Berita Hawzah – Hujjatul Islam Syaikh Hasan al-Baghdadi, Direktur Lembaga Ihya Turats Ulama Lebanon, dalam Konferensi Internasional Pertama “Teologi Perlawanan” yang digelar pada Rabu, 17 Desember 2025, di Fakultas Sains Universitas Ferdowsi Masyhad, Iran, menjelaskan berbagai dimensi konsep perlawanan dan menekankan pentingnya pemahaman yang mendalam dan berlapis terhadap strategi ini dalam kondisi sensitif kawasan saat ini.
Anggota Dewan Ulama Lebanon dalam acara tersebut menyampaikan salam dan penghormatan dari Syaikh Na’im Qasim, Wakil Sekretaris Jenderal Hizbullah Lebanon, kepada para peserta. Ia menambahkan bahwa dirinya ditugaskan langsung untuk hadir dalam forum ilmiah ini karena konferensi tersebut memiliki nilai strategis dalam kondisi khusus yang sedang dihadapi kawasan.
Syaikh al-Baghdadi, menyinggung dinamika regional, menyatakan bahwa kawasan saat ini berhadapan dengan kebijakan arogan dan keras Amerika Serikat serta sekutunya, khususnya rezim Zionis, kebijakan yang bertujuan menguasai wilayah, mengendalikan sumber daya, menundukkan bangsa-bangsa, dan menghadapi Islam.
Menjelaskan konsep perlawanan, ia menuturkan bahwa ketika istilah “perlawanan” disebut, sebagian orang membayangkannya hanya sebagai respons terhadap pendudukan. Padahal, menurutnya, perlawanan memiliki bentuk yang beragam sesuai kebutuhan dan kondisi: mulai dari perlawanan militer dan politik hingga sosial, ekonomi, dan budaya.
Direktur Ihya Turats Ulama Lebanon itu menambahkan bahwa dalam beberapa fase sejarah, perlawanan tampil dalam bentuk kesabaran, keteguhan, dan menggagalkan tujuan musuh—sebagaimana dilakukan Nabi Muhammad SAW selama periode Makkah sebelum hijrah ke Madinah.
Pada fase lain, perlawanan mengambil bentuk tindakan langsung dan ofensif, seperti dalam Perang Badar setelah turunnya izin Ilahi. Pada fase berikutnya, perlawanan muncul dalam bentuk pertahanan dan keteguhan, sebagaimana terjadi dalam Perang Ahzab dan Perang Khandaq.
Di akhir pidatonya, Direktur Ihya Turats Ulama Lebanon mengajukan sejumlah pertanyaan reflektif: umat perlawanan telah berkali-kali berbicara tentang kerugian yang mereka alami, sebagaimana disampaikan Sekretaris Jenderal Hizbullah dan Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam Iran. “Namun apakah para musuh berani berbicara tentang kerugian besar yang mereka derita akibat perlawanan Palestina, Lebanon, Yaman, dan khususnya Republik Islam Iran? Apakah mereka berani membahas kebangkrutan perusahaan-perusahaan besar dan meningkatnya kebencian global terhadap Amerika dan Israel? Jika mereka mampu, silakan berbicara.”
Your Comment