Menjaga Hijab Adalah Keharusan Yang Didasarkan Pada Akal Sehat dan Ajaran Al-Qur’an

Kantor Berita Hawzah - Mandegari, guru hauzah dan universitas, menjelaskan bahwa Al-Qur’an memerintahkan manusia untuk menghadapi berbagai persoalan dengan senjata akal dan pemikiran. Menurutnya, seluruh ajaran agama harus bersandar pada akal atau riwayat, dan apabila ada riwayat dari para Imam Maksum yang tampak bertentangan dengan akal, maka perlu ditolak. “Akal adalah hujjah Ilahi yang sejajar dengan syariat. Keduanya berasal dari Tuhan, dan tidak mungkin saling bertentangan,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa Allah adalah pencipta akal sekaligus pencipta syariat (aturan). Karena itu, jika ada perintah Ilahi yang tampaknya tidak dijalankan, maka ukuran kebenarannya tetap harus merujuk pada Al-Qur’an dan akal.
Menanggapi pandangan sebagian pihak yang menjadikan masyarakat Barat sebagai contoh, Mandegari menegaskan bahwa kemajuan bangsa Eropa dan Amerika bukan disebabkan oleh kebebasan moral, melainkan karena kerja keras, kedisiplinan, dan kepatuhan terhadap hukum. “Ketika hukum akal diabaikan, bukan hanya kehidupan sosial yang gagal, tetapi juga keluarga akan menghadapi krisis; suami dan istri saling membandingkan, dan keutuhan rumah tangga pun terguncang,” jelasnya.
Lebih lanjut, guru hauzah dan universitas itu menilai bahwa kelalaian dalam menjelaskan ajaran-ajaran agama menjadi salah satu penyebab melemahnya ketahanan keluarga. Ia menekankan bahwa para ulama, lembaga pendidikan agama, universitas, media, dan masjid memiliki tanggung jawab besar untuk menjelaskan hukum-hukum Tuhan, khususnya tentang rasa malu, hijab, dan keluarga. “Untuk memperkuat pondasi keluarga, dakwah dan pendidikan harus disampaikan dengan dasar yang kuat, logis, dan mudah dipahami,” pungkasnya.