Berita Hawzah– Manusia yang terbatas, yang selalu dihadapkan dengan ribuan persoalan materi (duniawi) dan spiritual, serta terhimpit di antara kecenderungan- kecenderungan yang hak dan batil —baik yang berasal dari dalam dirinya maupun dari orang lain— pasti membutuhkan tempat perlindungan yang kokoh. Dan tempat perlindungan terbaik, hanyalah Allah SWT. Manusia tidak memiliki pilihan lain kecuali bergerak dan berlari menyelamatkan diri kepada-Nya.¹
Allah SWT dalam Al-Qur'an berfirman:
فَفِرُّوا إِلَی اللَّهِ²
"Maka segeralah kembali kepada (menaati) Allah".
Dalam berbagai teks dan kitab³, sebuah pendapat dinisbatkan kepada Plato yang dapat membantu kita dalam memahami ayat Al-Qur'an ini.
Dinukilkan dari Plato, sebagai berikut:
"Dunia ini adalah bentuknya bulat",
"Langit dan alam semesta (afʻlāk) adalah busur panah",
"Peristiwa-peristiwa (kejadian di alam semesta) adalah anak panahnya"
"Dan manusia adalah sasarannya",
"Sang Pemanah—Dia yang melepaskan anak panah takdir kepada manusia—adalah Allah SWT."
Diakhir, Plato berkata: " dimanakah jalan pelarian? (Kemana, dan kepada siapakah engkau hendak berlindung?)". Dan jawbannya pertanyaan plato ini ada di dalam al-qur'an, sebaimana telah dijelaskan ayat yang diatas.
{"Maka segeralah kembali kepada (menaati) Allah" :فَفِرُّوا إِلَی اللَّهِ"}
Namun, disini terdapat sebuah poin penting yang sangat halus, dan sangat layak untuk direnungkan; "Di belahan dunia manakah kita pernah menyaksikan mangsa justru berlari menuju kepada pemburunya? Segala yang dituntun oleh akal, kebiasaan, atau naluri semestinya membuat sang mangsa menjauhi sang pemangsa. Namun, harus dikatakan bahwa "kisah" Allah adalah sebuah kisah yang berbeda". Karenanya, Imam Sajjad 'alaihis salam berdo'a kepada Allah SWT seperti ini:
یَا مَنْ لامَفَرَّ إِلا إِلَیْهِ، یَا مَنْ لا مَفْزَعَ إِلا إِلَیْهِ، یَا مَنْ لا مَقْصَدَ إِلا إِلَیْهِ، یَا مَنْ لا مَنْجَی مِنْهُ إِلا إِلَیْهِ، یَا مَنْ لا یُرْغَبُ إِلا إِلَیْهِ، یَا مَنْ لا حَوْلَ وَ لا قُوَّةَ إِلا بِهِ، یَا مَنْ لا یُسْتَعَانُ إِلا بِهِ، یَا مَنْ لا یُتَوَکَّلُ إِلا عَلَیْهِ، یَا مَنْ لا یُرْجَی إِلا هُوَ، یَا مَنْ لا یُعْبَدُ إِلا هُوَ.⁴
"Wahai Yang tiada tempat berlari kecuali kepada-Nya, wahai Yang tiada tempat yang dituju kecuali pada-Nya, wahai Yang tiada diselamatkan kecuali oleh-Nya, wahai Yang tiada dicintai kecuali Dia, wahai Yang tiada daya dan kekuatan kecuali dengan-Nya, wahai Yang tiada dimohon pertolongan kecuali Dia, wahai Yang tiada tempat berserah diri kecuali kepada-Nya, wahai Yang tiada diharapkan kecuali Dia, wahai Yang tiada disembah kecuali Dia."
Lalu, sebenarnya mengapa harus "berlari" menuju Allah SWT?.
Imam Ja'far As-Shadiq as dalam sebuah riwayat menjelaskan hal ini kepada kita. Beliau bersabda:
کُلُّ ذِکْرٍ سِوَی اَللَّهِ ظُلْمَةٌ⁵
"Setiap dzikir (ingatan) selain Allah adalah kedzaliman & kegelapan (musyrik)."
Berdasarkan penjelasan ini, wajar saja jika manusia harus lari dari kegelapan dan dari segala sesuatu yang beraroma dan bernuansa non-ilahi, sementara tempat perlindungan yang hakiki hanyalah Allah Swt.
Tentu saja, jika seseorang di dunia ini tidak demikian keadaannya dan tidak lari dari selain Allah SWT, maka terpaksa di hari kiamat nanti ia akan lari dari selain Allah. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an:
یَوْمَ یَفِرُّ الْمَرْءُ مِنْ أَخِیهِ، وَ أُمِّهِ وَأَبِیهِ، وَ صَاحِبَتِهِ وَبَنِیهِ⁶
"ada hari ketika manusia lari dari saudaranya; dari ibu dan bapaknya; dari istri dan anak-anaknya."
Catatan Kaki:
1. Tafsir Nur.
2. Surah Adz-Dzariyat, Ayat 50.
3. Ganjineh Akhlaq (Jami' al-Durar), Jilid 2 / Bab tentang Taubat: Sebuah Penjelasan mengenai Doa ke-31 dalam Shahifah Sajjadiyah / dan seterusnya.
4. Doa Jausyan Kabir.
5. Mishbah asy-Syari'ah, Jilid 5, Halaman 192.
6. Surah 'Abasa, Ayat 34-36.
Your Comment