Thursday 30 October 2025 - 08:28
Kajian Akhlak | Rasa takut dan Harapan: Dua Sayap yang Terbang Menuju Allah

Hawzah/ Rasa takut yang baik, seperti takut akan kebesaran Allah swt atau keadilan- Nya, adalah hal yang wajar. Semua amal kita dicatat oleh malaikat. Jika akal menguasai hawa nafsu, manusia akan mencapai derajat yang tinggi di sisi Allah swt, dan jika sebaliknya, ia akan jatuh dalam kesengsaraan. Rasa takut untuk berbuat dosa adalah tanda kedekatan dengan Allah swt.

Berita Hawzah - Almarhum Ayatullah Muhammad Ali Nasiri, salah seorang ustadz akhlak di Hawzah Ilmiah, dalam salah satu pelajaran akhlaknya membahas topik "Rasa takut dan Harapan; Dua Sayap yang Terbang Menuju Allah". Penjelasanya sebagai berikut:

Rasa takut dan Harapan adalah dua karakteristik menonjol dari para orang-orang bertakwa dan wali-wali Allah swt. Dalam riwayat disebutkan bahwa Rasa takut dan Harapannya orang-orang beriman harus seimbang seperti dua sisi timbangan, namun dalam riwayat lain ditekankan bahwa lebih baik harapan yang lebih dominan.

Khauf terbagi menjadi dua jenis: "Khauf Madzmum" (takut yang tercela) dan "Khauf Mahmud" (takut yang terpuji).

· Berbuat maksiat (dosa) adalah sikap tidak punya rasa malu

Khauf mahmud adalah rasa takut seperti takut akan kebesaran Allah swt, takut akan keadilan Ilahi, atau takut akan konsekuensi dari amal perbuatan. Misalnya, seseorang yang telah berkhianat dan ia harus di adili di pengadilan, maka wajar jika ia merasa takut.

Pada hakikatnya,orang yang berkhianat selalu berada dalam ketakutan. Kita semua adalah pengkhianat di hadapan Allah, dan salah satu bentuk pengkhianatan itu adalah dosa-dosa yang kita lakukan. Allah berfirman dalam Al-Qur'an:

.مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ اِلَّا لَدَيْهِ رَقِيْبٌ عَتِيْدٌ

"Tidak ada suatu kata pun yang terucap, melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat)." (QS Al -Qof ayat 18)

Dalam diri manusia, terdapat akal dan nafsu, yang masing-masing memiliki bala tentaranya. Selalu ada pertarungan antara keduanya. Apabila akal yang menang, seseorang akan mencapai kedudukan (maqom) para wali Allah (waliyullah). Namun, jika nafsu yang berkuasa, maka seseorang akan terperosok ke dalam kesengsaraan.

Rasa takut untuk melakukan perbuatan buruk adalah ketakutan yang terpuji, karena Allah sendiri adalah maha mengetahui atas semua perbuatan kita. Dalam Al-Qur'an disebutkan:

.وَنَحْنُ اَقْرَبُ اِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيْدِ

"Dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya." (QS. Qaf: 16).

وَهُوَ مَعَكُمْ اَيْنَ مَا كُنْتُمْ

"Dia bersama kamu di mana saja kamu berada." (QS. Al-Hadid: 4).

Meskipun demikian, berbuat dosa adalah sikap tidak punya rasa malu. Empatbelas Maksum (as), para malaikat, bumi, siang dan malam, bahkan anggota tubuh kita sendiri adalah saksi atas perbuatan kita dan akan memberikan kesaksian di hari Kiamat.

Jika kita merasa takut terhadap para saksi ini, maka ketakutan seperti ini adalah khauf mahmud (takut yang terpuji) dan baik. Untuk terhindar dari konsekuensi (akibat) perbuatan kita, kita harus bertobat; sebuah taubat yang disertai dengan penyesalan atas masa lalu dan tekad kuat untuk meninggalkan dosa di masa yang akan mendatang. Allah adalah Arhamur Rahimin (Maha Pengasih di antara para pengasih) dan Afwannaasirin (Maha Pemberi Ampun).

Rasulullah Saw bersabda: "Rasa takutku kepada Allah lebih besar daripada rasa takut kalian semua.", dan begitu juga, Imam Sajjad (as) ketika hendak melaksanakan shalat semua badannya gemetar karena kagungan Allah swt.

Imam Ja'far As-Shadiq (as) juga, ketika mengenakan pakaian ihram untuk haji, gemetar karena takut kepada Allah swt, sehingga bibirnya beliau tidak dapat mengucapkan talbiyah (labaikkallahumma labaik).

Ketika ditanya oleh sahabatnya, "Mengapa Anda tidak mengucapkan talbiyah?" Beliau menjawab: "Aku takut jika mengucapkan 'Labaikkallahumma labaik', lalu Allah menjawab: 'La labaika wa la sa'daik' (Tidak ada sambutan untukmu dan tidak ada kebahagiaan bagimu)."

Diriwayatkan juga bahwa suatu ketika Imam Sajjad (as) sedang shalat, tiba-tiba salah seorang putranya jatuh ke dalam sumur. Orang-orang di sekitar menyelamatkan anak itu, namun Imam sama sekali tidak menyadari kejadian tersebut hingga shalatnya selesai.

Ketika ditanya, "Apakah Anda tidak menyadarinya?" Beliau menjawab: "Aku begitu gemetar di hadapan keagungan Allah swt ,hingga aku tidak menyadarinya."

Ketakutan akan keagungan dan keadilan Ilahi seperti ini adalah ketakutan yang terpuji dan merupakan tanda keimanan.

Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib 'alaihis salam bersabda:

.الخَوفُ سِجْنُ النّفْسِ عَن الذُّنوبِ ورادِعُها عنِ المَعاصی

"Rasa takut kepada Allah adalah penjara bagi jiwa dari segala dosa, dan penahan baginya dari segala maksiat."

Jika engkau memiliki rasa takut kepada Allah (khasyatullah), maka ketakutan ini akan bertindak seperti sebuah penjara yang mencegah dan mengendalikanmu dari berbuat dosa. Rasa takut ini menyelamatkan manusia dari terjatuh ke dalam jurang dosa, sekaligus membuka jalan untuk meraih rahmat Allah yang tak terbatas.

Tags

Your Comment

You are replying to: .
captcha