Saturday 15 November 2025 - 11:00
Menyembah Hawa Nafsu adalah Lawan dari Menyembah Allah Swt

Hawzah/ Ayatullah Hasyimi Ulya menekankan bahwa menyambah hawa nafsu adalah kebalikan dari menyembah Allah Swt. Allah Swt sudah mengetahui bahwa manusia dengan kehendaknya sendiri mengikuti hawa nafsu dan setan, maka mereka tidak layak untuk menerima pertolongan Ilahi; karenanya, rahmat dan perhatian Allah Swt akan dicabut darinya, baik di dunia maupun di akhirat.

Berita Hawzah– Dalam sesi kajian akhlak umum Ayatullah Hasyimi Ulya, ketua Madrasah Qa'im yang berjudul "Penjelasan Doa Kedelapan dari Shahifah Sajjadiyah" yang diadakan di masjid madrasah tersebut.

Dalam sesi kajian akhlak ini, Ayatullah Hasyimi Ulya menjelaskan dan menafsirkan penggalan doa kedelapan dari sahifah sajjadiyah yang berbunyi demikian; {اَللَّهُمَّ إِنِّی أَعُوذُ بِکَ مِنْ... مُتَابَعَةِ الْهَوَی}, "Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari... mengikuti hawa nafsu". Beliau menyatakan: "Makna kata 'hawa (hawa nafsu)' adalah suatu kondisi psikologis dalam diri manusia yang cenderung pada perbuatan buruk dan selalu mencari kenyamanan dan kesenangan. Sehingga ia tidak peduli dari mana kesenangan itu akan datang, bahkan jika harus melalui dengan melakukan kezaliman dan pengkhianatan. Siapakah yang tidak ingin bahagia dalam hidupnya?".

Beliau menambahkan: "Semua manusia memiliki hawa nafsu. Manusia memiliki hawa nafsu yang berbeda-beda di dalam dirinya, dan salah satunya adalah nafs al-ammarah atau yang disebut sebagai hawa (hawa nafsu), yang dalam setiap tindakan manusia, ia sangat mendorongnya untuk berbuat dosa. Di mana pun ada jalan (hidyah dan petunjuk) Ilahi, nafs al-ammarah justru memerintahkan untuk melawannya."

Ayatullah Hasyimi Ulya, dengan menjelaskan tabiat dan watak manusia, mengatakan: "Kecenderungan alamiah manusia terletak pada kesenangan duniawi. Karena dosa seringkali disertai dengan kesenangan, dan aspek-aspek dosa menciptakan daya tarik yang sangat kuat bagi manusia, maka hawa nafsu ini harus dikendalikan."

Kemudian, Ayatullah Hasyimi Ulya dengan mengutip beberapa ayat Al-Qur'an tentang hawa nafsu, berkata: "Menurut Surah Yasin ayat 60, menaati setan dianggap sebagai menyembahnya. Mengenai mengikuti hawa nafsu, Al-Qur'an dalam Surah Al-Jatsiyah ayat 23 berfirman: {أَفَرَأَیْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ وَ أَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَی عِلْمٍ وَ خَتَمَ عَلَی سَمْعِهِ وَ قَلْبِهِ وَ جَعَلَ عَلَی بَصَرِهِ غِشَاوَةً}, "Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya?".

Ayatullah Hasyimi Ulya menekankan dengan menjelaskan konsekuensi dari menyembah hawa nafsu, lalu berkata: "Menyembah hawa nafsu adalah lawan dari menyembah Allah Swt." Allah Swt sudah mengetahui bahwa manusia dengan kehendaknya sendiri mengikuti hawa nafsu dan setan, maka mereka tidak layak untuk menerima pertolongan Ilahi. Oleh karena itu, kasih sayang dan perhatian Allah Swt akan dicabut darinya, baik di dunia maupun di akhirat, dan bahkan ia tidak akan mampu untuk bertobat.

Keadaan ini bagaikan para pembunuh Imam Husein 'alaihissalam, yang telah kehilangan tiga lentera petunjuk Ilahi—mata, telinga, dan hati—yang disebutkan dalam ayat tersebut. Hati mereka telah mengeras hingga sedemikian rupa sehingga tidak ada nasihat pun yang dapat mempengaruhi mereka.

Tags

Your Comment

You are replying to: .
captcha