Berita Hawzah— Berdasarkan sumber-sumber yang dinukil oleh Allamah Majlisi dalam Bihârul Anwâr, yang bersumber dari kitab ‘Ilal al-Syarâ’i‘ karya Syaikh Shaduq, Rasulullah Saw mengajarkan Tasbih Sayidah Fathimah kepada Sayyidah Fathimah Az-Zahra salamullah ‘alaiha dan Imam Ali bin Abi Thalib ‘alaihis salam. Ajaran ini disampaikan sebagai jawaban atas permohonan mereka agar diberikan seorang pembantu bagi Sayyidah Fathimah Az-Zahra, mengingat beratnya pekerjaan rumah tangga yang telah berdampak pada kondisi fisik beliau.
1. Kisah Hadiah Allah Swt dan Rasulullah Saw kepada Sayyidah Fathimah Az-Zahra salamullah'alaiha
Dalam kitab Kasyful Ghummah disebutkan bahwa Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib 'alaihissalam menceritakan kehidupan rumah tangganya bersama putri Rasulullah Saw kepada seorang lelaki dari kabilah Bani Sa‘ad. Beliau berkata:
"Fathimah begitu sering mengangkat kantong air hingga bekas hitam tampak pada tubuhnya. Ia menggiling gandum sampai kedua tangannya kapalan. Ia membersihkan rumah hingga pakaiannya dipenuhi debu, dan menyalakan api di bawah periuk masakan sampai pakaiannya menghitam. Ia menanggung banyak penderitaan akibat pekerjaan-pekerjaan tersebut."
Suatu hari aku berkata kepadanya, “Seandainya engkau menemui ayahmu dan meminta seorang pembantu, niscaya engkau akan terbebas dari penderitaan pekerjaan-pekerjaan ini.”
Fathimah pun pergi menemui ayahnya, namun ketika melihat banyak orang mengelilingi Rasulullah Saw, rasa malu menghalanginya untuk menyampaikan permintaan itu. Ia pun kembali tanpa menyampaikan apa pun.
Rasulullah Saw memahami bahwa putrinya datang karena suatu keperluan. Keesokan harinya beliau mendatangi rumah kami dan bersabda, “Wahai Fathimah, keperluan apa yang kemarin engkau inginkan dari-Ku?”.
Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib 'alaihissalam berkata: “Wahai Rasulullah, Fathimah sangat sering mengangkat air hingga membekas di tubuhnya, menggiling gandum sampai tangannya kapalan, membersihkan rumah hingga pakaiannya berdebu, dan memasak sampai pakaiannya menghitam. Aku pun menyarankan agar ia meminta seorang pembantu kepadamu.” Maka Rasulullah Saw bersabda: “Maukah kalian aku ajarkan sesuatu yang lebih baik bagi kalian daripada seorang pembantu?. Apabila kalian hendak tidur, ucapkanlah Allahu Akbar tiga puluh empat kali, Alhamdulillah tiga puluh tiga kali, dan Subhanallah tiga puluh tiga kali.” Mendengar itu, Sayidah Fathimah az-Zahra (s) berkata sebanyak tiga kali:
“Aku ridha kepada Allah dan Rasul-Nya.”
2. Makna Tasbih Sayyidah Fathimah Az-Zahra salamullah'alaiha
A. Allahu Akbar
Dalam Tasbih Sayidah Fathimah Az-Zahra, ketika seseorang mengucapkan “Allahu Akbar”, ia mengakui puncak kelemahan dan keterbatasan dirinya serta berulang kali mengikrarkan ketidakmampuannya di hadapan Allah Yang Mahatinggi. Diriwayatkan dari Jami‘ bin ‘Umair, ia berkata: “Aku berada di hadapan Imam Ja‘far ash-Shadiq (a). Beliau bertanya kepadaku, ‘Apa makna ucapan Allahu Akbar?’ Aku menjawab, ‘Artinya Allah lebih besar dari segala sesuatu’”. Lalu,Imam Ja'far As-Shadiq 'alaihissalam bersabda:
“Jika demikian engkau memaknainya, engkau telah membayangkan sesuatu bagi Allah Swt, lalu membandingkan-Nya dengan makhluk lain dan menganggap-Nya lebih besar dari mereka.” Aku bertanya kembali, “Lalu apakah makna 'Allahu Akbar' yang sebenarnya?”. Beliau menjawab: “Maknanya adalah: (الله اکبر مِن أن یوصَف), 'Allah Swt, lebih besar dari segala sesuatu yang disifati kepada-Nya'.”
B. Alhamdulillah
Setelah manusia mengakui ketidakmampuannya dalam mengenal hakikat Sang Pencipta, ia memasuki tahap berikutnya dengan mengucapkan “Alhamdulillah”, yang merupakan salah satu zikir paling utama dalam Tasbih Fathimah.
Imam Khomeini (ra) dalam menjelaskan '«حمد», memuji Allah', berkata: “Memuji Allah Swt sepadan dengan bersyukur. Dalam banyak riwayat disebutkan bahwa siapa yang mengucapkan Alhamdulillah, maka ia telah menunaikan syukur kepada Allah.”
Sebagaimana Imam Ja‘far As-Shadiq 'alaihissalam bersabda: “Syukur atas setiap nikmat, meskipun kecil maupun besar, adalah dengan memuji Allah Yang Mahamulia.”
Dalam sebuah hadis, Hammad bin ‘Utsman meriwayatkan:
“Imam Ja'far As-Shadiq 'alaihissalam keluar dari masjid, sementara tunggangannya hilang. Beliau bersabda, ‘Jika Allah mengembalikannya kepadaku, sungguh aku akan bersyukur kepada-Nya dengan sebenar-benarnya syukur.’” Tidak lama kemudian, kendaraan itu pun dikembalikan. Maka beliau mengucapkan: ‘Alhamdulillah.’
Seseorang berkata, “Wahai tuanku, bukankah Anda mengatakan akan bersyukur kepada Allah Swt dengan sebenar-benarnya syukur?”. Beliau menjawab: “Tidakkah engkau mendengar aku mengucapkan Alhamdulillah?”. Dari riwayat ini jelaslah bahwa memuji Allah Swt merupakan bentuk syukur lisan yang paling utama.
C. Subhanallah
Seseorang bertanya kepada Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib 'alaihissalam: “Apa makna Subhanallah?”. Lalu, Beliau menjawab: “Subhanallah adalah pengagungan terhadap keagungan dan kebesaran Allah Swt, serta mensucikan-Nya dari segala anggapan yang dinisbatkan oleh kaum musyrik kepada-Nya. Apabila seorang hamba mengucapkan kalimat ini, maka seluruh malaikat mendoakan kebaikan untuknya.”
3. Keutamaan dan Dampak Tashbih Fatimah Az-Zahra salamullah'alaiha
Banyak riwayat yang menjelaskan keutamaan dan pengaruh Tashbih Fatimah Az-Zahra salamullah'alaiha dalam kitab-kitab muktabar.
Imam Muhammad Al-Baqir 'alaihissalam bersabda mengenai Tasbih Sayyidah Fathimah : “Allah Yang Mahatinggi tidak pernah disembah dengan suatu pujian yang lebih utama daripada Tasbih Sayyidah Fathimah Az-Zahra. Seandainya ada suatu amalan yang lebih utama darinya, niscaya Rasulullah Saw telah menghadiahkannya kepada Sayyidah Fathimah Az-Zahra salamullah'alaiha.”
Imam Ja‘far As-Shadiq 'alaihissalam juga menyinggung keutamaan tasbih ini setelah salat wajib, beliau bersabda:
{«من سبح تسبیح فاطمه الزهراء سلام الله علیها قبل ان یثنی رجلیه من صلاة الفریضه، غفر الله له}
“Barang siapa membaca Tasbih Fathimah az-Zahra setelah salat fardu, sebelum ia mengubah posisi kakinya, maka Allah akan mengampuni seluruh dosa-dosanya.”
Dalam riwayat lain, Imam Ja‘far As-Shadiq 'alaihissalam bersabda:
{من سبح تسبیح فاطمة سلام الله علیها، فقد ذکرالله الذکر الکثیر}
“Barang siapa membaca Tasbih Fathimah salamullah'alaiha, maka sungguh ia telah mengingat Allah dengan brdzikir yang banyak.”
Suatu hari, Imam Ja‘far As-Shadiq 'alaihissalam menyapa Abu Harun dan berbicara tentang pentingnya mengajarkan Tashbih Fatimah salamullah'alaiha kepada anak-anak, seraya berkata: "Wahai Abu Harun, kami menyuruh anak-anak kami untuk membaca Tashbih Fathimah salamullah‘alaiha, sebagaimana kami menyuruh mereka mengerjakan shalat. Maka berpegangteguhlah padanya, karena tidak ada seorang hamba yang senantiasa mengamalkannya melainkan ia akan memperoleh akhir kehidupan yang baik dan kebahagiaan sejati."
Di tempat lain, Imam tersebut juga mengungkapkan keagungan Tasbih Imam Ja‘far As-Shadiq 'alaihissalam dibandingkan dengan salat-salat sunah. Beliau bersabda:
{تسبیح فاطمه سلام الله علیها فی کل یوم فی دبر کل صلاة احب الی من صلاة الف رکعة فی کل یوم}
“Tasbih Fathimah salamullah'alaiha yang dibaca setiap hari setelah setiap salat, lebih aku cintai daripada mengerjakan seribu rakaat salat (sunah) setiap hari.”
Imam Ali al-Hadi ‘alaihissalam bersabda:
{لنا اهل البیت عند نومنا عشر خصال: الطهارة... و تسبیح الله ثلاثا و ثلاثین و تحمیده ثلاثا و ثلاثین، و تکبیره اربعا و ثلاثین...}
"Kami Ahlul Bait memiliki sepuluh kebiasaan ketika hendak tidur: bersuci (wudhu) ... membaca tasbih (Subhanallah) tiga puluh tiga kali, tahmid (Alhamdulillah) tiga puluh tiga kali, dan takbir (Allahu Akbar) tiga puluh empat kali …"
Dalam berbagai riwayat juga disebutkan waktu-waktu dan tempat-tempat khusus untuk membaca Tasbih Sayidah Fathimah Az-Zahra. Di antaranya adalah: Setelah salat-salat wajib dan salat-salat sunah, Ketika hendak tidur, Setelah salat istighatsah (permohonan pertolongan) kepada Sayidah FathimahAz-Zahra salamullah'alaiha, Setelah salat ziarah Rasulullah Saw, Setelah salat ziarah Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib 'alaihissalam, Setelah salat Imam Mahdi 'alaihissalam di Masjid Jamkaran, dan Sebelum ziarah ke Sayidah Ma‘shumah 'alaihassalam dengan tata cara khusus, yaitu dimulai membaca "subhanallah" terlebih dahulu.
Sumber Referensi:
1. Kasyful Ghummah, Jilid 2, halaman 97.
2. Asrâr wa Âtsâr Tashbîh Hazrat Zahra (salamullah ‘alaiha), halaman 48, dikutip dari Ma‘ânil Akhbâr.
3. Syarh Chehel Hadits (Syarah Empat Puluh Hadis), Imam Khomeini qs, halaman 349.
4. Tashbihât Hazrat Zahra (salamullah ‘alaiha), halaman 10, dikutip dari ‘Ilal asy-Syarâyi‘, halaman 366.
5. Az Har Ma‘shûm Chehel Hadits, karya Muhammad Ali Kûsyâ, halaman 364.
6. Asrâr wa Âtsâr Tashbîh Hazrat Zahra (salamullah ‘alaiha), halaman 12, dikutip dari Tahdzîb, Jilid 2, halaman 105.
Your Comment