Dilansir Kantor Berita Hawzah, Hujjatul Islam wal Muslimin Rafi'i dalam ceramahnya di aula Imam Khomeini, Haram suci Sayyidah Fathimah Ma'shumah 'alaihassalam, dengan mengutip surah Ali 'Imran, ayat 42¹ berkata: "Allah Swt telah memberikan tiga karunia kepada Sayyidah Maryam 'alaihassalam: 'Terpilih' (isthafa), 'Kesucian' (thaharah), dan 'Keunggulan di atas wanita seluruh alam'."
Alim Ulama ini menjelaskan: "Malaikat yang berbicara kepada Maryam menunjukkan kedudukannya sebagai 'Muhaddatsah'. Dan hal ini juga disebutkan dalam riwayat-riwayat Ahlulbait 'alaihimussalam mengenai Sayyidah Fathimah Az-Zahra salāmullāh'alaihā."
Hujjatul Islam wal Muslimin Rafi'i, dengan merujuk pada riwayat sahih dari Imam Ja'far As-Shadiq 'alaihissalam, menekankan: "Sayyidah Fathimah Az-Zahra salāmullāh'alaihā juga adalah seorang Muhaddatsah. Setelah wafatnya Rasulullah SAW, para malaikat berbicara kepadanya dan menyampaikan berita-berita gaib."
Beliau kemudian, sambil menjelaskan perbedaan antara dua ungkapan "istifa" (اصطفاك) dalam ayat tersebut, memaparkan pandangan para mufasir tentang makna "terpilih di atas wanita seluruh alam" dan mengingatkan hadis-hadis yang berkaitan dengan keutamaan Sayyidah Fathimah Az-Zahra salāmullāh'alaihā. Kajian terhadap ayat-ayat ini menunjukkan bahwa kesucian (thaharah) Sayyidah Maryam 'alaihassalam—seperti halnya Ahlulbait 'alaihimussalam—adalah penyucian dari segala noda (rijs) dan dosa.
Sang penceramah di Haram suci Sayyidah Fathimah Ma'shumah itu kemudian menyebutkan tiga perintah Ilahi yang ditujukan kepada Maryam: "Berdirilah dengan khusyuk (aqnuti), sujudlah, dan rukuklah bersama orang-orang yang rukuk." Beliau menafsirkan perintah-perintah ini sebagai penekanan Al-Qur'an akan pentingnya ibadah dan shalat berjamaah.
Hujjatul Islam wal Muslimin Rafi'i, dengan menyebutkan contoh-contoh dari Al-Qur'an, menjelaskan: "Sebagian dari ayat-ayat ini mengandung berita-berita gaib yang hanya disampaikan kepada Rasulullah Saw melalui wahyu."
Dengan mengisahkan kisah pengasuhan Sayyidah Maryam 'alaihassalam, beliau menjelaskan secara rinci bagaimana undian diadakan di antara para ulama dan tokoh terkemuka pada masa itu untuk menentukan walinya, serta mengingatkan peran Nabi Zakaria 'alaihissalam dalam tanggung jawab ini. Ayat-ayat tentang pengasuhan dan perwalian atas Sayyidah Maryam 'alaihassalam menjadi landasan fikih untuk 'kaidah undian (qur'ah)' dalam menyelesaikan persoalan-persoalan yang rumit dan diperselisihkan.
Hujjatul Islam wal Muslimin Rafi'i melanjutkan: "Bagian penting dari sejarah para nabi dalam Al-Qur'an, seperti kisah Nabi Yusuf 'alaihissalam dan Nabi Nuh 'alaihissalam, adalah termasuk dalam contoh-contoh berita ghaib ini."
Beliau kemudian merangkum seluruh pembahasan, menyebutkan ciri-ciri menonjol Sayyidah Maryam 'alaihassalam—yang meliputi statusnya sebagai Muhaddatsah, kesucian (thaharah), keterpilihan (isthafa), serta peran tunggalnya dalam sejarah semua agama—dan menjelaskan keterkaitan konsep-konsep ini dengan kedudukan mulia Sayyidah Fathimah Az-Zahra salāmullāh'alaihā.
Di akhir ceramahnya, pakar agama ini, dengan menyebut keutamaan-keutamaan Sayyidah Fathimah Az-Zahra salāmullāh'alaihā serta peran beliau sebagai penenang hati Rasulullah Saw. Beliaumenutup majelis dengan berdoa untuk penyegeraan kemunculan Imam Zaman 'alaihissalam dan akhir yang baik bagi seluruh hadirin.
Catatan Kaki:
1. {وَإِذۡ قَالَتِ ٱلۡمَلَـٰٓئِكَةُ يَٰمَرۡيَمُ إِنَّ ٱللَّهَ ٱصۡطَفَىٰكِ وَطَهَّرَكِ وَٱصۡطَفَىٰكِ عَلَىٰ نِسَآءِ ٱلۡعَٰلَمِينَ}, "Dan (ingatlah) ketika Malaikat (Jibril) berkata: ""Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, menyucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu)."
Your Comment