Berita Hawzah– Hujjatul Islam Ahmad Qasimi, salah satu Ustadz Hawzah Ilmiah, menyampaikan bahwa bertepatan antara datangnya bulan penuh berkah Rajab al-Murajjab dan hari kelahiran Imam Muhammad Al-Baqir 'alaihissalam. Ia menjelaskan berbagai dimensi spiritual, historis, dan makrifat bulan Rajab, sekaligus menekankan hubungan erat bulan ini dengan kebangkitan intelektual dan keilmuan Imam Muhammad Al-Baqir 'alaihissalam—sebuah revolusi besar yang menjadi pondasi perkembangan ilmu-ilmu Islam dan mazhab Ahlulbait.
Keutamaan dan Nama-Nama Bulan Mulia Rajab: Dari “Bulan Allah” hingga “Bulan Taubat”
Hujjatul Islam Ahmad Qasimi, dengan menguraikan berbagai nama dan gelar bulan suci Rajab, menegaskan bahwa bulan ini merupakan madrasah ilahiah untuk pembinaan ruhani dan penyucian jiwa. Ia menjelaskan bahwa bulan Rajab adalah satu-satunya bulan yang secara tegas dalam riwayat para Maksumin 'alaihimussalam disebut sebagai “Syahrullah” (Bulan Allah). Penyebutan ini menunjukkan adanya hubungan khusus dan istimewa antara bulan Rajab dan Dzat Allah Yang Maha Tinggi, serta menandakan bahwa bulan ini merupakan ladang khusus bagi limpahan rahmat dan anugerah Ilahi.
Beliau menambahkan bahwa salah satu gelar penting bulan Rajab adalah “Rajab al-Ashabb”, yang berdasarkan hadis Rasulullah Saw menunjukkan derasnya curahan rahmat Allah yang terus-menerus pada hari-hari bulan ini. Selain itu, sebutan “Syahr al-Istighfar” (bulan permohonan ampun) dan “Syahr at-Taubah” (bulan tobat) yang dinukil dari Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib 'alaihissalam menegaskan bahwa bulan Rajab adalah musim pembaruan diri dan kembalinya (taubat) hamba kepada Allah. Bulan mulia ini juga termasuk dalam ‘Bulan Haram’ (Asyhurul Hurum), yang menjadikan kehormatan dan kesuciannya berlipat ganda, baik pada masa Arab Jahiliah maupun dalam ajaran Islam.
Hujjatul Islam Ahmad Qasimi juga menyinggung gelar “Rajab al-Ashamm” (bulan yang sunyi atau ‘tuli’). Menurutnya, ungkapan ini bersifat simbolik, yang merujuk pada ketenangan dan kedamaian yang menyelimuti bulan Rajab, karena di dalamnya peperangan dan pertumpahan darah diharamkan. Keheningan ini menjadi kesempatan berharga bagi manusia untuk mendengarkan suara fitrah dan panggilan Ilahi, serta menata kembali hubungan dirinya dengan Tuhan.
Kelahiran Imam Muhammad Al-Baqir 'alaihissalam; Perjumpaan Waktu Sakral dengan Insan Sempurna
Hujjatul Islam Qasimi dalam bagian lain dari pemaparannya, bertepatan dengan peringatan kelahiran Imam Muhammad Al-Baqir 'alaihissalam pada hari pertama bulan Rajab, mengulas keterkaitan mendalam antara dua peristiwa agung tersebut. Ia menegaskan bahwa kelahiran Imam Al-Baqir 'alaihissalam di bulan yang mulia ini bukanlah sebuah kebetulan semata, melainkan mengandung hikmah Ilahi yang sangat mendalam.
Menurutnya, bulan Rajab adalah bulan tersingkapnya tabir-tabir kelalaian dari hati manusia, sedangkan Imam Muhammad Al-Baqir 'alaihissalam adalah sosok yang membelah dan mengurai ilmu serta makrifat agama yang murni. Sebagaimana bulan Rajab mempersiapkan hati untuk menerima limpahan rahmat Ilahi, demikian pula Imam Muhammad Al-Baqir 'alaihissalam membangkitkan dan menerangi akal untuk memahami hakikat agama secara mendalam dan benar.
Ia menambahkan bahwa Rasulullah Saw jauh hari sebelumnya telah menyampaikan kabar ghaib kepada Jabir bin Abdullah al-Anshari tentang kelahiran Imam Muhammad Al-Baqir 'alaihissalam dan menjelaskan keilmuannya yang luar biasa. Rasulullah Saw bersabda: {یوشک أن تَلقی ولداً لی اسمه اسمی، یَبْقُرُ العلم بقراً}, "Engkau akan berumur panjang dan akan bertemu dengan putraku dari keturunanku, namanya sama dengan namaku. Ia akan membelah ilmu (Yabqur al-Ilmu Baqran)."
Riwayat ini, yang tercantum dalam sumber-sumber hadis yang masyhur baik di kalangan Sunni maupun Syiah, menjadi bukti kuat atas keagungan keilmuannya Imam Muhammad Al-Baqir 'alaihissalam serta menunjukkan bahwa revolusi keilmuan beliau merupakan kelanjutan langsung dari risalah dan cahaya kenabian Rasulullah Saw.
Bulan Rajab; Landasan Kebangkitan Rasional Ahlulbait alaihimussalam
Dalam penutup pemaparannya, Hujjatul Islam Ahmad Qasimi menegaskan bahwa bulan Rajab merupakan titik awal sebuah perjalanan spiritual dan intelektual, sekaligus menjadi gerbang menuju dua bulan agung berikutnya, yakni bulan Sya‘ban dan Ramadan. Ia menekankan bahwa sebagaimana Rajab berperan sebagai pengantar menuju kesempurnaan Ramadan, demikian pula kebangkitan ilmiah Imam Muhammad Al-Bagir 'alaihissalam menjadi pondasi kokoh bagi penyebaran dan pengembangan ajaran Islam murni pada masa Imam Ja‘far As-Shadiq 'alaihissalam.
Imam Muhammad Al-Baqir 'alaihissalam bangkit pada masa ketika umat Islam menghadapi berbagai tantangan serius, seperti maraknya hadis-hadis palsu, munculnya tafsir-tafsir subjektif, serta pemahaman agama yang dangkal dan terdistorsi. Dalam kondisi tersebut, beliau mendirikan majelis-majelis keilmuan dan membina murid-murid unggulan, sehingga meletakkan dasar yang kokoh untuk gerakan keilmuan Ahlulbait.
Beliau juga menyinggung dialog dan perdebatan ilmiah Imam Muhammad Al-Baqir 'alaihissalam dengan para cendekiawan dari berbagai agama dan mazhab, termasuk dialog terkenal dengan seorang pendeta Nasrani di Syam. Peristiwa-peristiwa tersebut merupakan manifestasi nyata dari makna “baqru al-‘ilm”, yakni membedah persoalan hingga ke akar-akarnya, lalu menghadirkan jawaban yang kokoh berdasarkan akal sehat dan dalil wahyu.
Hujjatul Islam Qasimi menegaskan bahwa pemanfaatan hakiki bulan Rajab tidak cukup dengan ibadah lahiriah semata. Rajab adalah bulan penyatuan antara penyucian hati dan pengembangan akal. Sebagaimana seorang mukmin dituntut memperbanyak istighfar dan bertaubat, ia juga dituntut untuk menata ulang dan memperdalam pemahaman agamanya melalui perenungan terhadap sirah dan ajaran Imam Muhammad Al-Baqir 'alaihissalam serta putra beliau, Imam Ja'far As-Shadiq 'alaihissalam.
Bulan Rajab mengajarkan kepada kita bahwa beragama tanpa rasionalitas adalah timpang, dan rasionalitas tanpa bimbingan wilayah Ahlulbait alaihimussalam akan menyesatkan. Rajab adalah undangan ilahi untuk membangun iman yang sadar, ilmu yang bersih, dan penghambaan yang berakar pada akal dan cinta kepada para Imam suci.
Your Comment