Sunday 26 October 2025 - 21:39
Tujuan Akhir Diturunkannya Al-Qur'an adalah Tazkiyah nafs dan Pendidikan Manusia

Hawzah/ Ayatullah Tahiri menekankan bahwa Al-Qur'an tidak hanya untuk dibaca, melainkan harus mengalir dalam kehidupan nyata. Seluruh tilawah dan pengajaran hanyalah pendahuluan untuk mewujudkan tujuan ini.

Dilansir dari Kantor Berita Hawzah, pertemuan para manajer dan staf Organisasi Darul Qur'an al-Karim yang diselenggarakan di Hawzah Ilmiah dengan dihadiri Ayatullah Tahiri, seorang ustadz akhlak.

Dalam pidatonya, Ayatullah Tahiri menyatakan Al-Qur'an al-Karim sebagai pembimbing yang secara intrinsik bagi para pencari kebenaran. Beliau berkata, "Al-Qur'an adalah pemandu bagi mereka yang ingin menumbuhkan fitrah pencarian kebenaran mereka."

Beliau menambahkan, "Al-Qur'an diturunkan dalam bentuk lafaz untuk akal dan pemikiran manusia; kita duduk di atas hidangan Ilahi yang tak terbatas dan harus berusaha mengambil manfaat sebesar-besarnya dari hidangan langit ini."

Ustadz akhlak Hawzah Ilmiah tersebut menyebut "Tazkiyah" (penyucian jiwa) sebagai tujuan utama diturunkannya Al-Qur'an. Tahapan memperoleh manfaat dari Kalam Wahyu meliputi tilawah (membaca), ta'lim (mengajar) dan ta'allum (belajar), dan akhirnya tazkiyah.

Ayatullah Tahiri menekankan, "Dalam semua aktivitas Qur'ani, tujuan mulia ini harus menjadi poros pergerakan. Tilawah dan tajwid yang benar adalah langkah awal dalam berhubungan dengan Al-Qur'an. Setelah itu, kita harus melanjutkan dengan pengajaran dan pemahaman terhadap pengetahuan Ilahi."

Dengan menekankan perlunya keimanan hati yang tulus terhadap kebenaran pengetahuan Qur'ani, beliau berkata, "Keyakinan ini harus tertanam dalam hati kita sendiri, terutama di kalangan generasi muda."

Guru Hauzah Ilmiah itu menegaskan, "Al-Qur'an tidak hanya untuk dibaca, melainkan harus mengalir dalam kehidupan kita. Semua tilawah dan pengajaran hanyalah pendahuluan untuk mewujudkan tujuan ini."

Dalam mengidentifikasi masalah dalam aktivitas Qur'ani, Ayatullah Tahiri menyoroti kasus-kasus di mana individu, meskipun telah menghafal Al-Qur'an, tidak mematuhi prinsip-prinsip dasar agama dan akhlak, yang justru menimbulkan masalah individu dan keluarga.

Berdasarkan perkataan Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as, beliau mengatakan bahwa "pemahaman" (fiqh) lebih unggul daripada "pengetahuan" (ilm), dan menjelaskan, "Fiqh berarti mengetahui di mana dan bagaimana menerapkan ilmu."

Ayatullah Tahiri menegaskan, "Al-Qur'an adalah 'Rabī' al-Qulūb' (musim semi bagi hati-hati) dan diturunkan untuk menyembuhkan penyakit pemikiran, keyakinan, perbuatan, dan akhlak."

Ustadz Hawzah Ilmiah itu kemudian berkata, dengan mengutip sebuah hadis dari Nabi Muhammad (saw) — "Betapa banyak pembaca Al-Qur'an yang justru dilaknat oleh Al-Qur'an (yang dibacanya)" — , dan menjelaskan makna hak membaca (Al Qur'an) dari perspektif Imam Ja'far As-Shadiq as. Beliau berkata, "Hak tilawah tidak hanya terbatas pada menghafal ayat dan mengulang huruf; melainkan mencakup tartil ayat, memahami makna, dan mengamalkan hukum-hukum Ilahi. Kita harus merenungkan ayat-ayat agar para orang berakal ini menjadi sadar."

Tags

Your Comment

You are replying to: .
captcha