Tuesday 23 December 2025 - 07:51
Hikmah Sahifah Sajjadiyyah | Perlindungan Hakiki Hanya dari Allah: Pelajaran Berharga dari Kalam Imam Ali As-Sajjad 'alaihissalam

Hawzah / Jika seseorang memahami bahwa “setiap pilihan atau sandaran yang tidak diberi aroma dan warna Ilahi, pada akhirnya akan menjadi sumber permusuhan terhadapnya”, maka seluruh perhatian, kecenderungan, perasaan, dan pilihannya akan tertuju hanya kepada Allah Yang Maha Tinggi, dan ia tidak akan memilih sandaran atau perlindungan selain Allah Swt.

Berita Hawzah– Imam Ali Zainal Abidin As-Sajjad ‘alaihissalam dalam Sahifah Sajjadiyyah berdoa kepada Allah Yang Maha Tinggi, sebagai berikut:

¹{اَللَّهُمَّ ... لاَ شَفِیعٌ یَشْفَعُ لِی إِلَیْکَ وَ لاَ خَفِیرٌ یُؤْمِنُنِی عَلَیْکَ وَ لاَ حِصْنٌ یَحْجُبُنِی عَنْکَ وَ لاَ مَلاَذٌ أَلْجَأُ إِلَیْهِ مِنْکَ}

"Ya Allah!....Tidak ada pemberi syafaat yang dapat membelaku di hadapan-Mu, tidak ada pelindung yang dapat menjamin keamananku dari (pengadilan)-Mu, tidak ada benteng yang dapat menghalangiku dari-Mu, dan tidak ada tempat berlindung tempatku bernaung dari-Mu (kecuali kepada-Mu)."

Penjelasan:

Salah satu faktor penting yang menjauhkan manusia dari Allah Swt dan jalan kebahagiaan hakiki adalah bergantung pada harapan dan sandaran duniawi yang semu. Seseorang yang menyadari hakikat kehidupan dunia, tidak akan pernah melekatkan hatinya pada hal-hal fana, bahkan tidak akan menjadikannya sebagai sandaran, karena bergantung pada sesuatu yang fana bertentangan dengan akal sehat.

Lebih mendalam lagi, jika seseorang menyadari bahwa: ‘Setiap pilihan atau sandaran yang tidak mendapatkan aroma dan cahaya Ilahi, pada akhirnya akan berbalik menjadi musuh baginya,’² maka seluruh perhatian, keinginan, emosi, dan setiap pilihannya akan tertuju hanya kepada Allah. Dengan kesadaran ini, ia tidak akan mencari sandaran atau pelindung selain Allah Swt.

Memahami hakikat ini membuat firman Allah dalam Al-Qur’an menjadi lebih mudah dipahami: {فَفِرُّوا إِلَی اللَّهِ}— "Maka segeralah kembali kepada (menaati) Allah."³ Karena, menurut Imam Ja'far As-Shadiq ‘alaihissalam, selain Allah Swt tidak ada yang nyata kecuali kegelapan dan kesesatan.

⁴{کُلُّ ذِکْرٍ سِوَی اَللَّهِ ظُلْمَةٌ}

"Setiap dzikir (mengingat) kepada selain Allah adalah kegelapan."


Oleh karena itu, adalah wajar bila manusia lari dari kegelapan menuju cahaya. Namun, selain menyadari kefanaan dan kerapuhan urusan duniawi, kemegahan dan kebesaran Allah Swt juga harus tampak jelas di hadapannya. Sebab hanya dengan memahami kebesaran Allah, "selain Allah" tidak lagi memiliki daya tarik bagi hatinya. Selama sesuatu selain Allah masih berwarna dan menempati hati manusia, ia tidak akan pernah merasakan kenikmatan sejati dari kebahagiaan hakiki.

Inilah sebabnya mengapa Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib ‘alaihissalam dalam menggambarkan orang-orang bertakwa (muttaqin) berkata:

⁵{عَظُمَ الْخَالِقُ فِی أَنْفُسِهِمْ فَصَغُرَ مَا دُونَهُ فِی أَعْیُنِهِمْ}

"Keagungan Pencipta bersemayam di dalam hatinya sehingga segala sesuatu selainnya tampak kecil di matanya. "

Kesimpulannya, agar seseorang dapat ‘hanya melihat Allah dan hanya bersandar kepada-Nya’, ia harus mengenal dengan baik siapa Allah itu sekaligus memahami siapa atau apa yang selain Allah Swt.

Catatan Kaki:

1. Doa ke-32 [dari Shahifah Sajjadiyah].
2. ٱلۡأَخِلَّآءُ يَوۡمَئِذِۭ بَعۡضُهُمۡ لِبَعۡضٍ عَدُوٌّ إِلَّا ٱلۡمُتَّقِينَ
, "Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa." (QS. Az-Zukhruf: 67)
3. Surah Adz-Dzariyat, ayat 50.
4. Mishbah asy-Syari'ah, jilid 1, halaman 192.
5. Nahjul Balaghah, Khutbah 193.

Tags

Your Comment

You are replying to: .
captcha