Dilansir dari Kantor Berita Hawzah, serial kajian Mahdawiyah yang berjudul "Menuju Peradaban yang Ideal" hadir untuk para cendekiawan terhormat, dengan tujuan menyebarkan ajaran dan pengetahuan seputar Imam Zaman 'alaihis salam.
Kami menyakini bahwa Tuhan alam semesta tidak melakukan suatu pekerjaan, baik kecil maupun besar, melainkan berdasarkan hikmah dan kemaslahatan; baik kita mengetahui maslahat-maslahat tersebut ataupun tidak.
Demikian pula, seluruh peristiwa di dunia, baik yang kecil maupun yang besar, terjadi atas pengaturan (tadbir) Allah swt dan kehendak-Nya, di mana salah satu yang terpenting adalah peristiwa kegaiban Imam Mahdi 'alaihis salam. Oleh karena itu, kegaiban Imam tersebut juga sesuai dengan hikmah dan kemaslahatan, meskipun kita tidak mengetahui filosofinya.
Meskipun kebanyakan orang meyakini bahwa segala perbuatan Allah swt berdasarkan hikmah (kebijaksanaan) dan tunduk sepenuhnya di hadapan-Nya, ia mungkin tetap berusaha mencari tahu rahasia dan hikmah di balik beberapa peristiwa alam semesta. Sehingga, dengan mengetahui alasan dibalik peristiwa tersebut, jiwa dan hati mereka menjadi tenang dan yakin.
Oleh karena itu, kita akan membahas dan meneliti hikmah dan dampak Kegaiban Imam Mahdi 'alaihis salam dengan merujuk pada riwayat-riwayat berkenaan dengan hal tersebut:
1.Pendidikan bagi Umat
Ketika suatu umat tidak menghargai Nabi atau Imam mereka, dan tidak melaksanakan kewajibannya di hadapan mereka, bahkan melanggar perintah-perintah mereka, maka layak, jika Allah swt memisahkan pemimpin mereka dari diri mereka, sehingga mereka sadar dan memahami nilai serta keberkahan keberadaan Imam di masa kegaiban-Nya. Dengan demikian, kegaiban Imam Mahdi 'alaihis salam itu demi kemaslahatan umat, meskipun mereka tidak mengetahuinya atau tidak memahaminya.
Imam Muhammad Baqir 'alaihis salam bersabda:
{إِنَّ اَللَّهَ إِذَا کَرِهَ لَنَا جِوَارَ قَوْمٍ نَزَعَنَا مِنْ بَیْنِ أَظْهُرِهِمْ}
"Sesungguhnya, ketika Allah tidak menyukai kebersamaan dan kedekatan kami dengan suatu kaum, Dia akan mengangkat kami dari tengah-tengah mereka." (Sumber Hadis: 'Ilal as-Syarā’i', jilid 1, hlm. 244).
2.Kemandirian dan Tidak Terikat Perjanjian dengan Pihak Lain
Orang-orang yang berupaya menciptakan suatu perubahan (transformasi) dan revolusi, mau tidak mau, harus membuat kesepakatan dan perjanjian dengan beberapa pihak lawan di awal kebangkitannya, supaya tujuan-tujuan mereka dapat terlaksana.
Akan tetapi, Imam Mahdi Al-Mau'ud 'alaihis salam adalah seorang reformis (mushlih) besar yang tidak akan berkompromi dengan kekuatan tiran mana pun dalam rangka mendirikan revolusi dan pemerintahan keadilan dunia, karena berdasarkan banyak riwayat, Beliau diperintahkan untuk melakukan perjuangan yang tegas dan terang-terangan melawan semua kaum zalim.
Oleh sebab itu, Beliau berada dalam kegaiban hingga kondisi untuk revolusi sudah siap, sehingga Beliau tidak terpaksa membuat perjanjian dan ikatan dengan musuh-musuh Allah.
Dalam salah satu riwayat dari Imam Ali Ridha 'alaihis salam di jelaskan sebab dari keghaiban Imam Mahdi Afs;
{لِئَلاَّ یَکُونَ لِأَحَدٍ فِی عُنُقِهِ بَیْعَةٌ إِذَا قَامَ بِالسَّیْفِ}
"Agar tidak ada satu pun orang yang memiliki janji setia (bai'at) di pundaknya ketika Beliau bangkit dengan pedang." (Sumber: Kāmil al-Dīn, jilid 2, halaman 480).
3.Ujian bagi Umat Manusia
Menguji umat manusia merupakan salah satu Sunnah (ketetapan) Allah. Dia menguji hamba-hamba-Nya dengan berbagai cara agar keteguhan mereka di jalan kebenaran menjadi jelas. Tentu saja, hasil dari ujian tersebut sudah diketahui oleh Allah swt, namun dalam tungku ujian inilah, para hamba ditempa, dan menyadari hakikat diri mereka sendiri serta dibentuk menjadi pribadi yang lebih baik.
Imam Musa Al- Kadzim 'alaihis salam bersabda:
{إِذَا فُقِدَ اَلْخَامِسُ مِنْ وُلْدِ اَلسَّابِعِ فَاللَّهَ اَللَّهَ فِی أَدْیَانِکُمْ لاَ یُزِیلُکُمْ عَنْهَا أَحَدٌ یَا بُنَیَّ إِنَّهُ لاَ بُدَّ لِصَاحِبِ هَذَا اَلْأَمْرِ مِنْ غَیْبَةٍ حَتَّی یَرْجِعَ عَنْ هَذَا اَلْأَمْرِ مَنْ کَانَ یَقُولُ بِهِ إِنَّمَا هِیَ مِحْنَةٌ مِنَ اَللَّهِ عَزَّ وَ جَلَّ اِمْتَحَنَ بِهَا خَلْقَهُ}
"Apabila anak kelima dari keturunan yang ketujuh (Imam Musa Al-kadzim) itu ghaib, maka demi Allah, demi Allah, jaga dan pegang teguhlah agama kalian! Jangan sampai seorang pun menggoyahkan kalian darinya. Wahai putraku, sesungguhnya pemilik perkara ini (yaitu Imam Mahdi) pasti akan mengalami keghaiban, sehingga (pada masa itu) orang yang tadinya berpegang pada perkara ini akan meninggalkannya. Sesungguhnya, kegaiban itu hanyalah ujian (mihnah) dari Allah Azza wa Jalla yang Dia gunakan untuk menguji makhluk-Nya." (Al-Kāfi, jilid 1, halaman 336).
4.Menjaga Keselamatan jiwa Imam
Salah satu faktor yang menyebabkan para Nabi menjauh (menyepi) dari kaum mereka adalah untuk menjaga keselamatan diri mereka. Agar mereka dapat menuntaskan risalah mereka pada kesempatan lain, ketika Mereka dalam kondisi terancam.
mereka akan bersembunyi dulu—sebagaimana Rasulullah Saw. keluar dari Mekah dan bersembunyi di dalam gua. Tentu saja, semua ini terjadi atas perintah dan kehendak Allah swt.
Berkenaan dengan Imam Mahdi 'alaihis salam dan sebab di balik keghaiban-Nya, itu juga telah dijelaskan dalam berbagai riwayat.
Imam Ja'far As-Shadiq 'alaihis salam,bersabda:
{إِنَّ لِلْقَائِمِ غَیْبَةً قَبْلَ ظُهُورِهِ قُلْتُ [وَ] لِمَ قَالَ یَخَافُ اَلْقَتْلَ}
"Sesungguhnya Al-Qa'im (Imam Mahdi) akan mengalami masa kegaiban sebelum kemunculannya. Aku (perawi) bertanya, "Mengapa?" Beliau bersabda, "(Karena) beliau khawatir dibunuh." (Al-Ghaibah - Syaikh Thusi, jilid 1, halaman 332).
Meskipun syahadah (mati syahid) adalah cita-cita para kekasih Tuhan, namun syahadah yang diharapkan adalah syahadah yang terjadi di dalam medan penunaian tugas ilahi dan demi kemaslahatan umat serta menegakkan agama Allah. Akan tetapi, jikalau seseorang sudah terbunuhnya, maka berarti lenyapnya dan sirnanya tujuan-tujuan (ilahi), maka rasa takut terhadap pembunuhan adalah suatu hal yang logis dan terpuji.
Terbunuhnya Imam kedua belas 'alaihis salam, yang merupakan wakil ilahi terakhir, bermakna runtuhnya Ka'bah, cita-cita dan harapan seluruh para Nabi dan Wali Allah swt serta tidak terwujudnya janji Tuhan dalam membentuk pemerintahan yang adil sedunia.
Perlu ditekankan bahwa dalam berbagai riwayat, telah diungkapkan pula poin-poin lainnya mengenai penyebab kegaiban Imam kedua belas 'alaihis salam. Namun, demi pertimbangan singkatnya penyajian, kami tidak akan menyebutkannya.
Namun, hal yang paling penting adalah: "Kegaiban (Ghaibah)" merupakan salah satu rahasia di antara rahasia-rahasia Ilahi, dan penyebab utama serta mendasarnya akan terungkap setelah kemunculan (Zuhur) beliau. Adapun yang telah dipaparkan, adalah faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kegaiban Imam Zaman 'alaihis salam.
Pembahasan ini masih berlanjut...
Sumber: Kitab "Permata Penciptaan", dengan sedikit perubahan.
Your Comment