Saturday 6 December 2025 - 17:38
Hikmah Sahifah Sajjadiyyah | Ya Allah! Ambillah dariku segala yang membuat Engkau menjauh dariku

Hawzah/ Selama harta dan kenikmatan duniawi-nya digunakan di jalan keridhaan Allah Swt, itu baik dan bernilai. Namun, ketika ia mengubah semua itu menjadi alat di tangan setan, ia tidak akan menghasilkan apa pun selain kesombongan, pelanggaran, dan kelalaian—yang menurut Al-Qur'an, itu berarti kerugian yang nyata.

Berita Hawzah– Imam Ali Zainal Abidin As-Sajjad 'alaihissalam dalam Doa ke-31 Shahifah Sajjadiyah memohon kepada Allah SWT dengan ucapan:

{وَ ازْوِ عَنِّي مِنَ الْمَالِ مَا يُحْدِثُ لِي مَخِيلَةً أَوْ تَأَدِّيًا إِلَى بَغْيٍ أَوْ مَا أَتَعَقَّبُ مِنْهُ طُغْيَانًا}

"Dan jauhkanlah dariku harta yang membuatku sombong, berbuat zalim, atau yang menyeretku pada pembangkangan."

Penjelasan:

Budaya penghambaan atau literasi penghambaan adalah sesuatu yang harus menghiasi setiap orang beriman. Dalam penghambaan kepada Allah Swt, segala sesuatu selama masih menyandang warna dan aroma ketuhanan, maka ia indah. Namun, ketika ia menyebabkan kelalaian dan menjauhkan manusia dari Tuhan Yang Maha Esa, maka ia tercela dan harus dijauhi dengan segenap jiwa dan raga.

Pemilik harta, kekayaan, dan secara umum memliki segala materi dan duniawi, selama harta dan kenikmatan duniawi-nya digunakan di jalan keridhaan Allah Swt, itu baik dan bernilai. Namun, ketika ia mengubah semua itu menjadi alat di tangan setan, ia tidak akan menghasilkan apa pun selain kesombongan, pelanggaran, dan kelalaian—yang menurut Al-Qur'an, itu berarti kerugian yang nyata. Oleh karena itulah, Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an al-Karim:

¹{یَا أَیُّهَا الَّذِینَ آمَنُوا لَا تُلْهِکُمْ أَمْوَالُکُمْ وَلَا أَوْلَادُکُمْ عَنْ ذِکْرِ اللَّهِ وَمَنْ یَفْعَلْ ذَٰلِکَ فَأُولَٰئِکَ هُمُ الْخَاسِرُونَ}

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barang siapa yang membuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi."

Kisah Tsa'labah bin Hatib Al-Anshari

Kisah Tsa'labah dapat menjadi contoh yang baik untuk materi yang telah disampaikan (sebelumnya, tentang bahaya harta).

Tsa'labah adalah seorang miskin yang sama sekali tidak memiliki harta. Suatu hari, ia berkata kepada Rasulullah Saw: "Wahai Rasulullah, berdoalah untukku agar Allah memberiku kekayaan." Kemudian, Rasullullah Saw menjawab: "Wahai Tsa'labah! Jumlah harta yang kau miliki saat ini, jika engkau sanggup bersyukur atasnya, lebih baik bagimu daripada kekayaan yang engkau tidak mampu menanggung tanggung jawabnya. Apakah engkau tidak suka mengambil pelajaran dari kehidupan Nabimu?. Wahai Tsa'labah! Demi Allah, jika aku berkehendak, gunung-gunung akan berubah menjadi emas dan perak untukku, tetapi kehidupan terbaik adalah kehidupan yang di dalamnya menjaga kehormatan diri (iffah) dan merasa cukup (Qona'ah), serta harta terbaik adalah harta yang dapat disyukuri oleh pemiliknya."

Tsa'labah tidak puas dengan perkataan Rasulullah Saw. Ia memohon dan mendesak agar Rasulullah Saw berdoa untuknya, dan berkata kepada-Nya: "Demi Allah yang telah mengutusmu dengan risalah ini, jika aku diberi kekayaan, niscaya akan aku tunaikan hak setiap orang yang memiliki hak dalam hartaku."

Akhirnya, karena desakan Tsa'labah, Rasulullah SAW pun berdoa untuknya. Setelah doa beliau, kehidupan materi dan duniawi Tsa'labah berubah total, dan kekayaannya bertambah dari hari ke hari.

Pada awalnya, ia membeli beberapa ekor kambing dan mulai beternak. Seiring waktu, hartanya berkembang sedemikian rupa hingga kota Madinah tidak lagi mampu memenuhi kebutuhan ternaknya (karena padang rumputnya terbatas). Karena alasan itu, ia pun berpindah dari kota ke padang pasir dan menetap di sana untuk meneruskan peternakannya.

Ia begitu sibuk mengurus usahanya sehingga karena banyaknya pekerjaan, ia kehilangan kesempatan (terhalang dari) salat Jumat, salat berjamaah, dan mengunjungi Rasulallah Saw.

Setelah turunnya perintah zakat, atas perintah Rasulullah Saw, petugas pengumpul zakat mendatangi Tsalabah dan, berdasarkan hukum Allah dan Rasul-Nya, meminta zakat darinya. Namun, ia menolak dengan pelit untuk membayar zakat.

Ia pun berkata: "Zakat ini seperti jizyah (pajak) yang diambil dari kelompok agama minoritas! Ini adalah paksaan yang dibebankan kepada kami, orang-orang kaya, dan aku merasa tidak berkewajiban untuk membayar pajak semacam ini!"

Ketika kabar tentang kekikirannya sampai kepada Rasulullah SAW, Baginda bersabda dua kali: "Celakalah Tsa'labah, celakalah Tsa'labah."²

Oleh karena itulah, kita harus memohon perlindungan kepada Allah dari harta dan kekayaan yang berujung pada kesombongan dan pembangkangan terhadap perintah-perintah-Nya. Dan oleh karena itulah pula, sesuai ajaran Imam Ali Zainal Abidin As-Sajjad 'alaihissalam, kita harus memohon kepada Allah SWT dengan doa:

"Ya Allah! Ambillah dariku segala sesuatu yang menjauhkan-Mu dariku."

Catatan Kaki:

1. Surah Al-Munafiqun, ayat 9.
2. Tafsir Al-Qurthubi, jilid 8, halaman 209.

Tags

Your Comment

You are replying to: .
captcha