Berita Hawzah - Almarhum Ayatullah Muhammad Ali Nasiri, salah seorang ustadz akhlak di Hawzah Ilmiyah, dalam sebuah pelajaran akhlaknya membahas topik "Solusi untuk Mengatasi Kesulitan Batin dan Ujian Hidup". Adapun penjelasannya sebagai berikut:
Salah satu permohonan Imam Ali Zainal Abidin Aa-Sajjad (as)di dalam Doa Makarim al-Akhlaq yaitu;
اللَّهُمَّ أَنْتَ عُدَّتِی إِنْ حَزِنْتُ
"Ya Allah, Engkaulah sandaran-ku jika aku dirundung kesedihan."
Wahai Tuhan, dalam menghadapi kesulitan dan hal-hal yang tidak menyenangkan, jika aku bersedih dan gundah, Engkaulah tempat berlindungku. Aku tidak memiliki siapa pun lagi yang dapat membelaku dalam menghadapi musibah dan penyakit. Hanya Engkau satu-satunya yang mengetahui dan mampu membelaku dari rasa duka, nestapa, serta peristiwa-peristiwa tak terduga.
Semua para pecinta Ahlul Bait (as) bersikap demikian. Di kala menghadapi kesulitan, mereka hanya menjadikan Allah swt sebagai tempat mengadu. Allah Yang Maha Tinggi tidak sedetik pun lalai dari ciptaan-Nya. Dia Maha Mengetahui, bukan yang bodoh; Maha Kuasa, bukan yang lemah; dan Maha Adil, bukan yang zalim. Ketika seseorang meyakini hal ini, maka saat ditimpa kesusahan, ia hanya akan kembali kepada Allah swt semata. Karena ia tahu bahwa Allah Maha Kuasa dan Maha Mengetahui. Oleh karena itu, hanya kepada-Nya kita harus berlindung.
Sabda Imam Ali Zainal Abidin As-Sajjad (as) ini adalah untuk pengajaran para sahabat dan pecinta mereka. Para pengikut setia Ahlul Bait (as), dalam setiap kesulitan,baik materi atau spiritual yang mereka hadapi, harus bersikap seperti ini dan bertawassul kepada Imam Zaman (afs), karena beliau adalah perwakilan (wakil) Allah swt di muka bumi.
Para Imam Maksum (as) adalah perantara antara manusia dan Allah swt. Mereka bagaikan hujan rahmat Ilahi. Hujan turun melalui perantara awan; tanpa awan, hujan tidak akan turun. Matahari adalah perantara cahaya; Allah memancarkan panas melalui perantara matahari. Dia menurunkan hujan rahmat-Nya melalui perantaraan awan, dan mencurahkan rahmat-Nya kepada makhluk melalui perantaraan Imam Zaman (afs). Beliau (Imam Zaman Afs.) adalah manifestasi dan perwujudan seluruh Sifat Keagungan dan Keindahan Allah.
Oleh karena itu, di kala menghadapi kesulitan dan kesusahan, jadikanlah Imam Zaman (afs) sebagai perantara kita dan ucapkanlah, "Wahai Putra Hasan (Wahai Imam Mahdi), tolonglah kami!" Karena tanggung jawab atas seluruh alam semesta berada di pundak Imam Zaman (afs). Bahkan rezeki yang kita makan, sampai kepada kita melalui perantaraan Imam Zaman (afs), dan merekalah yang membagikannya —نَحْنُ قَسَمْنا بَیْنَهُمْ مَعِیشَتَهُمْ فِی الحَیاةِ الدُّنْیا—, "Kamilah yang menentukan bagi mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia." (QS. Az-Zukhruf: 32)
Jangan sampai kita lupa bahwa saat ini, perantara curahan karunia adalah Imam Zaman (afs). Dalam segala urusan kita, berserulah "Ya Ibn al-Hasan!". Allah menjadi saksi bahwa Imam Zaman (afs) tidak pernah sedetik pun lalai terhadap kita. Beliau selalu melihat dan mengetahui. Maka, bertawasullah kepada beliau.
Hadits Kisa' ini sendiri adalah pemecah masalah. Sanad dan maknanya valid, dan memperkenalkan Kelima Orang Suci (Ahlul Kisa').
Ayatullah Bahjat (ra) selalu menganjurkan untuk membaca Hadits Kisa'. Beliau berkata kepadaku, "Bacalah Hadits Kisa' itu sendirian."
Aku bertanya, "Dalam hadits ini disebutkan, —جَمْعٌ مِنْ شیعَتِنا وَ مُحِبّینا— , "sekelompok dari pengikut kami dan pecinta kami' (membaca bersama)". Apakah aku harus membacanya sendirian?"
Beliau menjawab, "Bayangkan sahabat-sahabatmu (ikut hadir), lalu bacalah."
Maksudnya adalah, Hadits Kisa' sangatlah mustajab, dan jangan sampai kita melupakannya di saat-saat sulit.
Apa itu Kesedihan (Huzn)?
Kesedihan adalah suatu kondisi yang menimpa jiwa di saat menghadapi kesusahan,menciptakan kegundahan dan keresahan batin. Kesedihan jiwa ini tidak hanya dialami oleh orang biasa; bahkan para Nabi, Imam, dan wali Allah juga pernah bersedih.
Al-Qur'an dengan jelas menyebutkan tentang Nabi Ya'qub (as) dalam Surah Yusuf ayat 84:
یَا أَسَفَی عَلَی یُوسُفَ وَابْیَضَّتْ عَیْنَاهُ مِنَ الْحُزْنِ
"Duhai dukacitaku atas Yusuf," dan kedua matanya menjadi putih karena kesedihan yang terpendam.
Rasulullah saw mengenai wafatnya putra beliau, Ibrahim, bersabda, "Jiwa-ku merasa sedih dan hati-ku merasa pilu."
Air mata mengalir dari mata Rasulullah. Rasullullah Saw ditanya, "Wahai Rasulullah, apakah Engkau sedih?"
Beliau menjawab,"Aku pasrah kepada Allah swt, aku ridha dengan kehendak-Nya."
Mereka bertanya lagi,"Lalu mengapa Engkau menangis?"
Beliau bersabda,"Kesedihan telah menimpa hatiku dan hatiku terasa sesak, sehingga air mataku mengalir. Namun, aku ridha dengan keridhaan Allah swt."
Your Comment