Berita Hawzah – Dalam malam kedua peringatan duka Fathimiyyah di Husainiyah Ayatullah Sheikh Murtadha Zahid, Tehran, Ayatullah Muhammad Ali Jawadan, ustad akhlak Hawzah Ilmiyah, menjelaskan kedudukan amalan sunnah, pentingnya mendekat kepada Allah, serta urgensi menjaga anggota tubuh dan perilaku dalam jalan penghambaan.
Beliau menegaskan, berdasarkan hadis sahih yang tercantum dalam sumber-sumber Syiah dan Sunni, siapa pun yang menghina wali Allah berarti telah menyatakan perang terhadap-Nya, dan tidak ada seorang pun yang akan menang dalam perang tersebut.
Ayatullah Jawadan menjelaskan bahwa baik amalan wajib maupun sunnah memiliki peran langsung dalam menjadikan seseorang dicintai oleh Allah. Cara terbaik untuk mendekat kepada Tuhan adalah dengan menjalankan kewajiban, namun amalan sunnah dan kebaikan tambahan juga memiliki kedudukan istimewa di sisi-Nya.
Beliau menyebutkan contoh amalan sunnah seperti shalat nawafil, sedekah, membantu sesama Muslim, melayani kaum fakir, amar ma’ruf dan nahi munkar, serta setiap amal baik yang tidak wajib namun dilakukan dengan niat mendekatkan diri kepada Allah. Semua itu menjadikan seorang hamba dicintai oleh Tuhan, sehingga tangan, mata, telinga, dan lidahnya berfungsi dalam jalan kebenaran dan kesucian.
Ayatullah Jawadan menambahkan, ketika seorang hamba mendekat kepada Allah melalui amalan sunnah, maka anggota tubuhnya pun akan berfungsi secara ilahi: telinganya hanya mendengar suara kebenaran dan tidak mendengar ghibah atau ucapan buruk; matanya hanya memandang yang halal dan menjauhi yang haram; lidahnya mengucapkan kata-kata yang diridhai Allah; tangan dan kakinya bergerak untuk melakukan kebaikan dan mencegah kezaliman serta kerusakan. Pendidikan anggota tubuh ini adalah hasil langsung dari pengawasan terhadap amal dan perilaku harian, dan mencerminkan hubungan spiritual dan praktis antara manusia dan Tuhan.
Beliau juga menekankan pentingnya iman dan amal saleh, dan menyatakan bahwa mereka yang beriman dan beramal saleh akan tergolong dalam kelompok orang-orang saleh. Amalan saleh membentuk bangunan eksistensi manusia, dan setiap amal baik, ucapan benar, pandangan suci, dan gerakan yang tepat akan memperkokoh dan membersihkan bangunan tersebut.
Dengan mengutip kisah putra Nabi Nuh (as), Ayatullah Jawadan menegaskan bahwa amal saleh dan benar adalah faktor penyelamat bagi manusia dan keluarganya dalam situasi sulit, sedangkan amal buruk, meski kecil, dapat merusak kepribadian seseorang. Bangunan eksistensi manusia terbentuk secara bertahap, dan setiap gerakan, ucapan, pandangan, bahkan pikiran memiliki pengaruh langsung terhadap kondisi spiritual dan moralnya.
Beliau menambahkan, siapa pun yang mendekat kepada Allah melalui amalan sunnah akan menjadi hamba yang dicintai-Nya, dan anggota tubuhnya akan berfungsi secara ilahi. Ia akan mencapai derajat tinggi dalam cinta Ilahi. Konsistensi dalam amalan sunnah dan penjagaan terhadap kewajiban akan menjadikan seseorang tergolong dalam kelompok orang saleh, dan Allah akan membangkitkannya bersama para nabi, orang-orang jujur, dan para syuhada.
Dalam bagian lain dari ceramahnya, Ayatollah Jawadan menyinggung kehidupan Sayyidah Fatimah Zahra (sa), dan menyatakan bahwa beliau adalah teladan sempurna dalam kesucian, ketakwaan, serta pelaksanaan amalan wajib dan sunnah. Beliau selalu menjaga amal, pandangan, ucapan, dan perilakunya, serta senantiasa memperhatikan keridhaan Allah dalam setiap tahap kehidupannya. Bahkan saat bersiap untuk beribadah, beliau memastikan tidak ada sesuatu yang najis memasuki dirinya dan selalu mengenakan pakaian bersih untuk shalat dan ibadah.
Beliau juga mengutip riwayat tentang kehadiran Imam Hasan dan Imam Husain (as) di sisi Sayyidah Zahra (sa) saat beliau sakit. Anak-anak beliau dengan penuh kasih dan hormat mendampingi sang ibu, dan tindakan seperti doa serta perhatian terhadap ibu menunjukkan pentingnya pendidikan akhlak dan agama dalam keluarga Nabi (saww). Perilaku ini bukan hanya menunjukkan cinta dan hormat kepada orang tua, tetapi juga menjadi teladan praktis bagi umat dalam menapaki jalan iman dan amal saleh.
Ayatullah Jawadan menegaskan bahwa perhatian terhadap akhlak praktis dan pengawasan terhadap amal pribadi, bahkan dalam hal-hal kecil seperti pandangan terhadap yang bukan mahram, ucapan yang benar, dan bantuan kepada yang membutuhkan, akan menjadikan seseorang dicintai oleh Allah dan mencapai derajat di mana anggota tubuhnya berfungsi dalam jalan Ilahi. Allah akan membangkitkannya bersama orang-orang saleh dan para syuhada.
Beliau kemudian menekankan pentingnya ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya, dan menyatakan bahwa siapa pun yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya akan berada dalam pengawasan dan kasih sayang Tuhan. Pengawasan Ilahi mencakup seluruh amal, ucapan, pandangan, dan gerakan seseorang, dan setiap hal yang dilakukan dalam jalan kebenaran akan mengantarkannya kepada derajat tertinggi dalam kedekatan dengan Allah.
Di akhir ceramahnya, Ayatullah Jawadan menekankan peran pengawasan terhadap amal dalam kehidupan sehari-hari dan pentingnya mengikuti Ahlulbait (as). Ia menyatakan bahwa setiap ucapan, pandangan, dan gerakan kita harus berada dalam kerangka keridhaan Allah. Sayyidah Zahra (sa) adalah teladan sempurna yang dengan menjaga amalnya, menjadikan anggota tubuhnya suci dan taat kepada Allah, serta senantiasa berjalan dalam jalan penghambaan.
Your Comment