Friday 17 October 2025 - 10:09
Tugas Hawzah dan Universitas adalah Melenyapkan Kebodohan dari Masyarakat

Hawzah/ Ayatollah al-Uzhma Jawadi Amoli menegaskan bahwa seseorang yang bersikap berlebihan atau bertindak tanpa pertimbangan tidak akan memperoleh apa pun selain penyesalan. Sebaliknya, orang yang berhati-hati, berpandangan jauh, dan bertindak dengan pemikiran yang matang akan meraih keselamatan dan kemenangan.

Berita Hawzah – Pelajaran akhlak mingguan Ayatollah Al-Uzhma Jawadi Amoli hari ini (Rabu) diadakan di Masjid A’zham Qom dengan dihadiri oleh berbagai lapisan masyarakat.

Dalam lanjutan penjelasan beliau atas Kalimāt al-Qisar (kata-kata hikmah singkat) dari Nahj al-Balaghah, dengan merujuk pada hikmah ke-181 Imam Ali as, beliau menyampaikan: “ثَمَرَةُ التَّفْرِیطِ النَّدَامَةُ، وَثَمَرَةُ الْحَزْمِ السَّلَامَةُ”, buah dari kelalaian adalah penyesalan, dan buah dari kehati-hatian adalah keselamatan. Manusia, kata beliau, tidak boleh bertindak tanpa pemikiran, pertimbangan, dan pandangan jauh ke depan, karena perilaku pribadi seseorang berkaitan erat dengan masyarakat, dan setiap keputusan individu memiliki dampak pada tatanan sosial.

Ayatollah Jawadi Amoli menjelaskan bahwa akal teoretis bertugas untuk berpikir dan membedakan antara kebenaran dan kebatilan, sedangkan akal praktis berperan dalam pengambilan keputusan dan kehendak. Kedua potensi ini, meskipun berbeda, akan terkoordinasi dengan baik hanya jika jiwa seseorang kuat dan disertai dengan iman yang tulus, sehingga kehidupan manusia dapat berjalan di jalur yang benar.

Beliau menambahkan, jihad batiniah adalah ketika seseorang mengenali kekuatan dan potensi dalam dirinya, memahami fungsi masing-masing, dan mengoordinasikannya agar menghasilkan keputusan yang tepat dan amal saleh. Kegiatan yang dilakukan di hawzah dan universitas termasuk dalam ranah akal teoretis, dan tujuannya adalah menghapus kebodohan ilmiah (jahil), sedangkan tugas para pendidik akhlak dan reformis sosial berada dalam wilayah akal praktis — mereka berjuang untuk melenyapkan kejahilan dalam tindakan dan perilaku manusia. Kejahilan ini tampak dalam cara seseorang mengatur masyarakat dan mengelola kehidupannya, sementara kebodohan (jahil) berkaitan dengan ketidaktahuan dalam bidang ilmu.

Merujuk pada sabda Imam Ali as: “Banyak orang berilmu yang dibunuh oleh kebodohannya sendiri, sementara ilmunya tidak memberi manfaat baginya,” beliau menegaskan bahwa banyak orang secara akademis berpendidikan, tetapi dalam praktik justru terjerumus dalam kejahilan dan tidak bertindak secara bijak. Karena itu, manusia harus menjalani kehidupan sedemikian rupa sehingga pusat pengambilan keputusannya dikendalikan oleh akal dan ketakwaan, bukan hawa nafsu. Ilmu semata tidak cukup, sebab banyak orang pandai yang jatuh ke dalam kesesatan perilaku karena tidak memiliki akal praktis yang matang.

Beliau juga mengutip hikmah ke-48 dari Nahj al-Balaghah bahwa keberhasilan dalam urusan pribadi dan sosial hanya akan tercapai jika keputusan didasarkan pada pemikiran yang matang, pengumpulan pendapat, dan analisis yang cermat, sedangkan pikiran yang benar ditandai dengan kemampuan menjaga rahasia dan tidak membuka aib.

Di akhir ceramahnya, Ayatollah Jawadi Amoli menegaskan: “Seseorang yang bersikap ceroboh dan bertindak tanpa perencanaan tidak akan memperoleh apa pun selain penyesalan, sementara orang yang berhati-hati, berpandangan jauh, dan berpikir matang akan memperoleh keselamatan dan kemenangan.”

Tags

Your Comment

You are replying to: .
captcha