Berita Hawzah- Hujjatul Islam wal Muslimin Husain Anshoriyan, seorang pengajar Al-Qur'an, dalam pidatonya di peringatan hari-hari Fatimiyah, di Masjid Siraj al-Mulk. Beliau menekankan betapa sentralnya keyakinan akan hari kiamat dalam ajaran wahyu. Beliau menjelaskan, "Meskipun banyak riwayat yang membahas tentang kiamat didalam kitab-kitab pokok. Salah satu yang paling menonjol adalah riwayat dari Imam Husein 'alaihissalam yang dikutip oleh Fakhruddin ar-Razi, ulama ternama Ahlusunnah dan penulis tafsir 40 jilid, dalam jilid pertama karyanya. Dalam riwayat tersebut disebutkan bahwa Tuhan telah menurunkan 114 Kitab Suci selama era kenabian para nabi, untuk membimbing manusia menuju kebahagiaan."
Beliau menambahkan: "Dari 114 kitab tersebut, 113 kitab telah musnah dan yang tersisa hanyalah nama-namanya saja, seperti Shuhuf Ibrahim, Taurat Musa, Injil Isa, dan Zabur Dawud yang mana kitab-kitab itu pun telah mengalami banyak distorsi (tahrif). Allah SWT telah mengumpulkan ilmu dan kebenaran seluruh kitab-kitab terdahulu itu ke dalam Al-Qur'an, dengan cara seperti itulah siapa saja yang memegang Al-Qur'an, seolah-olah ia memiliki 113 kitab sebelumnya plus Al-Qur'an Al-Karim."
Ustadz Husain Anshoriyan menegaskan bahwa "Salah satu topik yang ditekankan dan diulang dalam seluruh 114 kitab ini adalah persoalan Hari Kiamat dan hari kebangkitan. Sebagaimana kita baca di awal Surah Taha, pada saat pertama kali Allah Swt berkomunikasi langsung (dengan melalui perantara api) dengan Nabi Musa as di Bukit Thur, Dia (Allah) mengingatkannya tentang empat hal mendasar:
1. Tauhid (Keesaan Tuhan)
Tauhid berarti bahwa semua tuhan buatan dan berhala palsu adalah batil (tidak benar), dan sesembahan yang hakiki hanyalah Tuhan Yang Maha Esa yang merupakan Pencipta, Pengatur, dan Pemegang Kunci alam semesta (eksistensi).
2. Mendirikan Salat (Shalat)
Hal ini diungkapkan dalam firman-Nya: {أقم الصلاه لذکری}, "Dirikanlah salat untuk mengingat-Ku". Artinya, jika engkau ingin menjadi orang yang mendekatkan diri kepada Tuhan, maka dirikanlah salat dengan semua syaratnya.
3. Menyakini Hari Kiamat
Tuhan 'Azza wa Jalla menegaskan: Hari Kiamat pasti akan datang, dan keraguan apa pun tentangnya adalah tidak benar dan tidak rasional (tidak berakal).
4. Menghindari Pergaulan dengan Para Pengingkar Hari Kiamat
Sebab, mereka dapat membawa manusia menuju kebinasaan dan menyebabkan rapuhnya keimanan (melemahnya keyakinan).
Beliau [Hujjatul Islam wal Muslimin Anshoriyan] menyatakan bahwa pengingkar Hari Kiamat adalah orang yang paling berbahaya untuk keimanan manusia. Beliau berkata, "Allah Swt bahkan memperingatkan Musa Kalīmullāh (yang diajak bicara oleh Allah) agar tidak terpengaruh oleh para orang yang mengingkari Hari Kiamat. Sebab, mereka menjadikan agama sebagai sasaran dan hendak menyesatkan hamba-hamba Allah Swt dari jalan kebenaran."
Ustadz Akhlak dan Penafsir Al-Qur'an itu menambahkan: "Di dalam Al-Qur'an, isu Hari Kiamat itu diulang lebih dari seribu ayat. Jumlah pengulangan sebesar ini adalah tanda keagungan dan pentingnya peristiwa ini, karena jika isunya tidak penting, Allah Swt akan membahasnya dengan dua atau tiga ayat saja, bukan dengan lebih dari seribu ayat. Kemudian, Beliau menjelaskan bahwa sebagian besar ayat-ayat tentang Kiamat diturunkan di Mekkah. Karena masyarakat (mekkah) pada saat itu telah tenggelam dalam lautan kemaksiatan dan kesesatan dan Allah lah yang menyembuhkan hati mereka dengan ayat-ayat Kiamat ini". Namun, hanya merekalah yang menerima "resep" dari Dokter (Nabi) Ilahi ini yang selamat. Sedangkan orang-orang seperti Abu Jahal, Ash bin Wail, dan Utbah bin Rabi'ah yang mengingkari dan mengolok-olok Kiamat.
Hujjatul Islam wal Muslimin Anshoriyan menceritakan pengalaman pribadinya: "Terkadang saya melihat beberapa orang kaya, kemudian menasihati mereka untuk menggunakan harta mereka di jalan Allah Swt, dan Sebelum meninggal, mereka sendirilah yang harus menjadi pelaksana wasiat mereka sendiri, serta mengeluarkan sebagian dari harta kekayaan mereka untuk kepentingan agamanya. Namun, mereka hanya diam. Salah satu dari mereka meninggal beberapa tahun yang lalu; ia adalah seseorang yang memiliki beberapa apartemen di Teheran dan properti di Italia. Ketika saya melihat pengumuman duka citanya, saya teringat akan firman Allah Swt dalam Surah Al-Mu'minun, di mana orang-orang seperti itu, di alam Barzakh (alam kubur), akan memohon dengan merengek: 'Ya Tuhan kami, kembalikanlah kami (ke dunia) agar kami dapat mengerjakan amal saleh.' Namun, Allah menjawab mereka dengan firman-Nya: {كَلَّا إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا}–"Sekali-kali tidak! Sesungguhnya itu hanyalah perkataan yang diucapkannya saja" (QS. Al-Mu'minun Ayat: 100). Artinya, [Allah Swt berkata]: 'Diamlah!' Sebab, mereka di dunia tidak berbelas kasihan pada diri mereka sendiri, tidak kepada umat dan orang sekitarnya, tidak kepada agama, dan tidak pula terhadap jerih payah para Nabi."
Ustadz Anshoriyan menegaskan: "Mungkinkah suatu peristiwa yang telah ditekankan pada 113 kitab sebelumnya, lebih dari seribu ayat Al-Qur'an, dan oleh 124.000 nabi serta 14 Imam Maksum adalah sebuah kebohongan? Tentu saja, tidak. Kebohongan itu justru datang dari mereka yang mengingkari Kiamat—mereka yang di dunia ini terbelenggu oleh hawa nafsu, kekuasaan, dan kesenangan duniawi."
Guru Al-Qur'an ini melanjutkan: "Sampai saat ini pun, masih banyak orang di dunia ini yang tidak meyakini Hari Kiamat. Pengingkaran inilah yang menjadi dasar dan landasan dari perbuatan kezaliman dan kemaksiatan mereka. Sebaliknya, Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib 'alaihissalam, yang menyakini Hari Kiamat, berkata: 'Demi Allah, seandainya tujuh langit dan segala isinya diberikan kepadaku agar aku mengambil kulit gandum dari mulut seekor semut, aku tidak akan melakukannya, karena aku khawatir di Hari Kiamat kelak dikatakan; "Ali telah berbuat zalim".
Diakhir pidatonya, Hujjatul Islam wal Muslimin Anshoriyan berkata: "Inilah perbedaan antara kehidupan Imam Ali bin Abi Thalib dengan kehidupan orang-orang seperti Netanyahu dan Trump; perbedaan antara cahaya dan kegelapan, kebenaran dan kebatilan, iman dan pengingkaran. Kehidupan Amirul Mukminin (a.s.) dan Imam Husain (a.s.) adalah keselamatan, cahaya, dan penyelamat, tetapi kehidupan Yazid dan Mu'awiyah adalah kegelapan dan kejatuhan."
Your Comment