Berita Hawzah – Dalam sebuah ceramah di aula Imam Khomeini RA di Haram suci Sayyidah Ma’sumah, Hujjatul Islam wal Muslimin Ali Nazari Monfared membuka dengan pujian kepada Allah SWT dan shalawat atas Nabi Muhammad SAWW dan Ahlulbait AS, lalu menyampaikan sebuah hadis dari Rasulullah SAWW yang menyebut Sayyidah Zahra AS sebagai manusia paling utama dari segi penciptaan, akhlak, dan kemuliaan, serta menyebut beliau sebagai “sebaik-baik penghuni bumi.”
Mengutip hadis dari sumber Ahlusunnah, beliau menegaskan bahwa seluruh keindahan dan kesempurnaan terkumpul dalam pribadi Sayyidah Zahra AS, dan kedudukan beliau melampaui seluruh tingkatan keelokan dan keindahan.
Untuk menjelaskan jalan pertumbuhan spiritual manusia, penceramah Haram Sayyidah Ma’sumah merujuk pada kisah Nabi Musa dan Khidir AS dalam Al-Qur’an, dan menyatakan bahwa manusia tidak akan mencapai kesempurnaan tanpa bimbingan seorang guru. Bahkan Nabi Musa as, seorang rasul ulul azmi, pun mendatangi Khidir as untuk mempelajari sebagian dari ilmu laduni.
Beliau menjelaskan bahwa dalam seluruh cabang ilmu, baik rasional, tradisional, maupun empiris, kemajuan tidak mungkin dicapai tanpa kehadiran guru, dan ilmu sejati hanya akan berbuah melalui pengajaran yang benar dan pendampingan seorang pembimbing.
Dengan merujuk pada ayat-ayat Al-Qur’an, Hujjatul Islam Nazari Monfared menyebut Nabi Muhammad SAWW sebagai teladan sempurna yang terjaga dari kesalahan, dan menekankan bahwa seorang panutan harus bebas dari cacat agar manusia dapat menyesuaikan perilakunya berdasarkan teladan tersebut, sebagaimana Allah swt memperkenalkan Nabi Muhammad SAWW dan Nabi Ibrahim as sebagai uswah (teladan).
Mengutip hadis “Fatimah adalah bagian dariku,” beliau menyebut Sayyidah Zahra AS sebagai “ruh Nabi” dan menegaskan bahwa Sayyidah Shiddiqah Kubra bukan hanya teladan bagi perempuan, tetapi juga bagi laki-laki dan para imam maksum AS.
Penceramah Haram Sayyidah Ma’sumah kemudian menyinggung ibadah-ibadah khusus Sayyidah Zahra AS dan menyampaikan bahwa cahaya ibadah beliau di mihrab menerangi para penghuni langit, dan rasa takut kepada Allah SWT dalam diri beliau begitu dalam hingga membuat tubuh beliau bergetar.
Untuk meraih kekhusyukan dalam salat, beliau menekankan pentingnya peningkatan ma’rifat terhadap Allah SWT, ayat-ayat-Nya, dan nikmat-nikmat-Nya, serta mengingatkan contoh dari kehidupan Imam Sajjad AS dalam kesungguhan beribadah.
Hujjatul Islam Nazari Monfared juga menyinggung pentingnya amar makruf dalam salat dan pendidikan anak, serta mengutip riwayat dari Imam Baqir AS dan Imam Shadiq AS yang memperingatkan bahwa meremehkan salat dapat membuat seseorang terhalang dari syafaat Ahlulbait AS.
Beliau menekankan peran infak dalam kehidupan seorang mukmin, mengingatkan ayat-ayat surah Ad-Dahr tentang pengorbanan Ahlulbait as, dan menyatakan bahwa amal yang dilakukan karena Allah SWT akan kekal dan abadi.
Penceramah Haram Sayyidah Ma’sumah juga menyebut pendidikan keluarga sebagai salah satu bidang penting dalam meneladani Sayyidah Zahra AS, dan merujuk pada kisah Abdullah bin Amir tentang pendidikan kejujuran di hadapan Nabi. Ia mengajak para orang tua untuk membiasakan anak-anak dengan kejujuran dan kemurnian sejak dini.
Dalam bagian lain ceramahnya, Hujjatul Islam Nazari Monfared menyinggung kejujuran Sayyidah Zahra AS dalam kehidupan rumah tangga dan menyatakan bahwa beliau tidak pernah sekalipun berdusta kepada suaminya. Teladan ini, menurutnya, harus hadir dalam kehidupan pribadi dan sosial kaum mukminin.
Dengan menyampaikan nasihat-nasihat akhlak tentang kesucian, kehormatan, amanah, dan kejujuran, beliau menekankan pentingnya masyarakat meneladani nilai-nilai Fatimiyah, karena penerapan prinsip-prinsip ini akan mengurangi banyak persoalan sosial.
Di akhir ceramah, beliau mengingatkan sebagian dari musibah yang menimpa Sayyidah Zahra AS dan perpisahan beliau dengan Amirul Mukminin AS, serta mengajak para hadirin untuk menjadikan hari-hari Fatimiyah sebagai momen perenungan atas keteladanan beliau dalam penghambaan dan akhlak.
Your Comment