Berita Hawzah – Salah satu perintah penting dalam Islam adalah melaksanakan dan menjaga amanah. Al-Qur'an dalam hal ini berfirman:
¹{إِنَّ اللَّهَ یَأْمُرُکُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَیٰ أَهْلِهَا}
"Sesungguhnya Allah menyuruh kamu untuk menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya."
Penjelasan:
Persoalan penting amanah dapat dipandang dari dua sudut pandang: Amanah duniawi yang diberikan oleh sesama manusia kepada satu sama lain, dan Amanah spiritual yang dipercayakan Allah SWT kepada manusia. Kedua jenis amanah ini menempati posisi yang sangat khusus dalam Islam.
Amanah-Amanah Spiritual
²{إِنَّا عَرَضْنَا الْأَمَانَةَ عَلَی السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَیْنَ أَنْ یَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْإِنْسَانُ إِنَّهُ کَانَ ظَلُومًا جَهُولًا}
"Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat lalim dan amat bodoh,"
"Mungkin ayat ini mengungkapkan hakikat-hakikat tentang manusia yang belum dicapai oleh akal manusia. Namun, apa yang dipahami dari lahiriah ayat ini adalah bahwa Allah telah memberikan karakteristik dan keistimewaan khusus kepada manusia yang tidak dimiliki oleh satu pun makhluk di langit dan di bumi. Keistimewaan ini adalah Amanah Ilahi dan mendatangkan tanggung jawab bagi manusia. Akan tetapi, banyak manusia telah mengkhianati amanah ini dan memanfaatkannya di jalan yang bertentangan dengan kehendak Allah. Akal dan kehendak, yang seharusnya digunakan untuk mengenal kebenaran dan memilihnya agar menjadi sarana pertumbuhan dan kesempurnaan manusia, malah digunakan di jalan yang batil."³
Berbagai interpretasi telah disebutkan dalam tafsir mengenai Amanah yang disebut dalam ayat ini, termasuk: akal, fitrah, anggota-anggota tubuh, kehendak, nikmat wilayah (kepemimpinan Ilahi), kedudukan khilāfah (kekhalifahan), petunjuk para Nabi, tugas-tugas Ilahi, kalimah 'Lā Ilāha Illallāh', rahasia-rahasia Ilahi, dan lain-lain. Dalam kesempatan ini, kita hanya ingin membahas salah satu Amanah Ilahi yang disebutkan dalam tafsir, yaitu amanah yang bernama 'Anggota-Anggota Tubuh'.
Manusia harus menggunakan anggota tubuhnya pada jalan yang telah diperintahkan oleh Allah SWT, karena amanah-amanah ini, sesuai dengan ayat yang disebutkan di awal pembahasan, harus dikembalikan kepada-Nya (Allah swt). Imam Khomeini (ra) mengenai hal ini menyatakan:
"Jika kamu –naudzubillah– tidak memperbaiki dirimu dan meninggalkan dunia dengan hati yang hitam, mata, telinga, dan lidah yang tercemar dosa, bagaimana kamu akan menemui Allah?, Bagaimana kamu akan mengembalikan amanah-amanah Ilahi ini yang telah diserahkan kepadamu dalam keadaan sempurna, suci dan bersih, dengan keadaan yang kotor dan ternodai?. Mata dan telinga yang berada dalam kekuasaan dan kendalimu, tangan dan lidah yang berada di bawah perintahmu, dan seluruh anggota dan organ badan yang kamu hidup dengannya, semuanya adalah amanah dari Allah SWT yang diberikan kepadamu dengan kesucian dan integritas paling sempurna. Jika ia terjangkiti maksiat, ia menjadi ternoda; naudzubillah jika iitu semua tercemar oleh hal-hal yang haram, maka ia akan menjadi hina; dan ketika kamu ingin mengembalikan amanah-amanah ini, mungkin akan ditanyakan kepadamu: 'Apakah begitu caramu memegang amanah?, Apakah begini cara Kami menitipkan amanat ini kepadamu? Apakah hati yang Kami berikan kepadamu dulu seperti ini? Apakah mata yang Kami titipkan kepadamu dulu seperti ini?, Apakah anggota dan organ lain yang Kami serahkan ke tanganmu dulu serendah dan sekotor ini?'. Di hadapan pertanyaan-pertanyaan ini, apa jawabanmu?' Dan bagaimana kamu akan menemui Tuhanmu dengan pengkhianatan yang telah kamu lakukan terhadap amanah-amanah-Nya?."⁴
Kesaksian Anggota Tubuh di Hari Kiamat
Hal yang menjadikan pembahasan tentang amanah dari anggota tubuh manusia terlihat sangat penting, karena seluruh anggota tubuh ini kelak di Hari Kiamat akan bersaksi melawan manusia.⁵ Sebagaimana firman Al-Qur'an al-Karim mengenai hal ini:
⁶{یَوْمَ تَشْهَدُ عَلَیْهِمْ أَلْسِنَتُهُمْ وَأَیْدِیهِمْ وَأَرْجُلُهُمْ بِمَا کَانُوا یَعْمَلُونَ}
"pada hari (ketika), lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan."
Oleh karena itu, manusia akan menghadapi salah satu anggota tubuhnya, menanyakan alasan persaksian itu:
⁷{حَتَّیٰ إِذَا مَا جَاءُوهَا شَهِدَ عَلَیْهِمْ سَمْعُهُمْ وَأَبْصَارُهُمْ وَجُلُودُهُمْ بِمَا کَانُوا یَعْمَلُونَ. وَقَالُوا لِجُلُودِهِمْ لِمَ شَهِدْتُمْ عَلَیْنَا قَالُوا أَنْطَقَنَا اللَّهُ الَّذِی أَنْطَقَ کُلَّ شَیْءٍ}
"Sehingga apabila mereka sampai ke neraka, pendengaran, penglihatan dan kulit mereka menjadi saksi terhadap mereka tentang apa yang telah mereka kerjakan; Dan mereka berkata kepada kulit mereka: ""Mengapa kamu menjadi saksi terhadap kami?"" Kulit mereka menjawab: ""Allah yang menjadikan segala sesuatu pandai berkata telah menjadikan kami pandai (pula) berkata."
Bayangkan; "kulit yang kita sentuh dengan lembut dan manja, yang kita jaga dari panas dan dingin—ia akan bersaksi melawan kita. Kulit yang kita rawat dengan krim dan kosmetik—ia akan bersaksi melawan kita! Dan di mana kesaksian itu? Di Pengadilan Ilahi."
Oleh karena itu, dalam kehidupan yang sangat singkat di dunia ini, tangan, kaki, lidah, dan anggota tubuh lainnya adalah amanah di tangan manusia, yang mana jika amanah ini tidak digunakan dengan benar, maka di Mahkamah Agung Keadilan Ilahi, mereka akan mulai berbicara melawan manusia dan menyebabkan kehinaan serta rasa malu di hadapan Tuhan."
Namun, hal yang membuat pembahasan ini semakin menarik dan mengherankan adalah: ketika kita mengatakan 'Aku' (diriku), bukankah 'Aku' ini terdiri dari anggota-anggota tubuh tersebut?, Lalu, bagaimana mungkin (menurut firman Al-Qur'an) kita akan berhadapan dengan anggota tubuh kita sendiri dan berbicara kepada mereka, serta menanyakan alasan persaksian mereka melawan kita?!"
Mungkin untuk menjawab (pertanyaan sebelumnya), dapat dikatakan seperti ini: Sesungguhnya yang membentuk hakikat 'Aku' (diri) adalah roh manusia itu sendiri, sementara anggota-anggota tubuh ini hanyalah alat di tangan roh tersebut."
"Dengan kata lain—dan lebih halus—sesungguhnya apa yang kulihat saat berdiri di depan cermin bukanlah 'Aku'. Sebab, semua anggota tubuh yang kulihat di cermin kelak akan bersaksi melawanku.
"Apa yang kita lihat di cermin sesungguhnya adalah kendaraan duniawi kita, yang diamanahkan kepada kita untuk beberapa hari. Tentu saja, kita harus memanfaatkan amanah ini dengan sebaik-baiknya dalam rangka mencapai tujuan-tujuan Ilahi. Jika tidak, dengan kesaksiannya, akan menyebabkan kehinaan manusia di hadapan Sang Kekasih (Tuhan)."
Catatan Kaki:
1. Surah An-Nisā', Ayat 58.
2. Surah Al-Ahzāb, Ayat 72.
3. Tafsir Nur (Karya Ust. Muhsin Qiraati).
4. Jihād-e Akbar, Halaman 60 (Karya Imam Khomeini ra).
5. "Kesaksian anggota tubuh di hari Kiamat selalu melawan manusia dan tidak pernah menguntungkannya. (Dalam Al-Qur'an, setiap kali disebutkan tentang kesaksian anggota tubuh, itu terkait dengan dosa-dosa)." - Tafsir Nur.
6. Surah An-Nūr, Ayat 24.
7. Surah Fuṣṣilat, Ayat 20-21.
Your Comment