Berita Hawzah– Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib 'alaihissalam dalam Nahjul Balaghah, menyapa Harits Al-Hamdani dengan ungkapan sebagai berikut:
وَ احْذَرْ کُلَّ عَمَلٍ یُعْمَلُ بِهِ فِی السِّرِّ وَ یُسْتَحَی مِنْهُ فِی الْعَلَانِیَةِ}¹}
"Dan jauhilah setiap perbuatan yang dilakukan secara rahasia, sementara (engkau) malu melakukannya secara terang-terangan (‘alāniyyah)."
Penjelasan:
Salah satu ajaran penting yang diperkenalkan sebagai "Akhlak Islam" (Khuluq Islam) adalah "Haya’" (Rasa Malu). sebagaimana, Rasulullah Saw bersabda:
²{إنّ لِکُلِّ دِینٍ خُلُقا، و إنّ خُلُقَ الإسلامِ الحیاءُ}
"Setiap agama memiliki akhlak (khuluk) tersendiri, dan sesungguhnya akhlak Islam adalah rasa malu (Haya')."
Dalam riwayat lain yang patut direnungkan dari Rasulullah Saw disebutkan:
³{اَلْإِسْلاَمُ عُرْیَانٌ فَلِبَاسُهُ اَلْحَیَاءُ}
"Islam itu telanjang (‘uryān), maka pakaiannya adalah rasa malu (Haya')."
Oleh karena itu, seorang Muslim tidak mengindahkan akhlak terpenting Islam ini; karena jika ia acuh, maka ia tidak akan mengenakan dan menghiasai dirinya dengan pakaian Islam (rasa malu). Kemudian, hal yang membuat pembahasan Haya' (rasa malu) inilebih menarik, karena banyak sekali riwayat yang membahas jenis- jenis Haya’ (rasa malu),dan membaginya menjadi dua: rasa malu yang terbaik dan paling utama.
Menurut riwayat-riwayat ini, salah satu rasa malu terbaik adalah memiliki rasa malu terhadap Allah Yang Maha Tinggi, sebagaimana Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib 'alaihissalam bersabda:
⁴{أَفْضَلُ اَلْحَیَاءِ اِسْتِحْیَاؤُکَ مِنَ اَللَّهِ}
"Rasa malu yang paling utama adalah ketika kamu malu di hadapan Allah."
Karena, jika seseorang tidak berani melakukan dosa di hadapan seorang anak kecil, bagaimana mungkin ia berani bermaksiat, dan melakukan dosa di hadapan Allah Swt tanpa merasa malu?. Disamping itu, rasa malu yang paling utama adalah rasa malu terhadap diri kita sendiri. Sebagaiman Imam Ali bin Abi Thalib 'alaihissalam bersabda mengenai hal itu:
أَحْسَنُ اَلْحَیَاءِ اِسْتِحْیَاؤُکَ مِنْ نَفْسِکَ}⁵}
"Sebaik-baiknya rasa malu, adalah ketika kamu malu kepada dirimu sendiri."
Berdasarkan sabda yang mulia dari Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib 'alaihissalam , nilai dan martabat manusia yang sedemikian tingginya sehingga pantas bagi seseorang, ketika melakukan kesalahan dan penyimpangan, untuk mengingat hakikat dan kedudukannya di alam semesta. Sebab, hal ini dapat membangkitkan rasa malu dan haya' (rasa malu yang positif) terhadap dirinya sendiri, sehingga membuatnya lebih sadar akan hakikat dan kedudukannya, dan kemudian, ia memperoleh jenis haya' yang utama, yaitu memiliki rasa malu kepada Allah Swt. Dan mungkin frasa "Malulah pada dirimu sendiri!" yang umum terdengar di antara kita, diambil dari makna ini.
Catatan Kaki:
1. Nahjul Balaghah, Surat 69.
2. Rasulullah Saw / Raudah al-Wa'izhin, jilid 2, halaman 460.
3. Wasailus Syiah, jilid 15, halaman 184.
4. Uyun al-Hikam, jilid 1, halaman 112.
5. Ghurar al-Hikam, jilid 1, halaman 200.
Your Comment