Wednesday 22 October 2025 - 19:08
Apa kalian Tahu Bahwa Setiap ucapan, tatapan mata, dan gerak-gerik raga kalian, itu menentukan kedudukan (derajat) eksistensial Kalian?

Hawzah/ Ayat "Wa li kullin darajatum mimmā 'amilū" (QS. Al-An'am 132) menunjukkan bahwa kedudukan dan martabat manusia dibangun berdasarkan amal perbuatan mereka. Setiap perkataan, pandangan, dan perbuatan menentukan satu derajat—baik positif maupun negatif—bagi manusia. Oleh karena itu, kita harus dengan sadar melakukan amal saleh dan menjauhi kelalaian dalam urusan sehari-hari, karena perilaku-perilaku kecil inilah yang membentuk takdir akhir manusia.

Dilansir dari laporan Kantor Berita Hawzah, almarhum Ayatullah Khoshvaght—seorang guru akhlak di hauzah ilmiah—dalam salah satu pelajaran akhlaknya membahas topik "Amal Perbuatan Manusia sebagai Sumber Martabat dan Derajat", yang teksnya sebagai berikut:

Bismillahirrahmanirrahim

«وَ لِکُلٍّ دَرَجَاتٌ مِمَّا عَمِلُوا»

"Dan masing-masing orang memperoleh derajat-derajat (seimbang) dengan apa yang dikerjakannya."


Ayat yang mulia ini mengungkap sebuah realitas: bahwa martabat dan derajat manusia dalam ranah kesempurnaan, sumbernya adalah amal perbuatan manusia itu sendiri.

Setiap perbuatan yang dilakukan orang, martabat dan derajat mereka ditentukan darinya.

Jika seseorang melakukan perbuatan buruk, ia akan memperoleh martabat yang negatif. Jika ia melakukan perbuatan baik sesuai dengan perintah Allah, dia akan meraih martabat dan derajat yang lebih tinggi.

Manusia sepanjang hidupnya dengan bebas melakukan apa saja yang ia kehendaki, namun seringkali ia tidak menyadari bahwa perbuatan-perbuatan yang dilakukannya itulah yang justru membentuk fondasi bagi martabat dan derajatnya.

Ketika dia meninggal dunia, baru menjadi jelas perbuatan-perbuatan yang dilakukannya sepanjang umurnya itu, kedudukan apa yang akan diberikan kepadanya—baik dalam iman maupun dalam kekafiran.

Oleh karena itu, dalam setiap amal yang manusia lakukan, dia harus betul-betul berhati-hati lagi. Apakah amal ini, — jika dia menginginkan perbuatan itu membuahkan hasil dan derajat— akan bernilai negatif atau positif?. Jika negatif, maka seorang yang berakal tidak akan melakukan sesuatu yang merugikan dirinya sendiri.

Maka dari itu, (amal perbuatan kita) harus konsisten berupa amal-amal saleh.

Namun, jika tercampur—amal saleh dan amal buruk—akan menjadi campuran antara baik dan buruk yang tidak ada gunanya.

Dikarenakan kita sering melakukan hal-hal dengan santai, tanpa benar-benar memikirkannya. Karena dilakukan terus-menerus dan setiap hari, semua itu akhirnya menjadi hal yang biasa, sehingga kita melakukannya tanpa rasa hati-hati lagi.

Padahal amal-amal inilah yang menentukan derajat dan membangun kepribadian manusia.

Maka dari itu, kita akan melakukan kesalahan besar, jika kita melakukannya dalam keadaan lalai.

Setiap perbuatan yang kita lakukan, kita harus sadar dampaknya—apakah ia akan menambah derajat positif atau negatif kita. Jika perbuatan itu akan menciptakan derajat negatif, jangan lakukan. Jika tidak, (maka) lakukanlah.

Banyak orang yang tidak memiliki kesadaran ini. Pikiran mereka sibuk dengan urusan lain; mereka sekadar melakukan pekerjaannya tanpa menyadari konsekuensi dari apa yang mereka kerjakan.

Satu ucapan yang diucapkan seseorang, derajat apakah yang akan disediakan (bagi-Nya)?. Pandangan yang ditujukan kepada seseorang, derajat apakah yang akan disiapkan (bagi-Nya)?. Perbuatan yang dilakukan dengan tangan dan kaki, derajat apakah yang akan dihasilkannya (bagi-Nya)? Apakah negatif atau positif?.

Kita telah terbiasa melakukannya. Setiap hari aktivitas itu berjalan dengan sendirinya, namun justru berakhir merugikan kita sendiri.

Tags

Your Comment

You are replying to: .
captcha