Thursday 18 December 2025 - 16:02
Hikmah Sahifah Sajjadiyyah | Jika Engkau Bergembira atas Kemenangan dan Keberhasilan, Maka Jangan Lupakan Allah Swt

Hawzah/ Seorang mukmin, bahkan pada saat meraih kegembiraan dan kemenangan, senantiasa mengaitkan seluruh keindahan kepada Allah Swt. dan menyandarkan segala bentuk kekuatan hanya kepada-Nya. Karena, dalam tatanan alam semesta, sesungguhnya hanya ada satu kehendak dan satu kekuatan yang berkuasa.

Berita Hawzah- Imam Ali Zainal Abidin As-Sajjad 'alaihissalam dalam doanya di Sahifah Sajjadiyah memohon kepada Allah Swt, sebagai berikut;

¹{وَ کَمْ مِنْ بَاغٍ بَغَانِی بِمَکَایِدِهِ وَ نَصَبَ لِی شَرَکَ مَصَایِدِهِ وَ وَکَّلَ بِی تَفَقُّدَ رِعَایَتِهِ‌، وَ أَضْبَأَ إِلَیَّ إِضْبَاءَ السَّبُعِ لِطَرِیدَتِهِ انْتِظَاراً لاِنْتِهَازِ الْفُرْصَةِ لِفَرِیسَتِهِ وَ هُوَ یُظْهِرُ لِی بَشَاشَةَ الْمَلَقِ وَ یَنْظُرُنِی عَلَی شِدَّةِ الْحَنَقِ‌ ... وَ قَدْ کَادَ أَنْ یَحُلَّ بِی لَوْ لاَ رَحْمَتُکَ مَا حَلَّ بِسَاحَتِهِ‌}

“Betapa banyak penindas yang menindasku dengan tipuannya berusaha mencelakaiku, menebar jebakan-jebakan di jalanku, mengawasiku dengan penuh kewaspadaan, dan mengintaiku sebagaimana binatang buas mengintai mangsanya yang terlepas, menunggu saat yang tepat untuk menerkam.Ia menampakkan kepadaku wajah ramah penuh kepura-puraan, sementara pandangannya sarat dengan amarah yang membara...... Sungguh, hampir saja apa yang ia rencanakan menimpaku, seandainya bukan karena rahmat-Mu, niscaya aku telah tertimpa apa yang menimpa dirinya.”

Salah satu ajaran penting Islam yang tidak boleh kita lupakan dalam menghadapi musuh adalah bahwa semua kemenangan dan keberhasilan berasal dari Allah SWT dan rahmat-Nya yang luas. Oleh karena itu, kita tidak boleh terjebak dalam kesombongan dan keangkuhan atas kemenangan dalam peperangan.

Tidaklah Allah SWT selalu menguji manusia dengan kesulitan dan cobaan. Terkadang, manusia justru diuji dengan keindahan dan kegembiraan. Sebagaimana firman Allah Swt dalam Al-Qur'an:

²{فَلَمْ تَقْتُلُوهُمْ وَلَٰکِنَّ اللَّهَ قَتَلَهُمْ وَمَا رَمَیْتَ إِذْ رَمَیْتَ وَلَٰکِنَّ اللَّهَ رَمَیٰ وَلِیُبْلِیَ الْمُؤْمِنِینَ مِنْهُ بَلَاءً حَسَنًا إِنَّ اللَّهَ سَمِیعٌ عَلِیمٌ}

"Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allah-lah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mukmin, dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."

Ayat ini mengajarkan bahwa kemenangan bukan hasil kekuatan manusia semata, melainkan sepenuhnya berada dalam kendali kehendak ilahi. Manusia hanya menjadi perantara, sementara pelaku hakiki dari kemenangan dan kekalahan adalah Allah Swt.

Dengan kesadaran ini, seorang mukmin akan tetap rendah hati saat menang, bersyukur tanpa takabur, dan menyadari bahwa ujian dalam bentuk keberhasilan dan kejayaan sering kali lebih berat daripada ujian dalam bentuk kesulitan.

Kata “balā’” bermakna ujian. Apabila ujian itu datang dalam bentuk nikmat dan kemenangan, maka ia disebut balā’ ḥasan (ujian yang baik); sedangkan apabila datang melalui musibah dan hukuman, ia disebut balā’ sayyi’ (ujian yang buruk).³

Oleh karena itu, seorang mukmin, bahkan di saat kegembiraan dan kemenangan, senantiasa menisbatkan seluruh keindahan kepada Allah Swt. dan meyakini bahwa segala kekuatan berasal dari-Nya. Sebab dalam tatanan alam semesta ini, pada hakikatnya hanya ada satu kehendak dan satu kekuasaan yang berkuasa, yaitu kehendak dan kekuasaan Allah Swt. Al-Qur’an menjelaskan hal ini dengan firman-Nya:

⁴{وَکَذَٰلِکَ جَعَلْنَا لِکُلِّ نَبِیٍّ عَدُوًّا شَیَاطِینَ الْإِنْسِ وَالْجِنِّ یُوحِی بَعْضُهُمْ إِلَیٰ بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا وَلَوْ شَاءَ رَبُّکَ مَا فَعَلُوهُ}

"Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jika Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya...."

Intisari pembahasan ini adalah bahwa di dunia yang merupakan dar al-balā’ (tempat ujian) ini, manusia hanyalah diperintahkan untuk menunaikan kewajiban dan tugasnya. Adapun Zat yang mengarahkan anak panah setelah dilepaskan dari busurnya adalah Allah Swt. Ketika berhadapan dengan musuh-musuh agama Allah, perhatian yang mendalam terhadap prinsip tauhid ini akan melahirkan banyak keberkahan, baik di dunia maupun di akhirat, bagi barisan orang-orang beriman. Sebaliknya, jika prinsip ini diabaikan, maka ujian dalam bentuk kemenangan (balā’ ḥasan) justru dapat berubah menjadi sebab kehinaan dan kegagalan.

Catatan Kaki:

1. Doa ke-49 dalam Shahifah Sajjadiyah.
2. Surah Al-Anfal, ayat 17.
3. Tafsir Nur, karya Hujjatul Islam wa al-Muslimin Muhsin Qiraati.
4. Surah Al-An'am, ayat 112.

Tags

Your Comment

You are replying to: .
captcha