Wednesday 22 October 2025 - 19:09
Peringatan Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as tentang Dua Bahaya Besar bagi Umat Manusia

Hawzah/ Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as mengatakan bahwa bahaya terbesar bagi manusia ada dua hal: mengikuti hawa nafsu dan terjebak dalam angan-angan yang panjang. Hawa nafsu menarik manusia ke arah keinginan-keinginan yang terkadang haram, dan jika tidak dapat dikendalikan, akan berubah menjadi kebiasaan dan kelemahan yang permanen. Sementara itu, angan-angan yang tak berujung menjauhkan manusia dari realita kehidupan dan pengamalan kewajiban-kewajibannya, sehingga membuatnya terperangkap dalam kelalaian.

Dilansir dari laporan Kantor Berita Hawzah, Almarhum Ayatullah Azizullah Khoshvaght—seorang guru akhlak di hauzah ilmiah—dalam salah satu pelajaran akhlaknya membahas topik "Keinginan-Keinginan Nafsu dan Angan-Angan Panjang Manusia", yang teksnya sebagai berikut:

Bismillahirrahmanirrahim

Imam Ali bin Abi Thalib as., berkata:

.إنّ أخوف ما أخاف علیکم اثنتان: طول الأمل واتّباع الهوی.

"Ada dua hal yang aku sangat khawatir akan menimpa kalian: pertama, mengikuti keinginan hawa nafsu, dan kedua, angan-angan yang panjang."

Manusia, seiring dengan bertambahnya usia dan memanfaatkan pengalaman serta benda-benda di sekitarnya, mulai menyukai berbagai hal. Ia merasa senang, menemukan sesuatu yang manis dan lezat, atau mendengar sesuatu yang enak didengar.

Semua hal ini terjadi dalam kehidupan, dan manusia pun memanfaatkannya sekaligus menjadikannya bagian dari pengalamannya. Manusia menyadari bahwa makanan tertentu sangat lezat, buah tertentu sangat enak rasanya. Semua kesan ini kemudian tersimpan dalam daftar arsip dan memori pikirannya.

Menjadi jelas mana yang lebih baik dan mana yang kurang. Manusia kemudian mengejar hal-hal yang "lebih baik" itu—yang dirasanya sangat lezat dan memberikan kenikmatan lebih.

Ia mulai timbul ketertarikan, dan tidak lagi mempertimbangkan apakah hal tersebut benar atau salah, apakah ada mudaratnya atau itu maslahat mutlak.Pikirannya disibukkan oleh hal-hal yang disukainya, dan ia pun seringkali terarah kepadanya. Kebiasaan ini perlahan-lahan tumbuh dalam kehidupannya, dan kebutuhannya akan hal-hal tersebut semakin menjadi.

Daftar keinginan itu pun mulai mendikte: apa yang harus dimakan, apa yang harus dipakai. Hal-hal yang "lebih baik" itu berbaris berderet dalam pikirannya.

Manusia itu memiliki keinginan, tetapi itu nafsu rendahnyalah (hawa nafsu) yang menginginkan ini, dan menginginkan itu.

Sebagian dari keinginan ini telah diharamkan oleh Allah SWT. Meskipun manusia sangat menginginkannya, Allah SWT berfirman: "Tidak, janganlah kau memakannya."

Di sinilah ujian kita dengan Allah SWT dimulai. Nafsu telah merasakan bahwa sesuatu itu sangat lezat, manis, dan menyenangkan, namun sebagian darinya telah dilarang oleh Allah: "Tidak, itu haram, tidak diperbolehkan."

Kini, kita harus rela melepaskan sesuatu yang kita inginkan itu. Jika kita mampu melepaskannya dan memanfaatkan yang halal, maka religius Islam kita mulai terbentuk. Namun, jika kita tidak mampu dan hawa nafsu menguasai kita, kita akan menjadi lemah dan semakin lemah di hadapannya (hawa nafsu).

Yang lebih penting, kita tidak akan mampu melepaskan diri dari segala yang haram. Hati kita menginginkannya, tetapi kita tidak bisa mengendalikannya.

Oleh karena itu, sejak awal seseorang dibebani taklif (kewajiban syar'i), jika ia mampu melepaskan keinginan-keinginan yang haram, segalanya akan lebih mudah.

Jika dalam beberapa waktu ia tidak bisa melepaskannya, keinginan (hawa nafsu) itu akan berakar, menjadi lebih kuat, dan manusia tidak lagi mampu mengendalikannya. Kesulitan-kesulitan yang lebih besar pun akan muncul.

Oleh karena itu, Imam Ali a.s. bersabda: "Ada dua hal yang aku sangat khawatir akan menimpa kalian: pertama, mengikuti keinginan hawa nafsu, dan kedua, angan-angan yang panjang."

Jika manusia ingin hidup dengan selamat, ia harus menjauhi baik hawa nafsu yang haram maupun angan-angan yang panjang dan berlarut-larut—yang susah atau mustahil untuk dicapai dalam usia kita.

Tags

Your Comment

You are replying to: .
captcha