Wednesday 17 December 2025 - 09:34
Pola Emosional Barat Tidak Sejalan dengan Fitrah dan Budaya Islam

Hawzah/ Babai, seraya menekankan pentingnya penyesuaian hubungan emosional dengan fitrah manusia dan budaya keagamaan, menyatakan bahwa pola-pola emosional yang lazim di masyarakat Barat tidak hanya tidak sejalan dengan landasan pemikiran dan moral masyarakat Islam, tetapi juga berpotensi menjadi pemicu kerusakan serius dalam institusi keluarga.

Berita Hawzah – Kursi Ilmiah bertajuk “Keserasian Ruhani dalam Kehidupan Rumah Tangga” yang didasarkan pada tiga alur filosofis, digelar hari ini, 16 Desember 2025, di Universitas Tabriz, Iran, dengan dihadiri para dosen universitas, mahasiswa, serta para pemerhati isu-isu terkait.

Dalam forum ilmiah tersebut, Ali Babai, dosen Universitas Tabriz, bertindak sebagai pemapar utama. Hadir pula Hujjatul Islam Naser Furuhi dan Hujjatul Islam Asghar Naqdi sebagai pengkritik, serta Hujjatul Islam Abbas Abbaszadeh sebagai moderator.

Ali Babai, dosen Universitas Tabriz, dalam pemaparannya menekankan pentingnya kesesuaian hubungan emosional dengan fitrah manusia dan budaya keagamaan. Ia menyatakan bahwa sejumlah pola yang lazim dalam relasi emosional tidak sejalan dengan fitrah dan tata nilai sosial masyarakat. Menurutnya, prinsip saling mencintai dan dicintai tidaklah bermasalah, namun ketertarikan tersebut harus terbentuk secara rasional, transparan, dan berada dalam koridor yang benar.

Menyinggung relasi antara laki-laki dan perempuan di masyarakat, ia menambahkan bahwa apabila ketertarikan mulai tumbuh, keluarga harus dilibatkan. Sebab, jika (na’udzubillah) terjadi kegagalan, beban psikologisnya dapat ditanggung secara kolektif dengan dukungan keluarga, sehingga potensi kerusakan serius dapat dicegah. Pengalaman orang tua, karena kedekatan emosional dan pemahaman yang lebih mendalam terhadap anak, dapat memainkan peran penting dalam pengambilan keputusan yang tepat.

Babai juga menyoroti posisi konsep wilayah dalam relasi antarmanusia. Ia menegaskan bahwa bentuk kasih sayang terkuat adalah kasih sayang yang bersifat wilayi, yakni kasih yang bahkan melampaui cinta dan persahabatan. Ketergantungan generasi muda pada ikatan wilayi dan kekeluargaan semacam ini dapat mempermudah sekaligus mengamankan proses pemilihan pasangan dan pembentukan keluarga.

Ia menekankan bahwa dalam teks-teks keagamaan, persoalan pernikahan mendapatkan perhatian yang sangat serius. Bahkan, penyimpangan dalam bidang ini dinilai lebih berbahaya dibandingkan banyak problem sosial lainnya, dan kembali dari kesalahan semacam itu pun jauh lebih sulit.

Tags

Your Comment

You are replying to: .
captcha