Berita Hawzah - Direktur lembaga Hawzah Ilmiyah Ayatullah Alireza A‘rafi menegaskan tiga unsur penting dalam pekerjaan budaya, yaitu orientasi spiritual, kesadaran dan wawasan, serta kerja kolektif berbasis pemikiran. Ia menekankan bahwa keikhlasan adalah faktor yang meningkatkan kualitas amal, dan bahwa bertransaksi dengan Tuhan menghasilkan kenikmatan dan berkah yang tak ditemukan di tempat lain. Dalam setiap langkah, kita harus hadir di meja transaksi dengan Tuhan.
Dalam pidatonya pada Konferensi Nasional ke-93 para Wakil Bidang Kebudayaan serta Ketua Lembaga dan Pusat Kebudayaan Jihad Universitas se-Iran, yang digelar di Aula Syahid Ahmadi Roshan Universitas Qom, Ayatullah A‘rafi menguraikan tiga unsur penting dalam pekerjaan budaya berdasarkan ayat 108 Surah Yusuf:
«قُلْ هَذِهِ سَبِیلِی أَدْعُو إِلَی اللَّهِ عَلَی بَصِیرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِی وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِینَ»
(Katakanlah: Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku menyeru kepada Allah dengan penuh kesadaran; Mahasuci Allah, dan aku bukanlah dari golongan musyrik).
Tiga unsur yang diperlukan untuk pekerjaan budaya:
Unsur pertama: pekerjaan budaya harus berorientasi pada alam ilahi.
Direktur Hawzah Ilmiyah menyatakan bahwa unsur pertama dalam misi kenabian adalah “ادعو الی الله” (Aku menyeru kepada Allah). Tujuan ini menunjukkan bahwa hakikat manusia tidak sama dengan materi, melainkan segala sesuatu berada di jalan menuju pandangan dan kehidupan yang lebih tinggi. Karena itu, ciri pertama adalah bahwa pekerjaan budaya harus berorientasi kepada alam kudus, yang memancarkan cahaya di dunia. Tuhan sebagai tujuan dan puncak kehidupan adalah motivasi yang mendorong kita untuk berjihad dan bergerak.
Unsur kedua: kesadaran dan pemahaman terhadap jalan.
Ayatullah A‘rafi menyatakan bahwa jalan ini dilanjutkan dengan kesadaran, pengetahuan, dan pemahaman terhadap jalan serta segala hal yang ada di dalamnya. Nabi (saw) membimbing menuju kebenaran dan juga menunjukkan metode dan cara yang baik serta tepat. Oleh karena itu, jalan ini harus ditempuh dengan kesadaran (bashirah). Kesadaran dan pemahaman terhadap jalan adalah unsur kedua dalam kegiatan budaya.
Unsur ketiga: rantai budaya dan sistem pemikiran.
Anggota Dewan Tertinggi Hawzah Ilmiyah menegaskan bahwa unsur ketiga dalam kafilah petunjuk Rasulullah dan setiap kegiatan budaya dan penjelasan adalah bahwa jalan ini tidak dapat ditempuh sendirian. Ia memerlukan kelompok, rantai budaya, dan sistem pemikiran. Sistem ini bahkan tidak hanya terbatas pada tingkat peristiwa Asyura, tetapi memiliki cakupan yang lebih luas.
Direktur Hawzah Ilmiyah melanjutkan: apa pun yang kita katakan tentang Tuhan, tetap kecil dibandingkan dengan keagungan-Nya, karena akal kita tidak dapat mencapai derajat yang tinggi itu. Kelemahan perasaan dan emosi kita di hadapan Tuhan dan kasih sayang Ilahi sangat jelas. Tiga unsur ini adalah pilar jalan yang Nabi sebut: “هذه سبیلی” (Inilah jalanku).
Hadir di meja transaksi dengan Tuhan.
Ayatullah A‘rafi menekankan: keikhlasan adalah faktor yang meningkatkan kualitas amal. Bertransaksi dengan Tuhan menimbulkan kenikmatan dan membawa berkah yang tidak ditemukan di tempat lain. Dalam setiap tindakan, kita harus hadir di meja transaksi dengan Tuhan.
Direktur Hawzah Ilmiah menyatakan bahwa kita hidup di masa ketika dunia dibentuk oleh pemikiran peradaban Barat. Peradaban ini memiliki kelebihan yang tidak boleh diabaikan, tetapi juga mengandung pandangan dan pemikiran yang berbeda dengan pandangan kita. Pandangan ini tampak di seluruh aspek kehidupan manusia, dan kita harus memandangnya secara adil sekaligus kritis.
Pentingnya teori-teori menengah untuk menjawab pertanyaan generasi muda.
Beliau menyatakan bahwa teori-teori menengah memiliki pentingnya khusus untuk menjawab pertanyaan generasi muda. Perbedaan antara Syahid Murtadha Muthahhari dengan yang lain adalah bahwa beliau mampu menggali teori-teori dari sumber-sumber agama dan ilmiah yang mencerahkan pikiran masyarakat dan menjawab pertanyaan-pertanyaan dasar mereka secara tidak langsung. Lembaga-lembaga budaya, selain melakukan pekerjaan ilmiah dan fundamental, harus mampu menghasilkan dan menyajikan teori-teori menengah ini. Ini adalah pekerjaan besar di mana kita masih memiliki kelemahan dan harus memperhatikannya secara serius.
Ayatullah A‘rafi menyatakan: pekerjaan ilmiah dan budaya, selain akal, kemampuan mental, dan perencanaan, juga memerlukan semangat dan perasaan yang sesuai. Semangat ini sangat penting dalam pekerjaan ilmiah dan bimbingan, dan memiliki pengaruh besar dalam melaksanakan tugas dan mencapai tujuan.
Your Comment