Berita Hawzah– Almarhum Ayatullah Muhammad Ali Nasiri, salah seorang guru akhlak di Hawzah Ilmiyyah, dalam salah satu pelajaran akhlaknya membahas topik "Mengingat Allah," yang penjelasannya sebagai berikut:
Allah Swt berfirman dalam Ayat 37 Surah An-Nur:
{رِجَالٌ لَّا تُلْهِیهِمْ تِجَارَةٌ وَلَا بَیْعٌ عَن ذِکْرِ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ}
"Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingat Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang..."
Ayat ini menggambarkan sifat orang-orang beriman sejati yang memiliki keseimbangan sempurna antara urusan dunia dan akhirat-Nya. Meskipun mereka sibuk dengan aktivitas duniawi seperti berdagang, melakukan jual-beli dan lain sebaganya,akan tetapi, hati dan pikiran mereka tetap terhubung dengan Allah Swt. Aktivitas duniawi mereka justru menjadi ibadah karena tidak melalaikan mereka dari segala kewajibannya. Allah Swt menyebutkan dua hal utama dalam ayat ini:
1. Dzikrullah - Mengingat Allah dalam segala keadaan
2. Iqamatus Shalah - Mendirikan shalat dengan sempurna
Kemudian dalam Surah Al-Baqarah ayat 152, Allah Swt menjelaskan keutamaan dzikir (mengingat) Allah Swt:{فَاذْکُرُونِی أَذْکُرْکُمْ}— "Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu." Wahai hamba-hamba-Ku, berikanlah perhatian hati kalian kepadaku, niscaya Aku juga tidak akan melupakan kalian.
Kehadiran manusia di dunia ini bagaikan aliran sungai yang mengalir dari lereng sungai: muncul dari alam gaib, memasuki kehidupan, lalu menghilang di dunia yang fana ini dan kembali ke tanah. Siklus kelahiran dan kematian ini telah terjadi sejak awal penciptaan dan akan terus berlanjut tanpa henti hingga hari kiamat tiba. Kemudian, Allah Swt berfirman dalam hadist qudsi: {اُذکُرونی علی ظَهرِ الارض، اُذکُرکُم فی بَطنِ الارض}, "Ingatlah Aku di atas bumi, niscaya Aku akan mengingatmu di perut bumi [alam kubur])".
Dalam beberapa riwayat juga disebutkan bahwa Allah berfirman: {اُذکُرنی فی مَلَأٍ أذْکُرْکَ فی مَلَأٍ خَیرٍ مِن مَلَئِکَ}, "Ingatlah Aku (berdzikirlah) di khalayak (kelompok orang), niscaya Aku akan mengingatmu di khalayak (kelompok makhluk) yang lebih baik dari mereka (yaitu para malaikat)."
Manusia yang menjaga zikir "Allah" dan mengingat-Nya dalam setiap kondisinya, dan tidak pernah lalai dari mengingat Allah Swt, pembicaraan mengenai orang tersebut akan disampaikan di Perkumpulan Tertinggi (Malā'ul A'lā), dan para malaikat di sana akan mengenalnya dan menyebutnya dengan kebesaran dan keagungan.
Oleh karena itu, di bawah riwayat yang masyhur ini, Anda akan melihat poin bahwa: {مَن تَعَلَّمَ العِلمَ و عَمِلَ بِهِ و عَلَّمَ للّه ، دُعِیَ فی مَلَکوتِ السَّماواتِ عَظیما}, "Barangsiapa menuntut ilmu, kemudian mengamalkannya, dan mengajarkannya karena Allah, maka ia akan dipanggil di Kerajaan Langit (Malakūt as-Samāwāt) karena kemuliannya." Orang yang melakukan tiga perbuatan ini dengan ikhlas, maka para malaikat akan mengenalinya, dan namanya akan disebut di majelis-majelis agung para malaikat karena kemulian dan keagungan-Nya.
Seseorang yang menuntut ilmu dan mempelajari berbagai pengetahuan karena Allah Swt, lalu ia mengamalkan apa yang telah ia pelajari dengan ikhlas, dan menyebarkan ilmu-ilmu tersebut, serta mengajarkannya secara ikhlas kepada orang lain, maka namanya akan disebut di Malakūtul A'lā (Kerajaan Tertinggi) karena kemuliannya.
{اُذکُرُونی هُنا اذْکُرْکُم هُناک}
"Ingatlah Aku di sini (di dunia), niscaya Aku akan mengingatmu di sana (di akhirat)."
Dalam riwayat-riwayat kita dapati bahwa terkadang seorang mukmin itu "Tidak dikenal namanya di bumi, tetapi terkenal di langit" {خامِلُ الذِکر فِیالارض و مَشهور فِی السماء}. Di antara manusia ia tidak dikenal, dan tidak ada yang menghormatinya, namun ia terkenal di langit di sisi para malaikat dan namanya disebut karena kemuliannya.
Ungkapan {اُذْکُرُونِی أَذْکُرْکُمْ} (Ingatlah Aku, niscaya Aku akan mengingatmu) terkadang diartikan sebagai: Hendaknya kalian mengingat-Ku di saat-saat senang dan berkecukupan serta jangan lalai dari-Ku, agar Aku mengingatmu di saat kalian susah, dan terdesak.
Dalam bab ini terdapat banyak riwayat, dan disebutkan dalam sebuah riwayat bahwa: Menjaga zikir "Allah" di saat berkecukupan, sehingga para malaikat Allah mendengar suara kebutuhanmu, dan ketika dunia menekanmu, dengan penjagaan yang sama, kamu akan segera diterima di hadapan Ilahi sebagai seorang hamba.
Terkadang, manusia melupakan Allah swt di saat mereka senang dan bahagia, lalu ketika mereka menghadapi kesulitan, kesedihan, dan musibah, ia pun meratap "Ya Allah!" dan mengangkat kedua tangannya untuk berdoa dan meratap. Maka, para malaikat akan berkata: "Ya Tuhan, kami tidak mengenali suara ini, dan suara ini baru saja terdengar oleh kami." Oleh sebab itu, kita harus mengingat Allah Swt, bahkan disaat kita senang dan bahagia.
{اذْکُرُونِیِ فِی النِّعْمَةِ وَالرَّخَاءِ، أَذْکُرْکُمْ فِی الشِّدَّةِ وَالْبَلَاءِ}, "Ingatlah Aku di saat nikmat dan kelapangan, niscaya Aku akan mengingatmu di saat kesulitan dan musibah." Manusia yang sempurna adalah manusia yang senantiasa mengingat Allah Swt. Dampak dan efek dari perbuatan ini adalah Allah Swt senantiasa mengingatnya dan ingin mengantarkannya menuju kesempurnaan. Dan nikmat apa yang lebih tinggi daripada ini, yaitu Allah, dengan kehendak (mashiyyat) ini, mengangkat manusia dari kekurangan menuju kesempurnaan Ilahi; inilah hasil dari {اذکرونی} "Ingatlah Aku"
Your Comment