Saturday 8 November 2025 - 05:52
Akhlak Hidup: Ridho dengan Pemberian Allah Swt yang Sedikit, Maka Allah (pun) akan Ridho dengan Amalanmu yang Sedikit

Hawzah/ Saat banyak orang mengejar uang dan harta benda agar bisa mandiri dan makmur, ajaran agama justru menunjukkan cara lain untuk mencapai hal tersebut.

Berita Hawzah | Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib 'alaihissalam dalam Nahjul Balaghah bersabda mengenai martabat qanaah (kepuasan diri):

¹{طُوبَی لِمَنْ ... قَنِعَ بِالْکَفَافِ}

"Berbahagialah bagi orang yang... merasa cukup (puas) dengan apa yang ada padanya."

Penjelasan: Hakikat Kekayaan Sejati (al-Ghinā)

Salah satu alasan yang menyebabkan manusia memiliki sifat serakah dan tamak terhadap dunia, adalah karena mereka mencari kekayaan dan kekuasaan. Padahal hakikat kekayaan itu tidak sejalan dengan sikap serakah, tamak, dan menimbunan harta. Untuk meraih kekayaan yang sebenernya, seseorang harus menempuh jalan lain; sebuah jalan yang Allah Swt sampaikan dalam hadis qudsi kepada Nabi Dawud 'alaihissalam:

²{یَا دَاوُدُ! ... وَضَعْتُ اَلْغِنَی فِی اَلْقَنَاعَةِ وَ هُمْ یَطْلُبُونَهُ فِی کَثْرَةِ اَلْمَالِ فَلاَ یَجِدُونَهُ}

"Wahai Dawud! Aku telah meletakkan Kekayaan (al-ghinā) dalam qanaah (kepuasan diri), tetapi mereka mencarinya dalam banyaknya harta, padahal mereka tidak akan menemukannya."

Poin penting lainnya yang ada di dalam pembahasan qana'ah (kepuasan diri) ini, adalah bahwa segala keterikatan duniawi yang dikejar manusia karena keserakahan untuk menjadi kaya dan mandiri, itu semuanya adalah hal yang fana (akan binasa). Namun, kekayaan yang didasari oleh sifat qanaah, tidak ada akhir. Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib 'alaihissalam mengisyaratkan kebenaran ini dengan bersabda:

³{القَناعَةُ مالٌ لا یَنفَدُ}

"Qanaah adalah harta yang tidak akan habis."

Oleh karena itu, kita harus memupuk qanaah – harta yang tak pernah binasa – dalam diri kita, karena orang yang berakal tidak akan pernah mengejar urusan yang fana.

Qanaah sebagai Pengganti Kekurangan Amal

Hal ini yang membuat pembahasan qanaah dan kerelaan terhadap pemberian Ilahi ini menjadi lebih indah adalah riwayat mulia dari Imam Ali Ridha 'alaihissalam.

Dalam kehidupan setiap manusia, pasti ada semacam kekurangan dan ketidaksempurnaan. Demikian pula, amal perbuatan kita sebagai manusia juga penuh dengan kekurangan, sampai pada taraf di mana kita semua lalai di hadapan Allah Swt; karena Dia tidak disembah sebagaimana mestinya.

Pertanyaan: Bagaimana seharusnya kekurangan dalam amal perbuatan di hadapan Ilahi ini diperbaiki?

Imam Ali Ridha 'alaihissalam memberikan solusi kepada kita, solusi yang merupakan buah dari kedudukan qanaah:

⁴{مَنْ رَضِیَ مِنَ اَللَّهِ عَزَّ وَ جَلَّ بِالْقَلِیلِ مِنَ اَلرِّزْقِ رَضِیَ اَللَّهُ مِنْهُ بِالْقَلِیلِ مِنَ اَلْعَمَلِ}

"Barang siapa yang ridha kepada Allah 'Azza wa Jalla dengan rezeki yang sedikit, maka Allah (pun) akan ridha kepadanya dengan amal yang sedikit."

Cukup dengan dua bait syair Parsi ini merangkum makna hadis di atas:

"Orang yang tidak mengenal Allah dan tidak beribadah kepada-Nya (menyemba-Nya), yaitu orang yang tidak ridha (puas) dengan takdir dan rezeki (Nya)."
"Qanaah menjadikan seseorang mampu (kaya sejati), Sampaikan kabar ini kepada si tamak yang berkelana di dunia."⁵

Catatan Kaki:

1. Nahj al-Balaghah, Hikmah (Kata-kata Mutiara) ke-44.
2. Kuliyyat Hadis Qudsi, jilid 1, halaman 179.
3. Ghurar al-Hikam, jilid 1, halaman 128.
4. Kashf al-Ghummah, jilid 2, halaman 310.
5. syair Parsi.

Tags

Your Comment

You are replying to: .
captcha