Thursday 13 November 2025 - 13:41
Hikmah Sahifah Sajjadiyah | Mengapa Allah Swt Menjamin Rezeki Kita?

Hawzah/Terdapat banyak riwayat mengenai "mencarai rezeki dan mata pencaharian" yang penting untuk dipelajari setiap orang, karena ajaran-ajaran ini mengubah pandangan orang terhadap mencari rezeki dan upaya mereka untuk mendapatkannya dan meraih harta duniawi, serta memberikan mereka keseimbangan.

Berita Hawzah– Imam Zainal Abidin 'alaihissalam memohon kepada Allah Ta'ala dalam Sahifah Sajjadiyah sebagai berikut:

وَ اجْعَلْ مَا صَرَّحْتَ بِهِ مِنْ عِدَتِکَ فِی وَحْیِکَ وَ أَتْبَعْتَهُ مِنْ قَسَمِکَ فِی کِتَابِکَ قَاطِعاً لاِهْتِمَامِنَا بِالرِّزْقِ الَّذِی تَکَفَّلْتَ بِهِ‌} ¹}


"Ya Allah, jadikanlah janji yang Engkau tegaskan dalam wahyu-Mu dan yang Kau ikat dengan sumpah-Mu dalam Kitab Suci-Mu, sebagai pemutus kekhawatiran kami terhadap rezeki yang telah Engkau jamin."

Uraian:

Terdapat banyak riwayat mengenai "mencarai rezeki dan mata pencaharian" yang penting untuk dipelajari setiap orang, karena ajaran-ajaran ini mengubah pandangan orang terhadap mencari rezeki dan upaya mereka untuk mendapatkannya dan meraih harta duniawi, serta memberikan mereka keseimbangan.

Poin pertama yang harus diperhatikan dalam mencari rezeki adalah: Kita harus sadar bahwa tidak ada seorang pun yang memiliki kemampuan untuk mengubah arah rezeki menuju kita. Artinya, jika telah ditetapkan bahwa rezeki itu akan sampai kepada kita, tidak ada yang bisa mencegahnya; dan sebaliknya, jika rezeki itu tidak ditakdirkan untuk kita, tidak ada seorang pun yang mampu memberikannya kepada kita. Sesungguhnya, dengan memperhatikan hal ini saja, manusia dapat terbebas dari rasa kekhawatiran dan ketakutan dalam mencari rezeki, sehingga hatinya dipenuhi dengan ketenangan. Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda;

²{إنّ الرِّزقَ لا یَجُرُّهُ حِرصُ حَریصٍ و لا یَصرِفُهُ کَراهِیَةُ کارِهٍ}


"Sesungguhnya keserakahan orang yang tamak itu tidak akan mendatangkan rezeki kepadanya, dan kebencian orang yang benci terhadap seseorang tidak akan menghalangi rezekinya."

Hal yang selanjutnya perlu disinggung—dan sering kali dilupakan—adalah bahwa semua ayat dan riwayat yang menunjukkan jaminan rezeki itu bertujuan untuk mempermudah jalan dalam beribadah kepada Allah Swt. Sebab, mencari rezeki dan mata pecaharian dapat berubah menjadi sebuah kekhawatiran dan kegelisahan bagi seseorang yang dapat menyita seluruh perhatian dan fokus-Nya, serta menjauhkan mereka dari jalan dan tujuan utama. Padahal, kerja keras dan usaha mencari nafkah untuk keluarga (bagi sebagian orang) telah membuatnya mengabaikan kewajiban-kewajiban agama mereka. Dan hal ini telah menjauhkan manusia dari salat, puasa, khumus dan kewajiban-kewajiban agama lainnya!

Sementara itu, ketika janji dan jaminan atas rezeki itu telah diberikan kepada kita, dan keserakahan, ketamakan, serta semua penghalang tidak memiliki pengaruh sedikit pun dalam datang atau tidaknya rezeki, maka selayaknya kita tidak menjauhi diri kita dari syariat dan kewajiban agama walaupun sesaat dengan alasan mencari nafkah. Imam Hasan Askari 'alaihissalam bersabda mengenai hal ini:


³{لا یَشغَلْکَ رِزقٌ مَضمونٌ عن عَمَلٍ مَفروضٍ}


"Jangan sampai [kesibukan mencari] rezeki yang sudah dijamin, melalaikanmu dari kewajiban yang telah ditetapkan (kepada-Mu)."

"Langit adalah penjamin rezekimu, namun karena kerakusan,

Engkau meminta rezekimu dari setiap pintu layaknya seorang pengemis!"⁴

Catatan Kaki:

1. Shahifah Sajjadiyah, Doa ke-29.
2. Bihar al-Anwar, jilid 74, halaman 68.
3. Tuhaf al-'Uqul, jilid 1, halaman 489.
4. Sa'ib Tabrizi (seorang penyair Persia ternama).

Tags

Your Comment

You are replying to: .
captcha