Berita Hawzah – Dalam pertemuan dengan para santri penghafal Al-Qur’an dari Madrasah Ali bin Musa ar-Ridha (as) di Qom, Ayatollah Naseri, perwakilan Pemimpin Tertinggi di Provinsi Yazd, menekankan pentingnya kedudukan ilmu dan Al-Qur’an dalam jalan pelajar agama. Ia menyatakan bahwa keberuntungan bisa menekuni pelajaran ilmiah dan Qur’ani adalah nikmat besar yang tidak diberikan kepada setiap orang, dan harus dijaga dengan rasa syukur kepada Allah. Sebagaimana firman-Nya: «لَئِن شَکَرْتُمْ لَأَزِیدَنَّکُمْ» “Jika kalian bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepada kalian.”
Beliau menambahkan bahwa tanggung jawab santri dalam ilmu-ilmu agama sangat berat. Tugas mereka adalah melanjutkan jalan para nabi dan wali, sebuah amanah untuk membimbing masyarakat menuju kesempurnaan dan kedekatan dengan Tuhan. Seorang penuntut ilmu harus menjadi cerminan sifat-sifat ilahi, karena ia adalah khalifah Allah di bumi dan harus menjadi cermin yang memantulkan akhlak dan sifat-sifat luhur Tuhan.
Ayatullah Naseri menegaskan bahwa jalan para nabi dan wali selalu diiringi kesulitan, konspirasi musuh, dan ujian berat, namun hasil dan ganjarannya sangat agung. Mereka yang menapaki jalan ini harus meninggalkan keinginan hawa nafsu dan keterikatan duniawi, serta menjadikan tujuan utama mereka semata-mata membimbing hamba-hamba Allah.
Beliau juga menekankan pentingnya keikhlasan dalam amal, dan menyatakan bahwa setiap gerakan dan pelayanan sosial harus dilakukan demi Allah dan dengan mengingat-Nya, sebagaimana firman Al-Qur’an: «اِنَّما اَعِظُکُم بِواحِدَةٍ اَن تَقُوموا لِلّهِ» “Sesungguhnya aku hendak memperingatkan kepadamu suatu hal saja, yaitu supaya kamu menghadap Allah (dengan ikhlas).”
Dalam nasihatnya kepada para santri, Ayatullah Naseri mengingatkan agar tidak melihat masa depan dari sudut pandang materi, dan agar pikiran santri tidak disibukkan oleh urusan dunia. Ia menegaskan bahwa Allah adalah pemberi rezeki dan telah menjanjikan rezeki kepada hamba-hamba-Nya.
Beliau mengenang masa awal pendidikannya di Tehran, ketika belajar di Madrasah Ayatullah Mojtahedi. Meski menghadapi kesulitan finansial, ia memohon pertolongan kepada Imam Mahdi (afs) dan berkata: “Aku adalah santrimu, dan aku tidak akan meminta rezeki kepada siapa pun.” Sejak saat itu, Allah selalu mencukupi kebutuhannya, bahkan ketika berada di Najaf, ia menjadi tempat rujukan bagi santri lain yang membutuhkan bantuan.
Di akhir pernyataannya, Ayatullah Naseri menekankan pentingnya tawakal dan keyakinan yang kokoh. Ia berkata bahwa santri harus menanamkan tawakal kepada Allah sejak awal perjalanan mereka, karena para tokoh besar agama selalu bertawakal kepada-Nya. Jalan kesantrian adalah kelanjutan dari jalan para wali dan tokoh suci; maka santri harus belajar dengan sungguh-sungguh, menjadikan pelayanan kepada umat sebagai prinsip hidup, dan senantiasa mengingat Tuhan, karena kemuliaan dunia dan akhirat ada di tangan-Nya.
Beliau menutup dengan peringatan bahwa maksiat dan dosa menggelapkan hati, dan santri harus menjadi teladan dan pembawa pengaruh positif bagi masyarakat melalui amal perbuatan mereka.
Your Comment