Berita Hawzah — Dalam pidatonya di Kongres Peringatan Mirza Naeini pada hari Kamis, Ayatullah A‘rafi menyatakan bahwa menghidupkan kembali kenangan para ulama besar pada hakikatnya adalah menghidupkan “kehidupan ilmiah, akhlak, dan peradaban hawzah.” Ia menyampaikan rasa syukur kepada Allah atas kesempatan untuk menghormati “salah satu pelita yang bersinar di dunia hawzah.”
Ulama senior tersebut menyampaikan apresiasi kepada para ulama, tamu, dan perwakilan dari Iran maupun luar negeri, termasuk delegasi dari Najaf, Mashhad, Isfahan, serta dari kantor-kantor para marja‘ agung, atas partisipasi mereka. Ia juga mengucapkan terima kasih kepada para penyelenggara, peneliti, dan awak media yang telah berperan dalam menyukseskan acara tersebut.
Dengan mengakui “bimbingan berharga” dari Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam dan para marja‘ agung, Ayatullah A‘rafi menyatakan bahwa pesan-pesan mereka telah memberikan arah yang jelas dan wawasan mendalam bagi masa depan hawzah.
Ia menekankan bahwa kongres ini bukan sekadar acara peringatan, melainkan “forum untuk merenungkan warisan intelektual, fikih, dan peradaban Mirza Naeini,” seraya menggambarkan beliau sebagai “salah satu perintis pemikiran reformis dalam hubungan antara agama, akal, dan politik.”
Ayatullah A‘rafi menyampaikan harapannya agar pertemuan semacam ini memperkuat misi ilmiah dan peradaban hawzah, serta mengarah pada pemahaman yang lebih mendalam terhadap warisan intelektual Syiah. Ia mengumumkan bahwa lebih dari empat puluh karya Mirza Naeini akan diperkenalkan, bersama dengan penelitian akademik terbaru mengenai pemikiran dan pengaruh beliau.
“Menghidupkan kembali karya-karya para ulama besar merupakan salah satu misi utama hawzah,” ujarnya. “Menghormati tokoh-tokoh ini bukan hanya bentuk penghargaan atas ketakwaan mereka, tetapi juga penguatan identitas umat Islam dan inspirasi bagi generasi muda untuk melanjutkan jalan mereka.”
Ia menutup pidatonya dengan menyatakan bahwa kembali kepada pemikiran Mirza Naeini berarti kembali kepada “rasionalitas, kebebasan, dan spiritualitas dalam bingkai agama.”
Your Comment