Thursday 16 October 2025 - 00:22
Akhlak Kehidupan | Balaslah Keburukan dengan Kebaikan

Hawzah/ Bersikap toleran terhadap sesama bukan sekadar sebuah keutamaan akhlak, melainkan juga jalan untuk menuntun hati dan mengubah permusuhan menjadi persahabatan. Kisah tentang seorang pria Syam dan sikap lembut penuh kasih Imam Hasan Mujtaba as. merupakan teladan sempurna dari kisah ini.

Berita Hawzah - Salah satu anjuran penting dalam agama Islam adalah bersikap toleran dan menghormati dalam bergaul dengan sesama.

Al-Qur'an al-Karim mengenai nilai luhur sifat ini berfirman:

.وَلَا تَسْتَوِی الْحَسَنَةُ وَلَا السَّیِّئَةُ ادْفَعْ بِالَّتِی هِیَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِی بَیْنَکَ وَبَیْنَهُ عَدَاوَةٌ کَأَنَّهُ وَلِیٌّ حَمِیمٌ

"Tidaklah sama perbuatan yang baik dan perbuatan yang buruk.Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. (Q.S. Fusshilat ayat 34)."

Penjelasan:
Segala perbuatan kita pada hakikatnya harus memiliki corak dan aroma "hidayah Ilahi". Manusia tidak hanya wajib memenuhi dirinya dengan cahaya hidayah, tetapi juga ucapan dan tindakannya harus mampu menjadi perantara turunnya hidayah bagi orang lain. Dan semua ini tidak akan terwujud kecuali melalui persahabatan dan cinta kasih.

Tak jarang kita menghadapi perlakuan tidak menyenangkan dari orang lain. Dalam situasi seperti ini, terdapat dua cara menyikapi:

Pertama, membalas keburukan orang lain dengan keburukan serupa – yakni melakukan pembalasan setimpal.

Kedua, bersikap menahan diri di hadapan perbuatan buruknya, dan justru mengalirkan kasih sayang kita kepadanya.

Sebagaimana sabda Imam Ja'far Shodiq as;

.صِلْ مَنْ قَطَعَکَ وَ اُعْفُ عَمَّنْ ظَلَمَکَ وَ أَعْطِ مَنْ حَرَمَکَ وَ أَحْسِنْ إِلَی مَنْ أَسَاءَ إِلَیْک

"Sambunglah tali silaturahmi dengan orang yang memutuskannya, maafkanlah orang yang menzalimimu, berilah orang yang menghalangimu, dan berbuat baiklah kepada orang yang berbuat buruk kepadamu. (Bihar Al-Anwar jil.68, hal.423)."

Hikmah dan Buah Perilaku Mulia:

Sesuai janji Allah dalam ayat yang telah disebutkan, buah dari perilaku luhur ini adalah terciptanya ikatan kasih sayang dan persaudaraan. Seseorang yang sebelumnya menunjukkan permusuhan, dapat berubah menjadi sahabat setia yang justru memusatkan seluruh cintanya kepada kita, sebagai dampak dari reaksi kita yang bijaksana.

Di sinilah terlihat betapa seseorang yang telah dihiasi cahaya hidayah, mampu menjadi perantara hidayah bagi orang lain, mengajaknya duduk bersama dalam "perjamuan Ilahi" untuk menikmati santunan rohani.

Sikap Imam Hasan Al-Mujtaba as. Saat Menghadapi Pria dari Syam.

Seorang pria dari Syam melihat Imam Hasan as yang sedang menunggangi hewan tunggangannya. Ia pun menghadang di depan Imam dan mulai melontarkan cacian serta kata-kata kasar.

Imam tetap tenang dan tidak menjawab caciannya. Setelah pria musafir itu menyelesaikan makiannya, Imam justru menyapanya dengan salam disertai senyuman, lalu memulai pembicaraan: "Wahai Syaikh, kulihat engkau seorang musafir di sini. Sepertinya ada kekeliruan dalam dirimu. Sekarang, seanandai kau meminta kerelaan dan kehalalan dari kami, niscaya kami maafkan dirimu. Jika engkau memerlukan sesuatu, akan kami berikan. Jika kau mengharapkan tuntunan dan petunjuk, akan kami bimbing dirimu. Jika kau butuh kendaraan, akan kami berikan milik kami. Jika engkau lapar, akan kami santuni dengan makanan. Jika engkau tak berpakaian layak, akan kami pakaikan. Jika engkau memiliki hajat, akan kami kabulkan. Jika engkau terusir dari tanah airmu, akan kami beri perlindungan. Jika engkau punya kebutuhan, akan kami penuhi."

"Sekarang, akan lebih baik jika Anda membawa barang-barang Anda ke rumah kami dan tinggal bersama kami hingga akhir perjalanan Anda, karena rumah kami luas dan segala fasilitas kenyamanan serta kemakmuran telah tersedia di dalamnya..."

Ketika pria Syam (musafir) itu mendengar kalimat-kalimat penuh kasih sayang dari Imam, ia pun mulai menangis dan berkata: "Saya bersaksi bahwa Engkau adalah Khalifah (Wakil) Allah di muka bumi! Sungguh, Allah SWT lebih mengetahui di mana Dia meletakkan risalah-Nya."

Sebelum ini, Engkau dan ayahmu adalah makhluk Allah yang paling aku benci, tetapi mulai sekarang, tidak ada seorang pun yang lebih aku cintai selain kalian."

Pria itu kemudian membawa barang-barangnya ke rumah Imam dan menjadi tamu beliau selama ia berada di Madinah. Ia pun berubah menjadi pengikut setia keluarga suci as.¹


Catatan:
1). Manaqib aali Abi Thalib, jil. 5, hal. 19:

«أَنَّ شَامِیّاً رَآهُ رَاکِباً فَجَعَلَ یَلْعَنُهُ وَ الْحَسَنُ لَا یَرُدّ فَسَلَّمَ عَلَیْهِ وَ ضَحِکَ وَ قَالَ أَیُّهَا الشَّیْخُ أَظُنُّکَ‌ غَرِیباً وَ لَعَلَّکَ شُبِّهْتَ فَلَوِ اسْتَعْتَبْتَنَا أَعْتَبْنَاکَ‌ وَ لَوْ سَأَلْتَنَا أَعْطَیْنَاکَ وَ لَوْ اسْتَرْشَدْتَنَا أَرْشَدْنَاکَ وَ لَوْ اسْتَحْمَلْتَنَا حَمَّلْنَاکَ وَ إِنْ کُنْتَ جَائِعاً أَشْبَعْنَاکَ وَ إِنْ کُنْتَ عُرْیَاناً کَسَوْنَاکَ وَ إِنْ کُنْتَ مُحْتَاجاً أَغْنَیْنَاکَ وَ إِنْ کُنْتَ طَرِیداً آوَیْنَاکَ وَ إِنْ کَانَ لَکَ حَاجَةٌ قَضَیْنَاهَا لَکَ فَلَوْ حَرَّکْتَ رَحْلَکَ إِلَیْنَا وَ کُنْتَ ضَیْفَنَا إِلَی وَقْتِ ارْتِحَالِکَ کَانَ أَعْوَدَ عَلَیْکَ لِأَنَّ لَنَا مَوْضِعاً رَحْباً وَ جَاهاً عَرِیضاً وَ مَالًا کَبِیراً فَلَمَّا سَمِعَ الرَّجُلُ کَلَامَهُ بَکَی ثُمَّ قَالَ أَشْهَدُ أَنَّکَ خَلِیفَةُ اللَّهِ فِی أَرْضِهِ «اللَّهُ أَعْلَمُ حَیْثُ یَجْعَلُ رِسَالاتِهِ» وَ کُنْتَ أَنْتَ وَ أَبُوکَ أَبْغَضَ خَلْقِ اللَّهِ إِلَیَّ وَ الْآنَ أَنْتَ أَحَبُّ خَلْقِ اللَّهِ إِلَیَّ وَ حَوَّلَ رَحْلَهُ إِلَیْهِ وَ کَانَ ضَیْفَهُ إِلَی أَنِ ارْتَحَلَ وَ صَارَ مُعْتَقِداً لِمَحَبَّتِهِم.‌» (مناقب آل أبی طالب، ج ۴، ص ۱۹)

Tags

Your Comment

You are replying to: .
captcha