Berita Hawzah- Hujjatul Islam wal Muslimin Munfarid, dalam sesi kajian dan pelajaran akhlaknya yang diadakan di makam suci Hadhrat Abdul 'Azim al-Hasani 'alaihissalam, menyinggung kedudukan mulia salat dalam kehidupan manusia. Beliau menyatakan: "Kenikmatan yang paling lezat, kemuliaan yang paling mulia, dan kehormatan yang paling terhormat ada dalam salat."
Sebagaimana Ayatullah Bahjat (ra) pernah berkata, salat adalah kenikmatan yang paling lezat, dan tidak ada yang lebih berharga daripada salat di alam semesta ini.
Beliau menambahkan: Banyak kesulitan, kesungkaran, dan masalah hidup dapat diatasi dengan salat yang ikhlas dan khusyuk. Namun, masalahnya ada pada diri kita sendiri. Amal perbuatan kita terkadang mendatangkan bencana karena tidak adanya keikhlasan, keseriusan, dan ketulusan dalam perbuatan dan niat kita. Kita harus memiliki hati dan jiwa yang bersih dan niat yang jujur agar amal kita diterima di sisi Ilahi, karena Dzat Suci Yang Maha Esa hanya menerima apa yang baik dan dicintai-Nya.
Hujjatul Islam wal Muslimin Munfarid dengan mengutip hadis dari Nabi Muhammad (saw), Beliau menyatakan: Nabi Saw bersabda bahwa pahala salat seseorang itu berbeda-beda. Ada shalat yang pahalanya hanya diterima sebagian, mulai dari separuh hingga sepersepuluhnya. Bahkan, ada salat yang sama sekali tidak diterima. Karena salat itu ini dilakukan dengan lalai dan tidak khusyuk, sehingga shalat itu "dilempar" kembali ke wajah orang yang salat itu seperti kain yang usang dan tak berharga.. Hadis ini menunjukkan betapa pentingnya perhatian hati dan kehadiran yang utuh di hadapan Allah Swt saat salat.
Ustadz Hawzah Ilmiah ini menyinggung keagungan penciptaan dan kekuatan Ilahi yang tak terbatas. Beliau menegaskan: Jika semua ilmuwan dan cendikiawan dunia berkumpul, mereka tetap tidak akan dapat memahami dimensi dari alam materi ini. Untuk menempuh jarak antar galaksi, dibutuhkan tahun cahaya yang tak terhitung. Lantas, bagaimana manusia dapat bersikap sombong di hadapan Pencipta yang tak terbatas seperti itu?, "Seseorang yang hanya puas dengan penampilan luar salat, sesungguhnya ia adalah orang yang paling zalim terhadap dirinya sendiri."
Hujjatul Islam wal Muslimin Munfarid menyebutkan tingkatan-tingkatan hawa nafsu yang ada pada diri manusia: Ammārah, Lawwāmah, Musawwilah, Mulhamah, dan Muthmainnah. Dan yang paling berbahaya dari semuanya adalah Nafs Musawwilah, yang membuat perbuatan paling buruk terlihat indah di mata manusia. Nafsu inilah yang menipu dan memperdaya sepuluh putra Nabi Ya'qub 'alaihissalam untuk melemparkan Nabi Yusuf 'alaihissalam ke dalam sumur. Begitu juga, nafsu semacam ini yang mendorong manusia untuk melanggar hukum Ilahi dan meninggalkan kewajiban.
Ustadz Hawzah Ilmiah ini memberikan peringatan terhadap "salatnya orang yang lalai": "Salat yang tanpa kekhusyukan dan lalai adalah jenis salat yang paling berbahaya, dan kerugian terbesar yang ditanggung oleh manusia itu sendiri. Kita harus berusaha untuk keluar dari kelalaian ini dan mencapai kehusyukan dalam salat (Hudhūr al-Qalb)." Beliau dengan mengutip ucapan Ayatullah Bahjat (ra), menyatakan: "Kita harus membersihkan hati dan jiwa kita dari kotoran, keburukan, kegelapan, kekerasan hati, kedengkian, cinta pangkat, amarah, syahwat, penimbunan harta, serta kesia-siaan (lahw dan la'ib)".
Beliau menambahkan: Di dalam diri kita terdapat bintang-bintang dan kekuatan yang cemerlang. Salah satu bintang itu adalah akal (aql). Sebagaimana alam semesta penuh dengan bintang, di dalam diri manusia juga terdapat galaksi kekuatan Ilahi yang harus kita kenali dan gunakan.
Hujjatul Islam wal Muslimin Munfarid menyatakan: Jika manusia menyadari betapa Allah Yang Maha Esa mencintainya, ia tidak akan berhenti (dari ketaatan) walaupun sesaat di dunia ini. Dalam Al-Qur'an al-Karim, salat ditekankan lebih dari ibadah lainnya, dan ibadah ini memiliki peran luar biasa dalam kehidupan abadi manusia.
Beliau mengingatkan: Seorang yang salat, ketika mengucapkan "Allahu Akbar", ia akan memasuki keadaan ihrām dan akan melangkah ke Miqat Ilahi. Pada saat ini, semua tabir antara dia dan Tuhan Yang Maha Tinggi tersingkap, dan tidak ada lagi jarak yang memisahkan-Nya.
"Allah sendiri yang menganugerahkan itu; karena salat adalah Mi'raj (perjalanan spiritual) bagi orang mukmin."
Your Comment