Berita Hawzah– Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib 'alaihissalam dalam Hikmah ke-8 Nahjul Balaghah bersabda:
{أَعْمَالُ الْعِبَادِ فِی عَاجِلِهِمْ نُصْبُ أَعْیُنِهِمْ فِی آجَالِهِمْ}
"Amal perbuatan seluruh hamba di dunia yang fana ini kelak akan terpampang (disajikan) di hadapan mata mereka di akhirat yang kekal (Akhirat)."
Penjelasan:
Untuk menjadi pribadi yang baik dan istiqamah di jalan kebenaran, teguh di atas Sirat al-Mustaqim, dan ucapan Imam Ali bin Abi Thalib 'alaihissalam ini sudah lebih dari cukup bagi kita. Keyakinan akan adanya Hari Kiamat dan pengadilan keadilan Ilahi memiliki dampak yang sangat mendalam pada kesadaran manusia. Pemahaman bahwa pada Hari Kiamat nanti, semua yang kita perbuat, tanpa terkecuali, akan terpampang jelas di pengadilan Tuhan, menciptakan kesadaran yang terus hidup. Kesadaran inilah yang kemudian menjaga fokus kita pada kehidupan abadi yang hakiki, mendorong kita untuk selalu memprioritaskan amal baik. Namun, ada satu hal yang membuat pembahasan ini semakin mengena sekaligus menggentarkan: sesuai dengan firman Allah Swt dalam Al-Qur'an, pada Hari Kiamat nanti, proses penghakiman justru akan diserahkan kepada manusia itu sendiri.
Allah Swt berfirman:
¹{اقْرَأْ کِتَابَکَ کَفَیٰ بِنَفْسِکَ الْیَوْمَ عَلَیْکَ حَسِیبًا}
""Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu.""
Berdasarkan sabda Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib 'alaihissalam dan ayat suci yang telah disebutkan, Mahkamah Keadilan Ilahi pada Hari Kiamat adalah satu-satunya pengadilan di mana proses penghakiman diserahkan sepenuhnya kepada pelaku itu sendiri. Sebab, pada hari itu tiada jalan untuk melarikan diri atau mengelak sedikit pun; semua amal perbuatan manusia akan terpampang nyata di hadapannya. Pada saat itulah, diri seseorang telah menjadi hakim yang paling jujur bagi dirinya sendiri. Dan alangkah pedihnya rasa malu di hadapan pengadilan Yang Maha Adil kelak.
Lalu, apa yang harus kita lakukan?
Riwayat-riwayat menegaskan bahwa manusia harus mulai melakukan instropeksi diri (muhasabah) sejak dini, yakni selama masih berada di dunia, agar kelak selamat dari rasa malu dan penyesalan di hadapan Tuhan Yang Maha Esa. Meskipun benih rasa malu itu sebenarnya telah dapat kita rasakan di dunia, sifat kehidupan fana ini sering melalaikan dan menutupi kebenaran dari pandangan kita. Namun, di Hari Akhir dan Mahkamah Ilahi nanti, seluruh keadaan akan berbalik seratus delapan puluh derajat.
Dalam menjawab pertanyaan “Apa yang harus dilakukan?”, Imam Ali bin Abi Thalib 'alaihissalammemberikan pedoman yang lugas dan mendasar, sebagai berikut:
²{حَاسِبُوا أَنْفُسَکُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوا وَ وَازِنُوهَا قَبْلَ أَنْ تُوَازَنُوا}
“Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab; dan timbanglah (amal) kalian sebelum kalian ditimbang (dan agar kelak timbanganmu tidak ringan dan kosong).”
Catatan Kaki:
1. Surah Al-Isra', Ayat 14.
2. Ghurar al-Hikam, Jilid 1, Halaman 352.
Your Comment