Berita Hawzah – Hujjatul Islam Sayyid Haidar Ali, peneliti dan dai asal India, dalam wawancara eksklusif dengan Berita Hawzah, menyatakan bahwa kehidupan Sayyidah Fatimah Zahra a.s. menempati posisi istimewa dalam warisan etika dan spiritual Ahlulbait a.s., serta merupakan cerminan nyata dari nilai-nilai luhur agama dan kemanusiaan.
Menurut Sayyid Haidar Ali, Sayyidah Fatimah Zahra a.s. bukan hanya dikenal sebagai putri Nabi Muhammad (saww), istri Amirul Mukminin Ali a.s., dan ibu para imam suci, tetapi juga sebagai poros utama warisan moral dan spiritual Ahlulbait. “Kehidupan beliau adalah cermin terang dari ajaran Rasulullah (saww), kesabaran, keikhlasan, ibadah, semangat keadilan, dan akhlak mulia yang beliau miliki merupakan manifestasi sempurna dari nilai-nilai luhur Ahlulbait,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa warisan Ahlulbait tidak terbatas pada hubungan nasab, melainkan pada kelanjutan jalan mereka dalam menjaga keutamaan akhlak dan menghadirkan teladan hidup yang nyata. Dalam hal ini, Sayyidah Fatimah a.s. adalah contoh paling menonjol dari warisan agung tersebut.
Sayyid Haidar Ali menegaskan bahwa teladan hidup Sayyidah Fatimah a.s. sangat relevan dan inspiratif bagi perempuan masa kini. “Di era modern, perempuan menghadapi berbagai tanggung jawab dalam keluarga, masyarakat, pekerjaan, dan komitmen terhadap nilai-nilai agama. Menemukan keseimbangan di antara semua ini tidaklah mudah,” jelasnya.
Namun, Sayyidah Fatimah a.s. menunjukkan bahwa dengan menjaga harga diri, tanggung jawab, iman, dan kesadaran, perempuan dapat menciptakan harmoni antara berbagai peran tersebut. “Beliau adalah contoh nyata perempuan beriman, aktif, cerdas, rendah hati, dan sekaligus berorientasi keluarga” lanjutnya.
Menanggapi pandangan yang membatasi perempuan Muslim ideal hanya pada peran sebagai istri dan ibu rumah tangga, Sayyid Haidar Ali menyatakan bahwa meskipun Sayyidah Fatimah a.s. adalah teladan sempurna dalam peran domestik, kepribadian dan misi beliau jauh melampaui itu.
“Beliau aktif dan berpengaruh dalam bidang sosial, politik, dan keagamaan. Pembelaan terhadap kebenaran, dukungan terhadap kepemimpinan ilahi, penolakan terhadap kezaliman dan diskriminasi, serta peran dalam membimbing masyarakat adalah bagian dari perjalanan pencerahan beliau,” tegasnya.
Menurutnya, kehidupan Sayyidah Fatimah a.s. membuktikan bahwa perempuan Muslim dapat berperan aktif di ranah keluarga dan masyarakat, asalkan kehadirannya dilandasi iman, pengetahuan, takwa, dan rasa tanggung jawab.
Sayyid Haidar Ali menekankan bahwa pesan mendasar dari Sayyidah Fatimah Zahra a.s. untuk perempuan masa kini adalah bahwa identitas perempuan tidak semata ditentukan oleh peran sosial, melainkan berakar pada kemuliaan akhlak, komitmen terhadap nilai-nilai, dan keimanan.
“Dalam kesederhanaan dan ketakwaannya, beliau tidak pernah mundur dari membela kebenaran dan keadilan. Beliau mendefinisikan kedudukan perempuan dalam cahaya pengetahuan dan iman,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa jika perempuan masa kini meneladani beliau, mereka dapat menjaga hak dan martabatnya sekaligus berkontribusi secara aktif, bertanggung jawab, dan berorientasi keadilan dalam berbagai bidang kehidupan.
Your Comment