Berita Hawzah- Hujjatul Islam wal-Muslimin Sayid Abbas Sayid Karimi, seorang guru di Hawzah Ilmiah, dalam wawancara dengan salah satu pewancara dari Kantor Berita Hawzah, dengan menyebut gelar Imam Zaman (afs) sebagai "Merak Surgawi" (Thâwûs al-Jannah). Beliau mengatkan di dalam Biharul Anwar diriwayatkan:
{وَ ذَکَرَ ابْنُ شِیرَوَیْهِ الدَّیْلَمِیُّ فِی کِتَابِ الْفِرْدَوْسِ فِی بَابِ الْأَلِفِ وَ اللَّامِ بِإِسْنَادِهِعَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ص الْمَهْدِیُّ طَاوُسُ أَهْلِ الْجَنَّةِ}
'Ibnu Syirawayh ad-Dailami dalam kitab Al-Firdaus (bab Alif dan Lam) dengan sanadnya, dari Ibnu Abbas, berkata: Rasulullah (saw) bersabda: "Al-Mahdi adalah Merak-nya Penduduk Surga."'(Biharul Anwar, jilid 51, halaman 90)."
Hadis Nabawi ini diriwayatkan dari kitab "Al-Firdaus" karya Ad-Dailami. Namun, banyak kitab dari kalangan Ahlusunnah (umum) dan Syiah (khusus) yang meriwayatkan hadis ini dari kitab Al-Firdaus karya Ad-Dailami, seperti Kasyful Ghummah dan Biharul Anwar. Dapat dikatakan bahwa terdapat dugaan kuat, bahkan keyakinan, akan validitas (kesahihan) hadis ini."
Menggambarkan Surga
Guru Hawzah menekankan: "Surga 'Adn adalah tempat tinggal orang-orang yang berbuat kebajikan setelah melewati dunia dan berhasil menjalankan kewajiban penghambaan. Oleh karena itu, surga itu tak tergambarkan. Dalam Al-Qur'an, kata surga (jannat dan Jannah) disebutkan sekitar 68 kali. Di akhirat, tempat bagi orang-orang baik adalah jannah, yang digambarkan sebuah taman yang seperti hutan lebat, di mana pepohonannya begitu rimbun hingga menghalangi cahaya matahari, dan keindahannya tak terkatakan."
Beliau menambahkan: "Imam Ali bin Abi Thalib (as) bersabda: 'Jika kamu merenungkan nikmat-nikmat surga, kamu akan begitu terpesona hingga akalmu hilang, dan kamu akan bangkit dari majelisku ini dan pergi ke pemakaman, menantikan kematianmu tiba secepatnya agar kamu dapat memasuki surga.'" (Biharul Anwar, jilid 8, halaman 162-163)
Hujjatul Islam wal-Muslimin Sayid Karimi berkata: "Berdasarkan riwayat, lebar setiap sungai di surga yang mengalir di bawah istana penghuninya adalah sejauh perjalanan 500 tahun (mungkin sekitar dua juta kilometer). Ombaknya bernyanyi, bertasbih kepada Allah, dan menari. (Disebutkan): 'Nabi (saw) ditanya tentang sungai-sungai surga: "Berapa lebar satu sungai darinya?" Beliau menjawab: "Lebar setiap sungai adalah sejauh perjalanan 500 tahun; ia mengalir di bawah istana-istana dan tabir-tabir. Ombaknya bernyanyi, bertasbih, dan bergembira di surga, sebagaimana manusia bergembira di dunia." (Jami' al-Akhbar (karya asy-Syu'airi), halaman 126)."
Hujjatul Islam wal-Muslimin Sayid Karimi berkata: "Berdasarkan riwayat, lebar setiap sungai di surga yang mengalir di bawah istana penghuninya adalah sejauh perjalanan 500 tahun (sekitar dua juta kilometer). Ombaknya bernyanyi, bertasbih kepada Allah, dan bergembira. 'Dan (Nabi saw) ditanya tentang sungai-sungai surga: "Berapa lebar satu sungai darinya?" Beliau menjawab: "Lebar setiap sungai adalah sejauh perjalanan 500 tahun; ia mengalir di bawah istana-istana dan tabir-tabir. Ombaknya bernyanyi, bertasbih, dan bergembira di surga, sebagaimana manusia bergembira di dunia."' (Jami' al-Akhbar (karya asy-Syu'airi), hlm. 126)"
Beliau menegaskan: "Dalam Surah At-Taubah, kita membaca:
{وَعَدَ اللَّـهُ الْمُؤْمِنِینَ وَالْمُؤْمِنَاتِ جَنَّاتٍ تَجْرِی مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِینَ فِیهَا وَمَسَاکِنَ طَیِّبَةً فِی جَنَّاتِ عَدْنٍۚ وَ رِضْوَانٌ مِّنَ اللَّـهِ أَکْبَرُۚ ذَٰلِکَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِیمُ}
'Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, (akan mendapat) surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya; dan (mendapat) tempat-tempat yang baik di dalam surga 'Adn. Dan keridhaan Allah adalah lebih besar; itu adalah kemenangan yang agung.' (QS. At-Taubah: 72)
Keridhaan Allah: Kenikmatan Tertinggi di Surga
Beliau menjelaskan juga bahwa "Allah telah menjanjikan kepada orang-orang beriman, laki-laki dan perempuan, bahwa Dia akan menempatkan mereka di surga yang kekal, di mana sungai-sungai mengalir di bawah pepohonannya, dan memberi mereka tempat tinggal yang abadi di kediaman-kediaman yang baik dan suci di surga. Dan tentu saja, lebih tinggi dan lebih agung daripada segala kenikmatan adalah kedudukan untuk meraih keridhaan Allah. Itulah, sesungguhnya, kemenangan yang besar. Dalam sebuah riwayat yang diterima dari Imam Keempat (Imam Ali As-Sajjad as) diriwayatkan: 'Ketika penghuni surga telah menetap di surga, Wali Allah (Imam mereka) memasuki kebun-kebun dan rumah-rumah mereka, dan orang-orang beriman bersandar di atas dipan-dipan mereka. Pelayan-pelayan mengelilingi mereka, ranting-ranting pohon merunduk di atas kepala mereka, buah-buahan berada dalam jangkauan mereka, mata air surga memancar di sekitar mereka, airnya mengalir di bawah pepohonan, permadani-permadani mahal terbentang untuk mereka, bantal-bantal sandaran disediakan, dan para pelayan menyediakan segala kesenangan bagi penghuni surga tanpa mereka minta terlebih dahulu. Bidadari-bidadari berada di samping mereka, dan mereka menikmati segala yang mereka inginkan.'
Kemudian, Allah menampakkan diri-Nya kepada penghuni surga dan berfirman kepada mereka: 'Wahai kekasih-Ku, wahai ahli ketaatan-Ku, wahai penghuni surga yang bertetangga dengan-Ku! Apakah kalian ingin Kuberitahu tentang sebuah kenikmatan yang lebih tinggi daripada semua kenikmatan ini?'
Penghuni surga menjawab: 'Bukankah kami telah memiliki segala macam kenikmatan?'
Untuk kedua kalinya,Allah berfirman kepada mereka, mengulangi pertanyaan-Nya. Kali ini, penghuni surga berkata: 'Iya, Tuhan kami, beritahulah kami tentang kenikmatan yang lebih tinggi daripada ini.'
Allah lalu berfirman kepada mereka: 'Iya, keridhaan-Ku terhadap kalian dan kecintaan-Ku kepada kalian adalah lebih baik dan lebih tinggi daripada semua kenikmatan yang kalian miliki ini.'" Penghuni surga berkata: "Ya, wahai Tuhan kami! Keridhaan-Mu atas kami dan cinta-Mu kepada kami adalah lebih baik dan lebih lezat bagi kami daripada segala sesuatu." Kemudian Imam Ali As-Sajjad (as) membacakan ayat ini:
{وَعَدَ اللَّـهُ الْمُؤْمِنِینَ وَالْمُؤْمِنَاتِ جَنَّاتٍ تَجْرِی مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِینَ فِیهَا وَمَسَاکِنَ طَیِّبَةً فِی جَنَّاتِ عَدْنٍۚ وَرِضْوَانٌ مِّنَ اللَّـهِ أَکْبَرُ ذَٰلِکَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِیمُ}
"Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, (akan mendapat) surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya; dan (mendapat) tempat-tempat yang baik di dalam surga 'Adn. Dan keridhaan Allah adalah lebih besar; itu adalah kemenangan yang agung." (Tafsir Al-'Ayyashi, jilid 2, halaman 96, hadis 88)
Hujjatul Islam wal-Muslimin Sayid Karimi menyatakan: "Dari hadis ini dapat dipahami bahwa semua penghuni surga menikmati nikmat 'keridhaan Allah' (Ridwan Allah), dan nikmat ini tidak terbatas pada kelompok tertentu. Keridhaan Allah atas seorang hamba melampaui semua nikmat surga lainnya, dan kenikmatannya adalah yang tertinggi. Dan semua penghuni surga, dengan perbedaan tingkat, menikmati keridhaan Allah ini."
Beliau menambahkan: "Keridhaan Allah adalah nikmat tertinggi di surga, dan keridhaan Allah itu, berdasarkan keridhaan para Imam (Ridha Allah, berdasarkan ridho kami Ahlulbait). Oleh karena itu, keberadaan Imam, yang merupakan manifestasi dari keridhaan Allah swt, adalah nikmat surgawi yang paling indah. Maka, benar jika dikatakan bahwa Imam Mahdi adalah 'Merak Surgawi' (Thawus Ahl al-Jannah); artinya, keindahan Imam Mahdi (afs) melampaui segala keindahan di surga. Dan surga tempat Nabi Adam (as) masuki dan kemudian keluar setelah memakan buah dari pohon terlarang, bukanlah Surga 'Adn (yang abadi); melainkan sebuah taman dari taman-taman alam barzakh duniawi, yang merupakan contoh kecil sebagai peragaan dari Surga 'Adn." Dalam sebuah riwayat yang valid disebutkan bahwa seorang perawi berkata: "Aku bertanya kepada Imam Ja'far As-Shadiq (as) tentang surga Adam (as). Beliau bersabda: '(Itu adalah) sebuah taman dari taman-taman dunia, di mana matahari dan bulan terbit padanya. Seandainya itu adalah taman dari taman-taman akhirat, niscaya dia tidak akan pernah dikeluarkan darinya.'" (Al-Burhan, dari: Al-Kafi, jilid 3, halaman 247, hadis 2)
Lama Masa Tinggal di Surga
Hujjatul Islam wal-Muslimin Sayid Karimi menekankan: "Dalam riwayat yang valid disebutkan bahwa lama tinggal Adam dan Hawa di taman itu hanyalah tujuh jam (dari hitungan waktu dunia), dan mereka keluar pada hari yang sama saat mereka masuk, tanpa sempat bermalam di sana." (Al-Burhan, dari: Al-Khisal, halaman 396, hadis 130)
"Meskipun demikian, Adam menangisi perpisahan dari surga barzakh itu selama seratus tahun. Maka, kita harus bertanya: 'Berapa tahunkah kita harus menangisi perpisahan dari Surga 'Adn (yang sebenarnya)? Dan berapa abadkah kita harus meratapi perpisahan dari 'Merak Surgawi' (Imam Mahdi)?!'"
Your Comment