Wednesday 5 November 2025 - 07:51
Orang Beruntung yang Menghabiskan Umur-Nya yang singkat di Dunia ini dalam Penghambaan kepada Allah SWT

Hawzah/ Ayatullah Hasyimi Ulya, dengan menyinggung singkatnya umur dunia dan berlalunya hari dan tahun dengan sangat cepat, mengatakan: "Hanya mereka yang menggunakan kesempatan yang terbatas ini, di jalan ketaatan dan penghambaan kepada Allah Swt yang akan memperoleh berkah sejati dari kehidupan dunia dan akhirat."

Berita Hawzah– Ayatullah Hasyimi Ulya, pendiri Madrasah Qaim (afs), dan merupakan seorang ustadz akhlak di Hawzah Ilmiah. Ddalam pelajaran akhlaknya, beliau sangat menekankan pentingnya memanfaatkan umur dunia yang singkat untuk penghambaan dan ketaatan kepada Allah. Beliau menatakan seperti ini: "Manusia yang bertakwa di dunia ini, dengan segala masalah, kesulitan, dan cobaan yang ada, harus menyadari bahwa umur dunia itu singkat dan waktu berlalu dengan cepat. Beruntunglah orang-orang yang memanfaatkan umur yang fana ini, menggunakan akal mereka, mengejar apa yang diridhai Allah dan para wali-Nya, dan bersabar menghadapi segala kesulitan dan penderitaan dunia". Beliau juga menambahkan: "Jika manusia dapat menghabiskan umurnya dalam ketaatan dan penghambaan kepada Allah Swt, hal itu sudah banyak memiliki pengaruh dan berkah. Bahkan jika akhirat tidak dihadiahkan kepada manusia, maka nikmat dan anugerah dunia ini saja sudah cukup untuk membuat manusia menjadi sesorang ahli ibadah dan menyembah-Nya serta menjauhi perbuatan maksiat dan dosa."

Ayatullah Hasyimi Ulya mengingatkan dengan memperhatikan perbedaan kedudukan mukmin dan selain mukmin, "Bahkan di antara orang-orang kafir, jika ada seorang mukmin yang hadir di tengah-tengah mereka, efek dari keimanannya menyebabkan hati nurani mereka dapat membedakan yang baik dari yang buruk. Jika manusia menyadari betapa merusaknya dampak dosa dan keburukan pada tubuh, pikiran, dan ketenteraman manusia, ia akan memahami bahwa terdapat perbedaan besar antara seorang mukmin dan pendosa. Seorang mukmin memiliki hati yang murni dan mencintai semua orang, sementara orang-orang kafir dan munafik tidak demikian." Beliau melanjutkan pernyataannya, "Seorang mukmin memiliki kendali atas setan, dan sebaliknya, orang-orang kafir menyerahkan kendali hidup diri mereka kepada setan dan hawa nafsu, sehingga mereka tidak dapat manfaat dari kebaikan dan ibadah. Cinta Allah swt kepada orang-orang beriman dan kebencian-Nya kepada orang-orang kafir dan pendosa. Begitu juga, dengan doa para wali Allah dan malaikat hanya untuk orang-orang beriman dan kutukan mereka untuk orang-orang kafir, dan hal ini adalah bagian dari sistem Ilahi."

Ustadz akhlak Hawzah Ilmiah ini menegaskan bahwa "Sebagian dari rasa bersyukurnya seorang mukmin atas nikmat-nikmat (Allah) diungkap dalam sebuah amal perbuatannya, seperti belajar, membaca, dan berdiskusi, itu semua adalah bentuk rasa syukur-Nya. Ibadah adalah syukurnya tubuh dan anggota badan. Malaikat juga akan menjaga dan mendoakan manusia yang beriman, sementara mereka membiarkan orang-orang kafir kepada diri mereka sendiri". Kemudian, Beliau menambahkan: "Para orang beriman hanya menjual dirinya kepada urusan akhirat-Nya , sedangkan para orang kafir hanyalah menjual dirinya kepada urusan dunia-Nya. Ibadah bisa meningkatkan nilai-nilai spiritual-Nya, dan meninggalkannya penyebab lenyapnya nilai-nilai tersebut. Semakin banyak manusia beribadah, berdoa, dan membaca Al-Qur'an, semakin kokoh agamanya. Seorang mukmin senantiasa mendekatkan dirinya kepada Al-Qur'an dan dapat memliki cahayanya. Danbegitu juga sebaliknya, jika ia menjauhkan dirinya dari Al-Qur'an, maka ia tidak akan memiliki cahayanya."

Ayatullah Hasyimi Ulya menegaskan: "Semua ibadah seorang mukmin di akhirat akan menjadi cahaya. Amal terbaik seorang mukmin itu akan menjadi penerangan di dalam kuburnya dan kemudahan saat kematiannya. Malaikat akan menyambut-Nya, menenangkan-Nya, dan menguatkan-Nya."

Pendiri Madrasah Qaim (afs), dengan mengacu pada kedudukan ibadah dalam sirah para nabi, berkata: "Para nabi mencapai kedudukan kenabian melalui ibadah, penghambaan, kejujuran, dan kemurnian batin. Rasulullah (saw) diutus pada usia 40 tahun, dan selama ini Allah swt telah mendidik dan membesarkan-Nya.

Kemudian beliau melanjutkan dengan mengutip ayat-ayat Al-Qur'an, dan berkata: "Allah berfirman, 'Bebaskan dirimu untuk beribadah' dan lakukan urusan yang lain hanya seperlunya. Ibadah memperkaya hati dan kalbu; sedangkan orang-orang kafir dan munafik memiliki hati yang miskin dan gelisah, sementara seorang mukmin memiliki ketenangan dan hati yang kaya, karena ia memiliki Allah swt."

Di akhir pidatonya, beliau menekankan kembali bahwa Allah mengajak kita, melalui ayat-ayat Al-Qur'an, untuk berbuat kebajikan, beribadah, berkata jujur, bertakwa, tazkiyatun nafs, dan perhatian kepada Tuhan. Di sisi lain, Allah memperingatkan juga tentang azab akhirat dan neraka agar manusia tetap teguh dan kokoh di jalan ketaatan kepada-Nya."

Tags

Your Comment

You are replying to: .
captcha