Sunday 2 November 2025 - 12:15
Kajian Mahdawī (8) | Makna dan Latar Belakang Kegaiban (Ghaibah)

Hawzah/ Kegaiban dan kehidupan tersembunyi bukanlah fenomena yang pertama kali terjadi dan hanya dialami oleh Hujjatullah (Bukti Allah) yang terakhir. Dari banyak riwayat dapat dipahami bahwa beberapa nabi besar Allah menjalani sebagian hidup mereka dalam keadaan tersembunyi dan gaib. Keadaan ini terjadi atas dasar hikmah dan kemaslahatan Ilahi, bukan keinginan pribadi atau kepentingan keluarga.

Dilansir dari Kantor Berita Hawzah, serial kajian Mahdawiyah yang berjudul "Menuju Peradaban yang Ideal" yang kami sajikan ulasan ini untuk para cendekiawan terhormat, dengan tujuan menyebarkan ajaran dan pengetahuan seputar Imam Zaman Afs.

Poin pertama yang dapat disampaikan adalah bahwa "Ghaibah" berarti "tersembunyi dari pandangan mata," bukan berarti tidak hadir. Oleh karena itu, yang dibahas dalam bagian ini adalah periode di mana Imam Mahdi (as) ghaib (tersembunyi) dari pandangan manusia dan mereka tidak dapat melihatnya, sementara beliau sebenarnya hadir di tengah masyarakat dan hidup di antara mereka. Kebenaran ini dinyatakan dalam berbagai riwayat dari para Imam Maksum (as) dengan ungkapan yang beragam.

Imam Ali bin Abi Thalib as bersabda:

{فَوَ رَبِّ عَلِیٍّ إِنَّ حُجَّتَهَا عَلَیْهَا قَائِمَةٌ مَاشِیَةٌ فِی طُرُقِهَا دَاخِلَةٌ فِی دُورِهَا وَ قُصُورِهَا جَوَّالَةٌ فِی شَرْقِ هَذِهِ اَلْأَرْضِ وَ غَرْبِهَا تَسْمَعُ اَلْکَلاَمَ وَ تُسَلِّمَ عَلَی اَلْجَمَاعَةِ تَرَی وَ لاَ تُرَی إِلَی اَلْوَقْتِ وَ اَلْوَعْدِ}

"Demi Allah yang Maha Tinggi, sungguh, pada saat ini juga, Hujjah (Bukti) bagi umat itu telah hadir dan ia sedang berjalan di lorong-lorongnya, memasuki rumah-rumah dan istana-istananya, serta berkeliling di timur dan barat (dunia). "Ia mendengar ucapan manusia dan mengucapkan salam kepada sekumpulan mereka. Ia melihat, namun tidak terlihat, hingga waktu dan janji (kemunculannya) tiba." (Al-Ghaybah, karya An-Nu'mani, halaman 144).

Tentu saja, jenis kegaiban (ghaib) lain juga telah disebutkan untuk beliau. Imam Ja'far As-Shadiq as juga, bersabda:

{إِنَّ فِی صَاحِبِ هَذَا اَلْأَمْرِ سنن [سُنَناً] مِنَ اَلْأَنْبِیَاءِ عَلَیْهِمُ السَّلاَمُ ... وَ أَمَّا سُنَّتُهُ مِنْ یُوسُفَ فَالسِّتْرُ یَجْعَلُ اَللَّهُ بَیْنَهُ وَ بَیْنَ اَلْخَلْقِ حِجَاباً یَرَوْنَهُ وَ لاَ یَعْرِفُونَهُ}

"Pada Pemilik Perkara ini [Imam Mahdi afs] terdapat sunah-sunah dari para nabi as, dan Sunnah yang ia miliki dari Yusuf (as) yaitu, keghaiban (tersembunyi). Allah menempatkan hijab (penghalang) antara dia dan manusia, [sehingga] manusia dapat melihatnya, tetapi tidak mengenalinya."(Kamal al-Din, Jilid 2, Halaman 350).

Oleh karena itu, kegaiban mengenai Imam Mahdi (afs) terjadi dalam dua bentuk keadaan: keadaan pertama, Beliau benar-benar tersembunyi dari pandangan manusia, dan di keadaan lainnya beliau terlihat namun tidak ada seorang pun yang mengenali-Nya. Namun, dalam kedua kondisi ini, satu hal yang pasti: Beliau senantiasa hadir dan hidup di tengah-tengah manusia.

Sejarah dan Latar Belakang Kegaiban

Kegaiban (Ghaibah) dan hidup tersembunyi bukanlah fenomena yang terjadi untuk pertama kalinya dan hanya mengenai Hujjah (Bukti) Allah yang terakhir. Sebaliknya, dari banyak riwayat dapat dipahami bahwa sejumlah nabi besar Ilahi telah menjalani sebagian hidup mereka dalam ketersembunyian (kegaiban).
Hal ini terjadi karena hikmah dan kemaslahatan Ilahi, dan bukan karena keinginan pribadi atau kemaslahatan keluarga. Oleh karena itu, kegaiban adalah salah satu Sunah Ilahi yang telah berlaku dalam beberapa kehidupan para nabi seperti Idris, Nuh, Saleh, Ibrahim, Yusuf, Musa, Syu’aib, Ilyas, Sulaiman, dan Isa (as). Masing-masing utusan Ilahi ini, sesuai dengan kondisi dan situasinya, menjalani tahun-tahun dalam masa kegaiban. Karena sebab inilah, dalam berbagai riwayat, kegaiban Hadhrat Mahdi (afs) disebutkan sebagai salah satu Sunah para nabi (as). Dan salah satu alasan kegaiban beliau dianggap adalah demi terlaksananya Sunah para nabi (as) dalam kehidupan Imam Mahdi (afs) itu sendiri.

Imam Ja'far As-Shadiq bersabda:

{انَّ لِلْقَائِمِ مِنَّا غَیْبَةً یَطُولُ أَمَدُهَا}

"Sesungguhnya, Al- Qo'im (Imam Mahdi Afs.) dari kami (Ahlulbait) memiliki (masa) keghaiban yang jangka waktunya sangat panjang."

{فَقُلْتُ لَهُ وَ لِمَ ذَاکَ یَا اِبْنَ رَسُولِ اَللَّهِ؛}

"Aku (salah seorang dari para sahabatnya) bertanya kepada-Nya,'Wahai putra Rasullullah, apa dalilnya (keghaiban)?'",


{قَالَ إِنَّ اَللَّهَ عَزَّ وَ جَلَّ أَبَی إِلاَّ أَنْ یُجْرِیَ فِیهِ سُنَنَ اَلْأَنْبِیَاءِ عَلَیْهِمُ السَّلاَمُ فِی غَیْبَاتِهِمْ}

Imam Ja'far As-Shadiq berkata, 'Allah menginginkan agar Sunnah-sunnah para nabi (as) dalam masa kegaiban mereka terlaksana juga pada beliau (Imam Mahdi Afs.).'('Ilal al-Shara'i', Jilid 1, Halaman 24).


Dari perkataan di atas, menjadi jelas pula bahwa pembicaraan mengenai kegaiban Imam Mahdi (a.s.) telah diangkat bertahun-tahun sebelum kelahiran beliau.
Para pemimpin Islam, dari Nabi Muhammad (saw) hingga Imam Askari (a.s.), telah memberikan kabar mengenai kegaiban beliau dan beberapa karakteristiknya, serta apa yang akan terjadi selama masa kegaiban.
Selain itu, mereka juga telah menjelaskan kewajiban-kewajiban bagi orang-orang mukmin pada masa tersebut."

Nabi Muhammad Saw mengenai keghaiban Imam Mahdi (Afs) juga bersabda, seperti ini;

{اَلْمَهْدِیُّ مِنْ وُلْدِی اِسْمُهُ اِسْمِی وَ کُنْیَتُهُ کُنْیَتِی أَشْبَهُ اَلنَّاسِ بِی خَلْقاً وَ خُلْقاً تَکُونُ بِهِ غَیْبَةٌ وَ حَیْرَةٌ تَضِلُّ فِیهَا اَلْأُمَمُ ثُمَّ یُقْبِلُ کَالشِّهَابِ اَلثَّاقِبِ یَمْلَؤُهَا عَدْلاً وَ قِسْطاً کَمَا مُلِئَتْ جَوْراً وَ ظُلْماً}

"Al-Mahdi adalah dari keturunanku (wuldī); namanya adalah namaku dan kunyahnya (nama julukan) adalah kunyahku. Dia adalah orang yang paling mirip denganku,baik dalam penciptaan (fisik) dan akhlak (perilaku). Akan terjadi kepada-Nya suatu keghaiban (Ghaibah) dan kebingungan, di mana umat-umat akan tersesat di dalamnya. Kemudian dia akan datang (muncul) bagaikan bintang yang menembus (kegelapan), dia akan memenuhi bumi dengan keadilan dan kesetaraan (keseimbangan), sebagaimana bumi telah dipenuhi dengan kezaliman dan penindasan." (Kamal al-Din, Jilid 1, Halaman 286).


Pembahasan ini masih berlanjut...

Tags

Your Comment

You are replying to: .
captcha