Berita Hawzah – Bersamaan dengan berlanjutnya krisis kemanusiaan di Gaza dan meningkatnya kekhawatiran global, delegasi resmi Kuba dalam Konferensi Umum UNESCO di Samarkand mengambil sikap tegas. Para delegasi Kuba, dalam partisipasinya di komisi-komisi pendidikan serta keuangan dan administrasi, menegaskan pentingnya membela hak atas pendidikan, kebudayaan, dan martabat manusia di wilayah Palestina yang diduduki.
Dalam pernyataan resmi yang dibacakan oleh delegasi Kuba disebutkan:
"Selama rakyat Palestina belum mampu mendirikan negara merdeka dalam batas sebelum tahun 1967 dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kota, tidak akan ada perdamaian yang sejati dan berkelanjutan."
Sikap ini mencerminkan konsistensi kebijakan Havana dalam mendukung gerakan-gerakan pembebasan dan keadilan di seluruh dunia.
Delegasi Kuba juga merujuk pada laporan UNESCO mengenai hancurnya ratusan sekolah dan dampak yang terlihat pada ribuan siswa serta guru Palestina, dan menegaskan pentingnya mendukung UNRWA (Badan PBB untuk Pengungsi Palestina) serta program-program pendidikan yang dijalankan lembaga tersebut di Gaza.
Ia juga menyampaikan peringatan atas meluasnya pelanggaran hukum internasional, dan menyerukan agar UNESCO memainkan peran yang lebih aktif dalam mendukung pendidikan dan rekonstruksi budaya di wilayah-wilayah terdampak perang.
Mereka menegaskan bahwa pendidikan bukan hanya sarana penyadaran, tetapi juga tiang utama perlawanan terhadap penjajahan dan penghinaan terhadap martabat bangsa.
Di akhir pernyataan, Kuba menegaskan komitmennya terhadap multilateralisme, keadilan global, dan hak penentuan nasib sendiri bagi seluruh bangsa, serta menyerukan kepada semua negara agar membela rakyat Palestina dari sudut pandang kemanusiaan, bukan semata-mata politik.
Your Comment