Saturday 18 October 2025 - 10:25
Ciuman Rasulullah SAW kepada Anak Kecil yang Mencintai Imam Husain (As)

Hawzah/ Nabi Muhammad SAW sangat mencintai dan menyayangi anak-anak yang menaruh kasih kepada Imam Husain. Hal ini karena cinta kepada Ahlulbait (Keluarga Nabi) memiliki nilai spiritual dan mendatangkan manfaat rohani. Adapun di peristiwa Asyura, kesyahidan Imam Husain as. dan pengorbanan para sahabatnya telah memperlihatkan makna hakiki dari kebebasan (kehormatan), keberanian, dan duka atas Ahlulbait,dan peristiwa (Karbala) itu melewati batas nalar dan akal manusia.

Dilansir dari laporan Kantor Berita Hawzah, almarhum Ayatullah Dhiya' abadi pernah membahas tema seputar "Mahabbah (Cinta) kepada Imam Husein alaihis salam" dalam beberapa pelajaran akhlaknya. Berikut ini kami persembahkan ulasannya untuk para intelektual yang terhormat.

Almarhum Syaikh Ja'far Syusytari (ra) meriwayatkan: Suatu hari, Rasulullah SAW beserta para sahabatnya sedang berjalan di sebuah jalan ketika, dipertengahan jalan, mereka melihat beberapa anak kecil yang sedang asyik bermain.

Kemudian, Nabi SAW menghampiri salah seorang dari anak-anak itu. Beliau memeluknya, mendudukkannya di pangkuan Beliau, mencium dahinya, dan membelainya dengan penuh kasih sayang.

Para sahabat yang menyertai Beliau pun bertanya, "Wahai Rasulullah, mengapa Engkau memberikan kasih sayang yang begitu besar kepada anak ini?"

Rasullullah SAW pun menjawab, "Suatu hari aku melihat anak ini bermain bersama Husain-ku. Ia mengambil debu dari kaki Husain, lalu mengusapkannya ke mata dan wajahnya sendiri. Aku mencintai anak ini karena ia adalah pecinta Husain. Jibril telah memberitahuku bahwa kelak ia akan menjadi salah satu pembela yang menyertai Husain di Karbala."

Almarhum Syusytari (ra) menambahkan, bahwa kemudian Rasulullah pun berdoa dan bersabda, "Ya Allah, sesungguhnya aku mencintai Husain - احب الله من احب حسینا- maka cintailah orang mencintai-Nya."

Semoga kita termasuk dalam golongan (orang yang dicintai Allah) ini. Doa ini menunjukkan betapa berharganya kecintaan (mahabbah) dan kesetiaan kepada Ahlul Bait. Kita wajib memanfaatkan modal spiritual ini sebaik-baiknya, bukan malah menyia-nyiakannya. Cinta kepada Ahlul Bait harus ibarat arus deras yang mendorong manusia maju ke depan dan menghasilkan kelezatan maknawiyah.

Pada hari Asyura, telah terjadi peristiwa-peristiwa yang sungguh menggetarkan hati dan berada di luar batas akal dan nalar manusia.

Akal manusia tak sanggup membayangkan bagaimana seorang manusia dapat memiliki keteguhan hati, kekuatan jiwa, dan keberanian yang sedemikian besar.

Setelah kesyahidan Imam Husein As., berdasarkan riwayat almarhum Syusytari (ra), kuda beliau lalu berguling-guling di atas darah Sang Imam as.

Beliau (Syusytari) menjelaskan bahwa kejadian yang menimpa kuda ini - "Sungguh, ia (kuda) telah berguling dalam darah Husain lalu bergegas menuju ke kemah-kemah"- berada pada tingkat kesedihan yang melampaui manusia biasa, bahkan melebihi reaksi kebanyakan wanita yang telah mengetahui sekalipun.

Kemudian, orang-orang yang telah mewarnai kepala dan wajah mereka dengan darah (Imam Husein) itu, bergegas lari sambil berteriak-teriak menuju ke perkemahan.

Inilah salah satu musibah yang dinukil dari cerita Imam Husein as., yang menggambarkan betapa dalamnya tragedi dan lautan kesedihan yang menimpah Ahlul Bait pada sore hari Asyura.

Tags

Your Comment

You are replying to: .
captcha