian akhlaknya, dengan mengacu pada doa Imam Sajjad (as) tentang berlindung dari kezaliman para zalim, menjelaskan berbagai jenis kezaliman dan pentingnya menjauhinya.

Pada awal pembahasannya, Ayatullah Hasyimi Ulya menyatakan: "Dalam Al-Qur'an dan riwayat, sangat ditekankan tentang kezaliman. Salah satu bentuk kezaliman yang paling penting adalah ketika manusia menzalimi dirinya sendiri. Seseorang yang dengan sengaja atau karena kebodohannya menyakiti dirinya sendiri, termasuk jenis kezaliman yang terbesar. Semua orang yang telah menzalimi diri mereka sendiri di dunia, akan menyesal di hari Kiamat; mereka akan menggigit daging tubuh mereka sendiri dan berkata: 'Mengapa kami melakukan ini dan mengapa kami tidak mendengarkan firman Allah dan Rasul-Nya?' Bahkan jika seorang mukmin adalah seorang yang fasik, ia akan masuk surga, tetapi mungkin ia akan tinggal terlebih dahulu dalam siksaan neraka selama bertahun-tahun, tergantung pada besarnya kezalimannya."

Ayatullah Hasyimi Ulya kemudian menambahkan: "Jenis kezaliman kedua adalah menzalimi keluarga. Allah swt berfirman dalam Al-Qur'an: 'Jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.' (QS. At-Tahrim: 6). Keluarga adalah nikmat yang besar, dan istri yang shalehah adalah salah satu nikmat Allah swt yang terbesar. Perempuan-perempuan yang beriman, taat, dan pendidik generasi yang shaleh, memiliki pahala yang sangat besar di sisi Allah swt."

Beliau menegaskan bahwa Rasulullah (saw) diutus untuk bersikap murah hati kepada manusia: "Dalam kehidupan sosial, jika tidak ada kemurahan hati, masyarakat akan kacau. Rasulullah (saw) dalam menghadapi gangguan dari orang lain, tidak marah, melainkan membalasnya dengan sopan santun dan akhlak yang baik. Seseorang yang ingin menjadi pembimbing masyarakat haruslah bermurah hati kepada orang lain. Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib (as) bersabda: 'Siapa yang tidak mampu bermurah hati, maka ia bukanlah orang yang bijaksana dan berakal.'"

"Seorang suami juga harus bermurah hati kepada istrinya," tegasnya, "karena kehidupan tanpa saling memaafkan hanya akan dipenuhi pertikaian. Setengah dari iman adalah sikap murah hati."

Beliau menjelaskan lebih lanjut: "Seorang suami harus menunaikan hak istrinya. Jika ia sendiri lapar, ia harus mendahulukan memberi makannya kepada istrinya. Ia tidak boleh bersikap keras dan cemberut, dan bahkan jika istrinya melakukan kelalaian atau kesalahan, ia harus menghadapinya dengan wajah yang berseri. Allah swt telah menjadikan perempuan sebagai sumber ketenangan bagi laki-laki, dan ini adalah nikmat yang terbesar."

Dalam penjelasannya yang lebih dalam tentang kehidupan berrumah tangga, Ayatullah Hasyimi Ulya melanjutkan dengan menukil sabda Rasulullah Saw:

"Jika seorang suami berkata kepada istrinya, 'Aku mencintaimu,' maka kata-kata ini tidak akan pernah keluar dari hati wanita itu."

Beliau menekankan bahwa seorang suami harus mengungkapkan kasih sayangnya agar istri merasa dihargai. Rasulullah Saw juga bersabda: "Seorang wanita yang memberikan seteguk air kepada suaminya lebih utama daripada (pahala) shalat dan puasa selama satu tahun."

Ustadz Hawzah Ilmiah ini juga mengkritik maraknya perceraian yang dilakukan dengan mudah: "Mereka yang menghancurkan institusi keluarga hanya karena masalah sepele, tidak memiliki akal dan agama. Agama bertujuan untuk mendidik manusia.

Suami dan istri harus memiliki akhlak, iman, kepedulian, dan saling menghormati agar kehidupan mereka menjadi indah." Imam Ja'far As-Shadiq (as) juga bersabda: "Seorang suami yang berakhlak baik dan selalu berbuat kebaikan untuk keluarganya, umurnya akan dipanjangkan."

Peran Orang tua dalam mendidik anak

Beliau menyoroti juga peran orang tua dalam mendidik anak, berkata: "Di masa lalu, ayah membawa anak-anak mereka ke masjid sejak usia tujuh tahun, tetapi hari ini tidak demikian. Ketika seorang anak tidak dikenalkan dengan agama dan shalat sejak dini, wajar jika di dewasa mereka tidak memiliki ketertarikan. Kita harus menumbuhkan minat anak-anak terhadap shalat dan iman dengan kasih sayang, sopan santun, dan dorongan."

Ayatullah Hasyimi Alya menekankan: "Orang tua harus meluangkan waktu untuk mendidik dan membina akhlak anak-anak mereka, mendoakan mereka, dan melindungi mereka dari bahaya dan godaan zamannya. Jika nilai-nilai akhlak mulia dapat diinternalisasi dalam masyarakat, kita akan memiliki masyarakat yang bersih, damai, dan ilahiah."

Di akhir cermahnya, beliau mengingatkan: "Nahjul Balaghah dan ucapan Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib (as) dipenuh dengan sopan santun dan pendidikan, namun sayangnya kita telah menjauhinya. Kita harus kembali kepada pengetahuan dan akhlak keagamaan agar masyarakat kita dapat diperbaiki."

Tags

Your Comment

You are replying to: .
captcha